Chapter 1

340 21 4
                                    

   Aku berjalan kaki menuju lorong sekolah yang begitu gelap, aku menghentakan kakiku di lantai itu sambil menangis. "Kenapa? Kenapa semua benci padaku? Padahal aku tidak pernah menyakiti hati mereka, tapi setiap mereka mengeluarkan kata-kata mengenai ku, rasanya aku ingin menangis," gumamku dalam hati.

Aku ingin mempunyai sahabat yang benar-benar tidak akan menyakitiku. Aku ingin mempunyai sahabat yang susah dan senang bersama, tapi itu mustahil. Jaman sekarang mereka hanya manis di depan, tapi tidak dibelakang. Aku capek berteman dengan mereka, aku ingin benar-benar mempunyai sahabat.

Tiba-tiba aku mendengar suara yang membuatku merasa aneh, karena hanya aku yang sejak tadi ada disini.

“Hahaha,, tangkap aku kalau kau bisa!"
“Hah? Siapa yang baru berbicara?" ucapku dalam hati.

  Seketika itu aku melihat 2 anak kira-kira umur 12 tahun dan ada yang seumuran denganku yaitu 10 tahun, mereka sedang bermain kejar-kejaran.

“Hai?? Kalian siapa? Aku tidak pernah melihat kalian sebelumnya di sekolah ini?" tanyaku.
“Kami murid disekolah ini,” jawab salah satu dari mereka.

“Tapi kenapa aku belum pernah melihat mereka?” pikirku dalam hati. Karena aku penasaran, aku akan bertanya lagi kepada mereka.

“karena aku belum mengenal kalian, aku mau tanya, nama kalian siapa?”
“aku Renata dan ini sahabatku Aulia,”
“Oo, namaku Liana, senang bertemu kalian,” ucapku.
“apakah kau tidak takut dengan kami?”
“takut? Untuk apa aku takut? Tapi kenapa kalian belum pulang?” Tanyaku lagi.

“kita tidak tau kemana kita harus pulang, rumah kami telah dihancurkan oleh Belanda,” balas mereka.
Aku pun semakin bingung dengan jawaban mereka. “apa? Belanda? Itu sudah terlalu lama, bahkan saat kita lahir kita sudah merdeka,” ucapku dengan heran.

“Tidak, kita lahir jauh sebelum orang tuamu, ayah kami memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan kita meninggal karena tertembak oleh Belanda saat umurku sepuluh tahun” jawab Aulia.

“itulah sebabnya aku tanya, kau tidak takut dengan kami” tambah Renata. Seketika itu aku hanya terpaku dan tidak tahu harus mengatakan apapun pada mereka.

“kau kenapa? Apakah kau sekarang menjadi takut dengan kami?  kami tidak akan mengganggumu, dan tidak akan menakutimu” ucap Renata. Aku masih belum bisa mengatakan apa-apa, bahkan rasanya aku tidak bisa menggerakkan tubuhku.

“Oke,, aku harus tenang” ucapku dalam hati. “ehmm,, ti..tidak aku tidak takut dengan kalian, aku hanya masih tidak percaya,” jawabku.

“iya,, aku tahu, ketika aku menampakkan diri di sekolah ini dan mencoba berinteraksi dengan siswa yang lain, mereka malah menjerit ketakutan dan berlari, padahal aku hanya butuh teman,” ucap Renata dengan sedih.

“oke, aku mengerti sekarang, semua hantu tidak jahat,” ucapku.
“terima kasih kamu sudah mengerti,” balas Aulia.
“tapi maaf, ini sudah jam 3 sore dan aku harus pulang sebelum gerbang sekolah ditutup” ucapku.

Tanpa menunggu jawaban mereka, aku pun langsung pergi meninggalkan mereka.

Di rumah.

   Aku masih tidak percaya dengan kejadian tadi, tapi kenapa aku bisa melihat mereka? Katanya hanya orang-orang tertentu yang mempunyai kelebihan melihat makhluk yang tak kasat mata itu.

Semua pertanyaan tentang hal-hal aneh memenuhi kepalaku.
“arghh aku tidak peduli!!” ucapku dengan keras.
“ada apa Liana? kenapa teriak begitu?” ucap ibuku yang tiba-tiba datang.
“tidak ada apa-apa bu” balasku.

Aku sengaja tidak cerita seperti ini kepada ibuku, karena bisa saja ibuku tidak percaya dan mungkin akan mengatakan kalau tadi kau hanya sedang berimajinasi,, huft aku sudah menebaknya.

I Know You're Not HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang