Chapter 4

126 12 2
                                    

Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Aku sudah tamat belajar dari Brunhilde Elementary school. Dan artinya, aku sudah memasuki usia remaja.

Aku sangat senang, karena aku sudah terlepas dari teman-temanku yang tidak peduli denganku. Karena aku tidak mau kejadian itu terulang lagi di masa SMP, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah di Brunhide Junior High School. Karena pasti teman-temanku akan melanjutkan sekolah disana.

   Aku memutuskan untuk tinggal di asrama dan bersekolah di Rudelle Junior High School. Mungkin akan menjadi tempat nyaman yang baru untuk melewati masa remajaku ini.

Biasanya, anak-anak asrama itu ramah-ramah dan aku mempercayainya sekarang. Buktinya, saat aku mendaftar disana mereka semua menyapaku. Aku mungkin akan betah tinggal di asrama ini.

  Saat membereskan barang-barangku di kamar asrama, aku tidak tau ini sebuah kebetulan atau malapetaka. Aku melihat di atas lemari ada kepala yang bersimbah darah tergeletak begitu saja. Aku sangat terkejut melihat itu, bulu kudukku meremang dan rasanya jantungku berdetak dengan begitu cepatnya.

Sepertinya hanya aku yang melihatnya, buktinya mereka terlihat biasa-biasa saja saat melihat lemari ini. Saat itu juga aku berjalan dengan cepat untuk keluar kamar asrama.

  Ya, memang kemampuan ini masih ada dalam diriku. Aku tidak tahu caranya untuk menghilangkannya dan hidup seperti manusia normal. Tetapi aku tidak pernah membayangkan kejadian ini jika sudah bersekolah di asrama.

Dan parahnya aku tidak bisa memanggil ibuku untuk menenangkanku lagi, atau memanggil Renata dan Aulia untuk mengusir dan melawan makhluk-makhluk jahat itu. Arghh sungguh sial hidupku, aku tidak bisa menjalankan hidupku dengan tenang.

~

  Teng, Teng, Teng.. suara dari lonceng yang dibunyikan itu terasa memasuki setiap kamar asrama dan menusuk ke gendang telinga yang mendengarnya. Bunyi yang terlalu keras itu memanggil anak-anak kelas 7 untuk berkumpul di lapangan.

Sontak, semua siswa yang tadinya kelelahan membereskan barangnya seperti mendapat energi yang banyak setelah mendengar suara dari lonceng itu. Mereka dengan cepatnya berhamburan ke lapangan.

  Saat tiba di lapangan asrama, kami disuruh untuk berbaris dan mendengarkan pengumuman dari kepala sekolahku yang baru. Aku tidak begitu jelas apa yang kepala sekolah itu katakan. Tetapi aku fokus memperhatikan seorang anak perempuan yang berbaris di barisan paling belakang.

  Dia berbeda dengan siswa yang lain, seragamnya sangat lusuh. Apa mungkin ia dari keluarga yang tidak mampu? Tetapi tidak mungkin mukanya seperti orang yang habis memasuki kolam lumpur! Jika ia dari keluarga tidak mampu, dia pasti juga akan membersihkan mukanya itu.

   Apakah dia manusia? Atau makhluk seperti yang aku temukan di kamar asrama tadi? Beberapa pertanyaan itu membuatku penasaran. Untuk memastikannya, aku bertanya kepada teman yang berbaris di sampingku.

“Ehmm, permisi, apa kamu melihat anak yang berdiri di barisan paling belakang dengan badan yang dilumuri oleh lumpur?” tanyaku dengan sangat sopan. Aku takut aku mengganggunya.

“dimana? Aku tidak melihatnya, aku tidak melihat anak yang dilumuri lumpur. Yang aku lihat hanya anak-anak dengan pakaian rapi dan bersih. Memangnya kamu melihatnya?” ucap anak itu dengan menambah beberapa pertanyaan.

“Tidak juga, mungkin tadi aku hanya berhalusinasi” jawabku yang diakhiri oleh sebuah senyuman.

  Apakah benar yang aku lihat tadi bukan manusia? Apa aku hanya berhalusinasi? Huftt ada apa lagi denganku! Aku benar-benar tidak normal. Semakin aku tumbuh dewasa maka pasti akan sangat banyak makhluk yang tak kasat mata yang akan aku temui.

I Know You're Not HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang