Chapter 6

100 10 1
                                    

   “Jadi bagaimana?” mendengar perkataan Riana, aku juga ikut panik.

   “Jadi, waktu itu,,”

   Ia sepertinya akan cerita suatu hal, aku sangat penasaran dengan perkataan Riana, ia pun mulai bercerita..

   “Aku bangun di malam hari seperti waktu kita bertemu saat itu Liana, aku mengelilingi koridor sekolah hanya untuk membuang penat saja."

"Tetapi, satu sosok perempuan datang kepadaku dengan tangan yang entah kemana, ia memiliki sayatan- sayatan di seluruh tubuhnya.”

   “Aku bergidik ngeri saat itu. Ia menatapku tajam lalu hanya berbicara ‘Selamatkanlah’ dan beberapa detik kemudian ia berkata ‘Kumohon selamatkanlah’ ia berkata terus-menerus."

"Aku yang tadinya hanya berdiam, mulai berkata dengan ragu, ‘Ada apa? kau tau kan jika aku tidak akan bisa menyelamatkanmu?’”

   ‘Tidak, bukan itu tapi asrama ini, murid-murid disini tolong selamatkanlah.’

   ‘Apa maksudmu?’

   ‘Kau harus tau jika aku disini terbunuh oleh seorang anggota dari asrama ini, entah apa itu guru, penjaga sekolah, atau karyawan asrama, aku sangat yakin pembunuhnya salah satu dari mereka.’

   ‘Tapi, kau juga harus tau, tidak ada guru atau apapun itu bisa membunuh siswa di asrama ini, mereka pasti tidak akan tega.’

   ‘Bukan itu maksudku, ia memiliki misi yang sangat kejam!’

   ‘Apa? bagaimana kau bisa tau?’

   “Kau tau, saat seperti ini aku sangat merasa bingung apa yang dikatakan dia. Ketika aku berbicara dengan makhluk-makhluk halus, aku pasti tidak langsung bisa memahaminya.”

  “Ia pun langsung menjelaskan apa yang ia alami saat itu.”

   ‘Saat aku masih hidup, aku sedang keluar asrama dimalam hari. Saat aku menuju koridor sekolah yang gelap, tiba-tiba ada seseorang yang mengikuti langkahku.'

'Namun, saat aku melihat ke belakang, tidak ada orang disana. Aku pun melanjutkan langkahku, saat aku berhenti melangkah, sebuah sapu tangan merah menyekap mulutku. Aku meronta untuk berusaha melepaskannya.’

   ‘Namun ia terlalu kuat, aku tidak tau dia siapa. Yang jelas, ia membawaku ke kamar mandi asrama. Ia menyekapku disana lalu ia keluar dan mengunci pintu.'

'Saat itu, aku terus berusaha untuk melepaskan ikatan dan pintu yang terkunci itu. Tapi, ada suara dari laki-laki yang menyekapku tadi di luar. Ia seperti berbicara terhadap seseorang.’

   ‘Aku berusaha mendengarkan apa yang mereka katakan, yang aku dengar saat itu adalah laki-laki itu berkata ia hanya butuh lima jiwa untuk dimusnahkan. Dan kau tau? Aku adalah orang pertama yang menjadi sasaran laki-laki itu.'

' Ia ingin memberikan kesempurnaan bagi anaknya dengan cara yang salah. Ia akan membunuh anak-anak diasrama ini agar anaknya menjadi sempurna seperti yang ia inginkan.’

   ‘Dengan cara mengambil darahnya!’

   “Maaf Liana, tapi aku hanya tau sampai disitu. Tiba-tiba ia pergi begitu saja tanpa sempat aku menjawab,” ucap Riana mengakhiri ceritanya.

   Spontan aku kaget dengan apa yang diceritakan Riana, aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Saat aku mulai mencari kenyamanan di suasana yang berbeda ini, aku malah harus berhadapan dengan masalah yang lebih rumit. Dan tentunya, ini mengerikan!

   “Lin? Kamu baru saja melamun? Aku tau ini cukup mengejutkan, dan bila aku bercerita kepada yang lain, mereka tidak akan percaya,” ucap Riana sehingga membuyarkan lamunanku.

I Know You're Not HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang