Chapter 2

198 16 0
                                    

05.00 a.m

  Aku terkejut ketika hari sudah pagi, aku bahkan tidak tahu jam berapa aku mulai tidur. Saat aku terbangun aku langsung menuju dapur dengan langkah yang mungkin tidak terdengar sedikitpun oleh telinga manusia.

Di dapur aku melihat ibuku sedang memasak, aku pikir ini memang kejadian biasa setiap pagi. Tapi aku melihat Renata sedang di sebelah ibuku dia bahkan memerhatikan cara ibuku memasak.

“Renata, kenapa kamu disitu?” ucapku.
“Apa? Renata? Kamu bicara apa sih Liana? Ibu dari tadi sendirian, bahkan ibu baru dengar nama Renata” ucap ibuku dengan heran.

“Aduh kenapa aku harus berkata terlalu keras? Tapi, tadi ibu bilang ibu sendirian? Berarti ibu tidak bisa melihatnya.” Gumamku dalam hati.

“Tidak bu, mungkin aku masih terbawa suasana mimpiku semalam hehehe” ucapku sambil meringis. Aku pun bergegas pergi menuju kamar tidur. Karena tadi Renata mendengarnya, ia pun mengikutiku hingga ke kamar.

“Maafkan aku Liana, kamu hampir saja membuat ibumu curiga.” Ucap Renata.
“Tidak masalah, tapi kenapa kamu sangat memperhatikan cara ibuku memasak?” tanyaku.

“Aku teringat saat ibuku memasak, ia selalu membuat masakan yang istimewa. mungkin kalau aku melihat ibumu memasak, rasa riduku terhadap ibuku bisa sedikit terobati. ”balas Renata.

“Oh  maaf,  berarti tadi aku yang sudah mengganggumu” ucapku dengan nada prihatin.
“Tidak apa-apa, mending kamu mandi dulu, biar nanti kamu tidak telat sampai sekolah” ucap Renata yang sudah sangat perhatian kepadaku.

Kami berangkat sekolah bersama, Aulia mengajak kami untuk lomba lari sampai sekolah, tapi Renata melarangnya karena Liana tidak akan mungkin bisa mengejarnya, karena mereka sudah tidak akan bisa merasakan lelah.

“Emangnya aku takut dengan kalian? hahaha” ucapku sambil tertawa. Aku pun langsung berlari meninggalkan mereka.

“tuh kan, dia juga mau menerima tawaranku!” ucap Aulia yang langsung lari menyusulku dengan cepat.

Alangkah terkejutnya aku melihat Renata yang sudah di depan gerbang sekolah.
“Kau curang!” ucap Aulia
“tidak!, tapi Liana yang curang, dia sudah berlari duluan meninggalkan kita!” balas Renata untuk membela dirinya sendiri.

“hahaha, baiklah aku memang tidak akan pernah bisa mengalahkan kalian” ucapku sambil tertawa yang disusul oleh mereka.

“Nak, kenapa temanmu ini berbicara dan tertawa sendiri? Sebaiknya kau jangan mendekatinya.” ucap salah satu wali murid yang sedang mengantarkan anaknya ke sekolah.

“aku tidak tahu bu, mungkin dia sudah gila hahaha” ucap anak itu kepada ibunya.
“ huh, dasar orang aneh!” ucap anak itu sambil melangkah melewatiku.

Saat itu aku hanya terdiam. Aulia yang tidak tega melihatku kembali sedih pun lansung menarik tangan anak itu.

“hah? Siapa yang menarik tanganku tadi? Aku tidak melihatnya!” ucap anak itu bingung hingga berlari ketakutan.
Akupun hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Aulia.

   Lalu aku melanjutkan jalan menuju kelas, yang disusul  mereka yang berjalan di sampingku namun seperti terbang. Saat berjalan aku memikirkan sesuatu, apa benar? Hanya aku yang bisa melihat mereka? Bahkan ibuku sendiri tidak bisa melihat Renata saat di dapur.

Tapi kenapa aku harus mempunyai kelebihan yang seperti ini? Apakah ini jawaban dari tuhan karena aku ingin berbeda dengan anak-anak yang lain? Tapi bukan ini maksudku!

Bahkan aku sudah di bilang seperti orang gila. Ini membuatku tidak mempunyai teman, karena mereka takut jika dekat denganku. Kenapa teman-temanku lebih menjauhiku sekarang? Padahal kita semua sama.

I Know You're Not HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang