Chapter 7

25 1 0
                                    

Jam pelajaran pun berakhir, yup saatnya kembali ke kamar asrama. Aku akan mengajak Nita pulang bersamaku hari ini karena ia adalah sahabat terbaikku dan juga Riana pastinya.

   “Nanti malam main bareng yuk, tapi aku masih belum punya ide mau main apa,” ucap Nita.

   “Err.. Gimana ya, aku ada janji mau ketemu sama Riana malam ini,”

   Ya, seharusnya aku tidak usah memberitahu Nita. Tapi aku belum membuat alasan untuk itu. Aku takut Nita akan ikut curiga, ia mungkin akan takut dan cemas kalau ada bahaya di asrama ini.

   “Oke, gak masalah,” ucapnya memberikan senyum lebar.

   Setelah itu, perjalanan kami dari kelas menuju asrama kembali hening. Hanya ada hentakan kaki kami yang mengisi suara di telinga, sampai di dalam kamar pun belum ada anak yang sampai disini. Hanya ada aku dan Nita.

   “Sekarang masih pukul 3 sore, lebih baik kita ke kafe yang ada di depan asrama yuk, aku kira waktu luang kita jadi tidak membosankan,” ucapku semangat.

   “Boleh juga,” balas Nita.

   Kami pun berjalan menuju kafe, sampai disana kami memesan beberapa makanan sambil mengobrol sebentar.

   “Apa bener kamu emang indigo?”

   “Kenapa tanya gitu Nit?” balasku heran.

   “engghh.. engga apa-apa si, soalnya dulu ada anak laki-laki indigo yang meninggal di asrama ini.”

   “HAHH? Serius?” aku sontak kaget dengan yang diucapkan Nita.

Pertama, ia bilang kalau yang meninggal itu seorang indigo. Yang kedua, Nita mengucapkannya dengan santai. Apa maksudnya ini?

   “Serius, tapi banyak yang belum tau penyebab dia meninggal,”

   Aku belum bisa menjawab apa-apa sekarang. Aku hanya takut kasus ini ada hubungannya dengan

pembunuhan itu. Ini benar-benar harus diselidiki.

   09.00 P.M

   Tepat jam 9 ini aku menyelinap keluar kamar asrama untuk menepati janjiku dengan Riana, semoga saja ia sudah sampai duluan disana. Kakiku menyentuh lantai secara perlahan.

Yes, aku beruntung tidak melihat penjaga asrama sehingga bisa lebih tenang untuk ke taman.

   “Riana..” bisikku memanggilnya.

   Sepertinya Riana mendengar bisikanku. Sekarang ia menghampiriku tanpa membuat suara apapun sambil tersenyum. Hmm.. senyuman yang aneh.

   “Oke, kita langsung aja ke ruang guru, siapa tau kita menemukan hal yang aneh disana.”

   Mendengar perintah Riana, aku hanya mengangguk tanda setuju.

   Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari kunci pintu ruang guru, tak begitu sulit memang, aku hanya pergi ke gudang dan mengambil ember kunci.

Susahnya adalah semua kunci yang ada di asrama ada di ember kunci, dan aku harus mencarinya satu-satu.

   “Akhirnya ketemu,” ucapku yang hampir putus asa setelah melihat kunci yang bertuliskan ruang guru.

   “Liana, kita hanya mencari sesuatu yang dianggap mencurigakan dan tidak merubah posisi apapun,” ucap Riana tegas.

   “Oke Riana!”

   Hampir 6 menit kami mencari-cari sesuatu yang janggal, namun hasilnya nihil. Tapi tidak sampai aku melihat pisau besar dan tajam dibawah meja Pak Daniel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Know You're Not HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang