E. Enam

211 20 6
                                    

Enam tahun yang lalu mereka pertama kali bertemu di kelas satu, dan sekarang saat beranjak naik ke kelas enam, mereka harus mengucapkan salam perpisahan. Diusianya yang baru 12 tahun, Wu Yifan sudah mengerti apa yang mendasari perasaan senang di hatinya setiap kali bertemu Amber Liu. Sekarang ia merasa berat untuk pergi jauh darinya, karena ia jatuh cinta pada teman dekatnya itu.

Selama enam tahun mereka mengenal dan bermain bersama, berbagi suka maupun duka, bahkan saling menjaga rahasia. Tapi dari ribuan hari yang telah berlalu, baru sekali ini Yifan melihat Amber menangis. Amber yang dikenalnya ceria dan selalu tertawa itu menangis karenanya.

"Yifan... apa tidak bisa kau tidak pergi ke Kanada? Kau di sini saja tinggal bersama keluargaku..."

Mendengar kalimat terbungkus nada parau itu, Yifan merasa ingin menangis juga. Matanya berkaca-kaca, namun ia segera memeluk Amber sebelum setetes air jatuh dari sana.

"Aku tidak bisa, maafkan aku, Amber..."

Tangisan Amber justru terdengar semakin keras setelah Yifan menyelesaikan kalimatnya. Ia sendiri tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Kesedihan yang Yifan pendam selama satu bulan terakhir, akhirnya tumpah juga. Selama satu bulan terakhir ia menyembunyikan hal ini dari Amber karena takut membuat temannya tersebut sedih. Ia belum pernah bercerita mengenai rencana kepindahan keluarga Wu ke Kanada pada siapapun. Namun ternyata keputusannya untuk memberitahu Amber di saat-saat terakhir adalah kesalahan. Ia justru membuat Amber menangis sekarang.

"Amber... sudah, Yifan sudah harus berangkat..."

Pada akhirnya, waktu juga yang memisahkan pelukan mereka. Ibu Amber menarik bahu putrinya, membuat Yifan kehilangan seseorang dari dekapannya. Kedua orang tua Yifan sendiri memberitahu kalau mereka harus pergi sekarang ke bandara. Dengan berat hati pemuda 12 tahun itu melangkah membelakangi temannya.

"Yifan!" Amber berteriak masih sambil menangis, mencoba mengejarnya namun tidak bisa karena ibu gadis kecil itu memeganginya.

Yifan hanya bisa menengok seraya terus berjalan. Ia mengusap air mata yang membasahi pipinya sebelum melambaikan tangan. Karena mereka memang harus berpisah sekarang.

"Sampai jumpa, Amber..."

"Yifan! Jangan pergi!" Amber menangis semakin keras, Yifan sakit hati melihatnya.

Dengan terpaksa Wu Yifan menghadap ke depan dan berlari memasuki mobil yang terparkir di depan rumah Amber. Dari kaca jendela mobil masih bisa dilihatnya gadis berkuncir satu itu meneteskan air mata. Ia sendiri tidak ingin pergi, namun ia tidak memiliki pilihan lain saat ini.

"Selamat tinggal, Amber..." Yifan melambaikan tangan dengan pelan sambil berbisik di depan kaca jendela.

Perfect Two | KrisBerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang