KATA 4• DIA~

7.6K 279 2
                                    

Alysa memasuki pintu rumah setelah ia meletakkan sepedanya di garasi samping rumah. Ia berjalan seraya tertatih pelan. Kakinya masih terasa sakit akibat kecelakaan ringan yang baru saja terjadi padanya. "Assalamualaikum," sapa Alysa mengucapkan salam saat dirinya telah mendaratkan duduknya di sofa ruang tamu.

Alysa menatap sekeliling rumah yang sangat sepi. Mengingat ayahnya kembali bekerja dan harusnya Nadya masih berada di rumah. Alysa hapal jadwal kuliah adiknya itu. Nadya harusnya tidak ada jadwal kuliah hari ini. Baru pagi tadi adiknya bilang akan tinggal di rumah. Tapi salam Alysa masih belum ada jawaban.

Rumah yang cukup besar itu memang sengaja tidak memakai jasa asisten rumah tangga. Dulu almarhumah ibunya yang meminta untuk mengurus rumah itu sendirian. Saat ini ibunya telah tiada. Harusnya yang kembali mengurus rumah saat ini ialah dirinya. Alysa berpikir akan mulai bertanggung jawab untuk keluarga, mengurus rumah dan menjaga adiknya.

Perlahan Alysa mengabaikan keadaan rumah sejenak. Ia mulai pelan-pelan melepas kaus kakinya yang terdapat sedikit bercak darah. Rupanya Alysa merasa merintih kesakitan saat kaus kakinya telah berhasil ia lepas. Ternyata kaki Alysa memang benar terluka. Meskipun lukanya tidak seberapa, namun sakit yang Alysa rasakan sangat perih. Darah yang sedari tadi mengalir dan menempel di kaus kakinya itu telah cukup mengering.

Alysa kembali beranjak dari sofanya perlahan. Dan lalu menenteng kaus kaki dan sepatunya hingga kembali berjalan tertatih. Langkah Alysa menuju ke ruang belakang. Ia meletakkan kaus kaki yang telah berdarah itu ke dalam keranjang cucian dan meletakkan sepatunya ke dalam rak. Lalu Alysa beralih mengambil betadine, kapas dan sebagian plester untuk mengobati lukanya di meja ruang belakang.

"Nadya kemana, ya?" ucap Alysa setelah sebentar mengobati luka kakinya dan membalutkan plester itu untuk menutupi lukanya. Alysa kembali beranjak dari kursinya dan berjalan hingga menuju ke depan kamar adiknya.

Tok... Tok... Tok!

"Nadya, Nad ... ini Kakak Nadya, kamu masih di dalam, kan?" panggil Alysa dengan mengetuk pintu kamar adiknya beberapa kali. Namun masih nihil jawaban. Alysa menghela napas pasrah. Ia pun kembali khawatir dengan keadaan adiknya. Lalu sengaja Alysa memutar gagang pintu dan membuka pintu kamar Nadya.

"Nad ..." Belum sempat Alysa menyebut nama sang adik, keadaan ruang kamar Nadya terlihat kosong tak berpenghuni. Alysa semakin heran setelah menatap ruang kamar Nadya. Bukan karena kamar Nadya tampak tak rapi. Namun kemanakah Nadya pergi? Alysa semakin cemas, bingung, dan khawatir setelah tahu adiknya tak ada di kamar.

"Nadya ... kamu kemana, sih?" gerutu Alysa dengan keadaan gelisah. Ia kembali menutup pintu kamar Nadya setelah dirinya beranjak keluar kamar.

Dreet... Dreet... Dreet, suara ponsel Alysa tampak bergetar di balik saku gamis yang ia kenakan. Lekas Alysa mengangkat telepon dari nomor yang tak dikenal yang tertera di layar ponselnya.

"Halo, Assalamualaikum? Ini Kakaknya Nadya, ya?"

"Waalaikumsalam, iya, saya Kakaknya Nadya. Ini siapa?"

"Kak, maaf, Nadya ... sedang ada di apartemen saya. Saya bertemu Nadya waktu Nadya sudah mabuk berat, Kak. Sekarang, Nadya masih belum sadar."

Suara perempuan itu membuat Alysa semakin tak percaya saat mendengar kabar adiknya. Alysa tak menyangka, mengapa adiknya harus senekat itu melakukan perbuatan haram. Nadya yang Alysa kenal, sama sekali takut untuk melakukan perbuatan yang sangat dilarang oleh Agama Islam. Kali ini perasaan Alysa kembali bercampur aduk kesal dan sekaligus khawatir.

"Ya udah, kamu tolong jaga Nadya dulu, ya, Dek? Sebentar lagi aku ke sana. Kamu tolong kirimkan saja alamat apartemen tempat tinggalmu. Assalamualaikum." Alysa memutuskan sambungan teleponnya. Dadanya terasa sesak karena tahu Nadya akan berbuat di luar dugaan.

Kata Cinta Dalam Doa [END/Tersedia Lengkap Di DREAME & INNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang