Kelas bertuliskan XI IPA 5 itu terlihat sunyi senyap dari kelas lainnya. Seorang guru berkacamata tebal yang sedang mengajar di kelas tersebut tengah memandang seorang gadis yang tertunduk di depannya.
Gadis berambut ikal sebahu itu tidak dapat menyembunyikan senyum lebarnya sama sekali. Merasa tidak bersalah dengan kelakuan yang baru saja dia lakukan.
"Kamu itu perempuan, harusnya perilaku kamu itu kayak perempuan pada umumnya", Bu Endang adalah guru tersebut, beliau mengajar pelajaran Kimia untuk kelas XI.
"Kamu dengar saya nggak Lyra ?", tanya Bu Endang.
"Iya bu saya denger kok, daritadi saya disini ngapain kalo nggak dengerin ibu ?", jawab gadis yang ada di depan beliau.
Lyra Valerina Adrian, gadis ekspresif yang berasal dari IPA 5 ini adalah bandar onar. Jangan pernah terlintas di pikiran kalian kalo Lyra ini punya darah bule. Lyra adalah cewek ori asli Indonesia.
Dengan sifat songong dan nggak tau aturannya Lyra udah di kenal baik sama kakak kelas berandal jurusan IPA maupun IPS. Tipe-tipe cewek tomboy.
"Kamu ini dikasih tau malah jawab aja. LARI KELILING LAPANGAN 10 KALI SEKARANG", teriak Bu Endang yang membuat semua teman sekelas Lyra tersentak kaget.
"Tuh kan, diet lagi diet lagi", gerutu Lyra sambil berjalan kearah lapangan basket yang ada tepat di depan kelasnya itu.
Samar-samar gadis itu bisa mendengar Bu Endang yang melanjutkan kembali materi yang sempat tertunda tadi.
Hanya karena Lyra ketiduran di kelas ia harus lari keliling lapangan 10 kali. Gila emang.
Iya Lyra tau dia salah tapi kenapa harus lari lapangan lagi, kemarin dia sudah lari lapangan 7 kali dan membersihkan WC putri karena tidak ikut upacara bendera. Dimana ujung-unjungnya setelah laporan ke guru BK Lyra memilih untuk bolos sampe pulang.
Lyra memulai putaran pertama dengan santai dan sengaja melambatkan laju larinya, alasannya agar tidak perlu ikut pelajaran Kimia.
That's great idea, batin Lyra.
Memang kebanyakan orang selalu mengkritik namanya. Lyra, pasti semua orang bakal asing dengan nama itu. Tapi bagi Lyra itu adalah nama terindah untuknya.
Tapi please jangan mikir kalo nama Lyra terinspirasi sama salah satu merk pensil buat UN zaman SD.
Lyra sendiri hanya tau kalo namanya berarti harpa. Udah itu aja selebihnya Big Zero.
Dan sesuai prediksi cerdasnya, putaran kesepuluh yang di lakukan Lyra tepat saat bel istirahat berbunyi.
Senyum lebar tak bisa di sembunyikan oleh Lyra, apalagi melihat Bu Endang yang menatapnya sinis saat keluar kelas malah menambah moodnya.
Kakinya melangkah menyusuri koridor yang akan menbawanya ke perpustakaan. Tempat keramat bagi murid berandal sepetinya dan tempat paling adem seantero sekolah.
Dilengkapi dengan 4 AC yang selalu on di tiap harinya membuat Lyra betah tiduran di perpus tiap bolos mapel.
Soal penjaga perpus ? Gampang Lyra selalu membawakan sebungkus nasi pecel spesial buat Pak Adi penjaga perpus. Kalo nggak gitu ya nemenin beliau nonton berita.
Setelah melempar senyum kepada Pak Adi, kakinya melangkah ke sudut perpus dan segera meluruskan tubuhnya di kursi.
Terpaan AC yang begitu menggoda membuat kelopak mata Lyra susah bergerak dan dalam hitungan menit semuanya gelap.
******
Tubuhnya tersentak saat sebuah jemari dingin menyentuh pipinya. Masih dengan posisi tiduran di kursi panjang Lyra mengamati wajah seseorang di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
RandomLo beda. Dan gue nggak sadar itu dari awal. Gue gak nyangka kalo itu lo. Gue terlalu dibutakan sama ambisi gue. Dan lo selalu ada buat gue. Please demi apapun gue cuma pengen lo jadi milik gue dan gue akan pertahanin lo dengan segala keegoisan gue. ...