6. Sebenernya ?

30 2 0
                                    

Lyra bingung. Baru pertama kali ini dia mati kutu saat sedang dihakimi.

Bukan apa-apa hanya saja, biasanya dia selalu melawan dan membantah semua argumen dan kata-kata mengintimidasi yang di tujukan padanya.

Tapi kali ini, ia benar-benar tak bisa berkutik.

Di bawah sorotan tajam mata laser milik Alvero, rasanya Lyra ingin segera melarikan diri ke rooftop sekolah dan terjun bebas dari sana.

Tapi kalau di pikir-pikir, akan sia-sia juga kalau dia nekat bunuh diri. Yang ada adiknya malah akan bersorak riang karena mendapatkan seluruh isi kamarnya.

"Kenapa diem ?" Suara itu menusuk indra pendengarannya dan membuatnya hampir mengumpat.

Ia mendongak dan memberikan cengiran handalannya agar Alvero, ya setidaknya sedikit mengurangi rasa kesalnya.

Tapi wajah datar yang sayangnya ganteng itu malah menatapnya lekat dengan sorot membunuh.

Lyra meneguk ludahnya dengan susah payah. Pandangannya menjelajah ke sekeliling.

Mereka berdua sedang ada di tribun pinggir lapangan basket. Untung saja lapangan basket sedang sepi, Lyra tidak ingin menjadi sorotan anak-anak lagi karena ulah nyebelin si kacamata.

"Jelasin apa maksud lo dengan ngehajar gue tadi, sekarang ! Atau gue bakal jedokin kepala lo ke tembok",

Ancaman mematikan dari Alvero membuatnya menciut.

"Gue nggak ngehajar lo Al, lo ingetkan kalo gue cuma liatin lo. Dimana yang sebenernya Deva sama Gibran yang ngehajar lo. Tapi itu nggak masuk list ngehajar karena mereka berdua nggak bikin lo bonyok",

Entah setan apa yang menampar pipinya, kalimat songong itu lolos begitu saja dari bibirnya.

Ada guratan tak mengerti dari wajah Alvero, membuat ia mendengus dan mendorong wajah Alvero kuat hingga cowok itu terduduk di bangku tribun.

"Gue mau nunjukkin aja sama seluruh anak di sekolah kalo masih ada cogan dengan kapasitas otak yang melebihi kata max", ujar Lyra keras dengan kedua tangan yang terentang.

Alvero semakin tidak mengerti. Dahinya berkerut menatap tingkah sinting Lyra yang ada di depannya.

Ia kembali menatap Alvero yang sedang menatapnya juga.

"Jangan jadi orang lain kalo lo hanya mau lari dari publik karena apa ? Bagaimana pun juga publik tetep akan ada di sekitar lo. Kalo publik udah ngenal lo sebagai orang lain, dan di saat itu lo sedang menjadi diri lo sendiri mereka nggak akan tahu", jelas Lyra panjang lebar.

"Gue nggak mau ngerubah lo jadi orang lain cuma karena lo nggak pake kacamata lagi, gue cuma mau nunjukkin diri lo yang sebenernya", lanjut Lyra.

"Tapi gue nggak suka dengan cara lo yang begini", bantah Alvero.

"Terus gue harus apa ? Mohon-mohon ke lo buat lepas tu kacamata sialan, lo nggak mungkin mau kan", jawab Lyra.

Keduanya memasang wajah siap bertempur, Lyra dengan ego dan keras kepalanya sedangkan Alvero dengan keteguhan dan kesabarannya agar tidak menginjak tubuh pendek di depannya ini.

"Fine, kalo lo mau dandan kayak gini selama 2 minggu gue janji gue bakal belajar dengan tekun buat tugas sejarah kita berdua, deal ?", ucap Lyra.

Ia harus mengambil resiko hanya untuk membuat Alvero yakin kalo penampilannya yang asli tidak semengerikan itu.

"Deal", jawab Alvero dan setelahnya cowok itu beranjak dari duduknya dan meninggalkan Lyra sendiri.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang