30 (end)

15.9K 642 87
                                    

Di sebuah apartemen mewah, 3 hari yang lalu.

Setelah mengalami kegagalan di negosiasi pertamanya, kali ini dia tidak ingin gagal lagi untuk yang kedua kalinya. Berharap orang ini akan mengerti dengan keinginannya.

Terlalu meremehkan, akhirnya dia menelan kekecewaan lagi, saat lelaki di depannya hanya terdiam menatapnya. Naruto, menatap mata Sarada yang berair dan hidungnya memerah, tanda gadis itu terlalu banyak menangis.

"Uncle pasti tidak ingin mama sedih kan ?, mama menangis setiap hari apa uncle tau ? mama tidak bisa bersama uncle, mama hanya tidak bisa menolak uncle. " Ucapan Sarada bukannya membuat Naruto luluh, tapi malah sebaliknya, kata kata itu mulai menyulut emosi Naruto.

"Apa maksudmu Sarada !" ucap naruto setengah membentak.

"Sarada tidak tega melihat mama menangis setiap hari, maafkan Sarada yang tidak tau balas budi, Sarada hanya ingin mama bahagia, dan mama bahagia hanya dengan papa"

"Kau tidak tau apa - apa Sarada, mamamu sangat takut pada lelaki itu, bagaimana dia bisa bahagia bersama lelaki yang telah membuatnya gila ?"

dug

bunyi benturan keras antara lutut Sarada dan lantai. kembali dia berlutut seperti sebelumnya pada Karin.

"Kumohon Uncle, biarkan mama mendapatkan kebahagiaannya sendiri, jangan paksa mama bahagia seperti yang uncle fikirkan. mama tidak akan bisa benar - benar bahagia"

"jangan egois Sarada. Kau tidak bisa memaksakan kehendakmu seperti ini, kau tidak benar tau apa yang ada di hati mamamu, dia tidak akan bahagia bersama lelaki itu, lelaki yang telah menyakitinya. Dan siapa yang mengajarimu untuk egois huh ?" Naruto menatap Sarada tajam, walau dia sudah tau semuanya, dia masih bersikap egois dengan mengabaikan semua yang dia tau. Baiklah, dia telah melupakan bahwa dia yang mengajarkan pada Sarada untuk tidak egois, sedangkan saat itu dia sendiri juga sangat egois, parahnya dia tidak mengakuinya.

"Uncle pernah bilang, kalau uncle akan mengukum Sarada jika Sarada egois. Sekarang Sarada ingin egois, uncle boleh menghukum Sarada. asalkan Sarada boleh egois untuk kali ini saja. " Ucap Sarada dengan mata yang berlinang, bibir itu melengkung membentuk kubah sempurna.

"Sarada" Hati Naruto semakin tak karuan saat gadis itu menatapnya penuh permohonan. Sekali lagi dia mengumpati dirinya sendiri yang telah memberikan hukuman untuk orang egois, itu berarti dia harus menghukum dirinya sendiri juga.

"Uncle, Sarada mohon." lagi gadis itu mendobrak kuat dinding hatinya.

"Sarada, Uncle mohon. Aku sangat mencintai Sakura, Hingga aku menentang ibuku sendiri untuk menikahinya. Berhentilah memohon padaku dengan wajah itu, aku juga ingin bahagia. Kau juga boleh menghukumku yang telah egois. " Sarada mendongakkan kepalanya dan menatap lelaki yang juga berlutut di depannya, air matanya semakin deras melihat air mata Naruto juga mengalir pelan.

"Bisakah kau membiarkan saja semua berjalan seperti ini ? "

"Uncle, Sarada ingin hidup bersama papa dan mama Sarada. "

"Apa aku tidak cukup menjadi papamu ? apa aku masih kurang baik dari papamu? apa aku tidak pantas menjadi papamu?" Ucap Naruto tak kalah memilukan dari permintaan - permintaan Sarada.

Sarada berdiri dari posisinya semula di tangkupnya wajah Naruto yang menatapnya.

"Uncle bahkan jauh lebih baik dari papa, uncle telah banyak mengajarkan tentang kebaikan pada Sarada, tapi papa Sarada tetaplah papa, tidak ada yang bisa merubahnya, atau menggantikannya. Papa Sarada tetaplah Sasuke, walau dia bukan orang baik, walau dia pernah meninggalakan Sarada, Sarada tau bahwa papa tidak sengaja melakukannya. " Sarada mengusap lembut air mata yang jatuh dari mata Naruto, lalu beranjak dari tempatnya, meninggalkan Naruto yang masih terpaku di tempat.

I'M SORRY dear [SasuSaku Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang