Chapter 5

1.3K 123 5
                                    

OK, next!

Happy reading!

=====================================

"Hai, di sini Hermione Weasley. Maaf aku sedang ada urusan keluarga dan akan kembali di akhir bulan nanti. Jika berkenan tinggalkan pesan setelah—"

Tut.. tut.. tut..!!

Harry membanting ponselnya ke atas sofa kesal. "Sesibuk apa mereka di sana sampai sulit sekali dihubungi?!" gerutu Harry.

"Mailbox?" tanya Ginny.

"Iya. Dan kata pesannya, dia akan kembali saat akhir bulan nanti! Kalau kita tetap menunggunya, aku bisa cepat gila, sayang!" Harry mengacak-acak rambutnya saking sebalnya. Sejak pagi ia sudah menghubungi kakak iparnya itu mulai dari telepon, pesan singkat, email, dan media sosial. Namun semuanya nihil, no response.

Usaha yang dilakukan James, Al, Lily, serta Ron dan Harry muda untuk mencari benda-benda lain yang sekiranya ikut terbawa dari masa lalu juga tak mendapatkan hasil. Pencarian dilakukan hingga pukul 12 siang, tapi.. "tak satupun. Kami juga sudah bertanya petugas pengambil sampah kompleks juga tak menemukan apa-apa di sekitar semak itu, Dad!" tutur James saat mereka semua sarapan pagi.

"Kemarikan ponselmu, sayang!" Ginny meminta Harry menyerahkan ponselnya yang hampir rusak ia banting berkali-kali, meski di atas sofa empuk.

"Mau apa?"

Ginny seperti membuat pola dengan menyentuh layar ponsel Harry dan sesegera mungkin mendekatkannya ke telinga. "Hei, bantu kami bisa menghubungimu. Kami butuh bicara denganmu secepatnya, Mrs. Weasley. Kalau tak, jangan salahkan aku tak memperingatkanmu. Nasib suami kita sedang dipertaruhkan!"

Dan kemudian putus. Ginny meninggalkan pesan suaranya pada saluran telepon milik Hermione. "Benar-benar istriku," kata Harry singkat. Bulunya sampai meremang mendengarkan ancaman Ginny tadi.

"Sedikit ancaman. Kita tunggu saja nanti," ujar Ginny santai.

***

Harry dan Ginny sibuk bergotong royong membersihkan sudut rumah mereka yang sedikit berantakan. Khususnya bagian gudang. Mereka membiarkan anak-anak sibuk menghabiskan hari di dalam rumah sambil menemani Harry dan Ron muda yang mulai bosan tinggal di rumah.

Al memilih bermain laptop di ruang tamu. Ia sedang berlatih mengopersikan beberapa sistem internet yang lama tak ia gunakan sejak masuk Hogwarts. Menurutnya, Hogwarts memanglah sekolah yang luar biasa karena penuh dengan sihir, tapi ia tetap suka dengan teknologi Muggle yang bernama internet. Seperti Quidditch, internet pernah membuatnya kecanduan.

Diantara para Potter junior, hanya Al yang tertarik dengan teknologi Muggle. Ia sendiri yang merengek minta dibelikan laptop saat James dan Lily memohon dibelikan sapu terbang sebelum mereka masuk Hogwarts. Dulu Al sering mencoba beberapa program di laptop Harry sebelum ia mempunyai laptop sendiri.

Salah satunya program video call di laptop ayahnya. Al jadi teringat dengan program itu di laptopnya sendiri. Ia memang memasang program tersebut di laptop pribadinya namun jarang digunakan. Terakhir ia sempat menggunakannya saat masih sekolah di sekolah Muggle.

"Jiwa-jiwa Muggle Dad menurun sempurna ke dirimu, Al,"

"Ini asik tahu, James!" kata Al masih sibuk dengan laptopnya, "kau kenapa dari tadi tertawa terus? Kau mengerjai Lily?" tanya Al.

James kembali terbahak, "iya, dan satu orang lagi. Dad kecil juga. Aku baru tahu kalau saat Dad muda sama seperti Lily, hahaha!!"

"Maksudmu, James?" Ginny masuk sambil melepaskan sarung tangan karetnya yang kotor. Dibelakangnya muncul Harry dewasa sama kotornya dengan Ginny. Pakaian mereka penuh debu.

Petaka Dreamcatcher (time travel fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang