JSC 4

995 22 7
                                    

Sinar mentari menembus celah2 jendela kamar Fenia.
Fenia membuka kelopak matanya dan melirik jam yang menunjukan pukul 10 siang.
Fenia menoleh ke arah kirinya melihat Ega masih tertidur pulas dengan wajah mulus dan tampan.
Fenia mengusap lembut pipi Ega dan tersenyum, lalu fenia langsung mengingat kejadian semalam, dengan seketika Fenia melepas tangannya dari pipi Ega senyumnyapun pudar dan Fenia beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi.

Fenia memejamkan mata dan merasakan air yang jatuh dari shower kamar mandi mengenai setiap inci dari tubuhnya.
Fenia tertunduk dan mengingat lagi kejadian tadi malam. Seketika dada Fenia terasa sesak dan sakit. Fenia jatuh terkulai lemas di bathub dan menangis.
Fenia memegang dadanya yang terasa sangat sakit entah kenapa dan terus memukul dadanya berharap rasa sakit itu akan reda, tapi rasa sakit itu justru semakin liar seperti menggerogoti setiap organ di dalam dadanya. Fenia terus menangis.

Setelah selesai mandi Fenia keluar dari bathub dan memakai handuk, lalu berjalan lemas dengan tatapan kosong menuju wastafel.
Di atas wastafel terdapat cermin yang membuat Fenia mau tidak mau harus melihat dirinya di cermin.
Fenia melihat beberapa kissmark di lehernya. Dan lagi2 fenia mengingat kejadian semalam. Tapi kali ini Fenia benar2 tidak ingin ingatan itu berada di kepalanya. Fenia berteriak mengambil botol shampo dan beberapa botol alat mandi nya.
Fenia melemparkan semuanya ke cermin tersebut karena Fenia tidak sanggup melihat dirinya sendiri di cermin tapi cara tersebut tidak mampu membuat cermin itu pecah.

Fenia mengenggam erat wastafel dan tertunduk.
"Gimana bisa gue nglakuin kayak gitu sama cewe? Gimana bisa gue jadi serendah ini? Kenapa gue bisa cinta sama dia? Bahkan sekarang gue gak bisa liat diri gue sendiri di cermin!!! Menjijikan!!! Gue ngerasa gue menjijikan!!!"

Fenia terus memaki dirinya sendiri di dalam hati dan membuat air matanya mengalir deras dari matanya.

Setelah lama fenia menangis, fenia menguatkan dirinya untuk keluar dan bertemu Ega.
Tapi saat fenia keluar dari kamar mandi Ega sudah tidak ada di kasur, dan fenia tau pasti Ega sedang mandi di kamarnya sendiri.

Dengan cepat Fenia memakai baju dan me make up wajahnya agar bekas dari tangisan matanya tidak terlalu terlihat.

"You look so beautifull beb."
Ega masuk dengan membawa kantong plastik di tangan kanannya.

Fenia berusaha tersenyum. Dan anehnya rasa sesak dan sakit didadanya seketika hilang.
Fenia berlari menuju Ega dan memeluknya erat.
Kepala Fenia berada tepat di dada bidang Ega, Fenia bisa mencium aroma parfum khas laki2 di baju Ega dan detak jantung Ega.

"Are you okay?"

"I love you Ega.."
Kepala fenia menegadah ke atas melihat Ega.

Tangan kiri ega memeluk pinggul Fenia.
"Cup.."
Ega mencium lembut bibir fenia. Tangan fenia berada di dada bidang Ega.

Fenia menikmati ciuman itu, bibir ega yang lembut dan kenyal. Ciuman itu berkangsung selama 5 menit dan hampir membuat fenia kehabisan nafas.

"Terus kaya gini.. Jangan ada yang berubah. I love u too Fenia."
Ega mengakhiri adegannya dengan mendaratkan kecupan di kening Fenia.

Fenia hanya tediam tersenyum tipis.

"Yuk makan.. Nih tadi gue delivery biar gausah masak."
Ega menunjukan kantong plastik yang dibawanya.

Ega dan Fenia menuju ruang makan dan menyantap sandwich yang di bawa Ega.
Sepanjang Fenia dan Ega makan, Ega terus memperhatikan Fenia. Ega merasa aneh karena Fenia diam terus dan sesekali melamun.

"Fen? Lo sakit? Lo beneran gapapa?"

Fenia hanya menjawabnya dengan anggukan kepala dan senyuman tipis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan Salahkan Cinta (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang