Sebuah Pengakuan

906 33 6
                                    

Jam dinding kamar Ega menunjukan pukul 5 sore.
Ega masih berdiri di jendela apartemen kamarnya yang mengarah ke jalan raya sejak pulang dari kampus, ega sedang menunggu sesuatu.
Dan akhirnya yang ditunggu ega sudah datang, sedan hitam sedang berhenti didepan gedung apartemen tidak lama kemudian Fenia masuk ke dalam mobil itu.
Ega hanya terus menatapnya dari ketinggian.

**********

Didalam mobil Alex terus mencuri2 pandangan pada Fenia, fenia sungguh cantik.
Fenia menggunakan joger pants kaos putih yang dimasukan dan menggunakan jaket.

Feniapun memuji ketampanan Alex di dalam hatinya. Namun Fenia bingung karena disaat dihadapannya ada laki2 setampan Alex, jantung Fenia tidak berdebar2 seperti saat sedang berhadapan dengan Ega. Fenia merindukan Ega.
"Ko gue kangen ya sama ega, gue kangen.. Kangen.. Pengin liat mukanya. Gue pengin deket sama dia"
Fenia merasa didalam dadanya ada jarum2 yang menusuk. Sakit.
Fenia meremas baju di dadanya dan fenia memejamkan matanya.

Alex melihat Fenia dan kebingungan.
"Fen? Are you okay?"

Fenia membuka matanya dan hanya tersenyum.

30 menit perjalanan mereka sampai di sebuah taman kota di bandung.

Fenia kebingungan melihat sebuah taman indah dihadapannya saat turun dari mobil.
"Lex? Loe bilang kita mau ke toko buku?"

Alex tersenyum mendekati Fenia dan menggandeng tangan Fenia. Fenia kaget dengan tindakan Alex, tapi Fenia diam tidak menolak.
Ega mengajak Fenia kesebuah air mancur dan duduk didekat kolam air mancur.

"Maaf ya gue boong, gue takut lo ga mau kalo gue ajak loe kesini."

"Hehe... Iya gapapa ko. Gue seneng loe ajak gue kesini. Gue lagi pusing butuh udara seger. Haaaaaaaaaaaaaaaahhhh..."
Fenia mencengkram erat tepia kolam dan berteriak melepaskan segala beban yang berat dihatinya.

Alex memasukan tangannya ke saku jaketnya karena dingin. Cuaca kota X akhir2 ini memang selalu dingin.
Ega tersenyum melihat fenia berteriak.
"Fen? Siapa orang yang lo cinta?"

Fenia terkejut dan langsung menatap bulat mata Alex.

"Fen.. Kalo orang itu cuma bikin beban di hati loe, berarti loe ga boleh cinta sama dia. Cinta itu bukan beban kan?"

Kata2 alex berhasil menembus hati Fenia bagai pedang. Terasa sangat sakit. Dan Fenia lagi2 memaki dirinya sendiri, fenia menundukan kepalanya hingga membuat rambutnya jatuh menutupi wajahnya.
"Gue gila! Gue udah ga normal! Gue suka sama cewe! Gue selalu kangen sama orang yang notabenenya dia cewek!! Kenapa gue jadi gini?"
Fenia mencengkram tepian kolam dan Fenia mulai menjatuhkan tetes air mata.

Tiba2 Alex membungkuk dihadapan Fenia memegang dagu Fenia dan menggerakkannya agar Fenia melihatnya. Alex pun menyeka air mata di pipi Fenia dengan lembut dan penuh rasa sayang.

"Fen.. Kenapa loe nangis gini? Kalo orang itu udah bikin loe nangis disaat loe sadar loe cinta sama dia, gimana nantinya? Kenapa loe ngrasa dia beban sekarang? Terus gimana nanti?"

Fenia menggigit bibirnya karena fenia merasa sangat ingin menangis lebih kencang.

"Fen... Jangan nangis. Gue ga bisa liat loe nangis gini. Gue suka sama loe, gue cinta sama loe. Gue siap bahagiain loe dan bikin loe lupa sama orang yang bikin loe nangis."

Fenia tertegun mendengar pengakuan Alex.
"Alex suka lo fen! Dia cowo! Ganteng baik lembut! Terus kenapa perasaan lo malah tetep buat Ega?"
Fenia lagi2 memaki dirinya sendiri.
Fenia menangis dan berdiri yang diikuti oleh Alex. Fenia memeluk Alex dan pecahlah tangisan Fenia yang sedari tadi ia tahan, bahkan fenia hingga mengerung2 karena rasa sakit di dadanya.
Alex membalas pelukan Fenia dengan hangat dan mencium kepala Fenia.

Jangan Salahkan Cinta (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang