Laki-laki bertato itu berjalan dengan wajah yang memerah. Menunjukkan bahwa ada kekesalan yang tersimpan di dalam hatinya.
"hyung ya! Gwencanhae?" tanya seungri.
"gwencanhae, hanya ada sedikit masalah tadi" jawab Jiyong.
"hyung tadi aku menelpon mu kenapa kau tidak berbicara sama sekali?"
"kau menelpon ku? Onjaee?" sambil memeriksa saku jaket dan celananya. "ponsel ku sepertinya tertinggal di rumah"
"yasudah, kau bersiaplah sebentar lagi giliran kita" ucap Taeyang menepuk pundak Jiyong.
***
Lelaki tua itu duduk menyilangkan kakiya dengan mengepal koran ditangannya. Ia menyantap kopi hitamnya dengan tangan yang gemetar. Lelaki yang sering disapa presdir Manoban ini sangat marah besar kepada putrinya saat menemukan Lisa tidak berada dikamarnya sejak semalam.
"Oh suamiku" sambil memberikan surat yang ditulis oleh Lisa.
"Ayah, ibu aku tidak ingin dinikahkan dengan lelaki tua bangka itu. Lebih baik aku mati saja daripada harus menikah dengannya. Lisa"
"Cih, anak ini selalu menyusahkan ku," kesal ayah Lisa. Namun ibunya yang sangat menyayangi LIsa menangis tersedu-sedu tidak bisa membayangkan anaknya pergi kemana dan akan tinggal dimana nanti.
Siang berganti malam, Lisa menghabiskan waktu dirumah mewah sendirian tanpa ada seorang pun yang mengganggunya. "Aku berada di tempat yang asing, aku tidak mengenal tempat ini sama sekali," gerutu Lisa saat hujan turun dan membuat badannya menggigil kedinginan.
"Ini bukan rumah ku, disini banyak poto pria itu. Aku sudah salah" gerutu Lisa menepuk jidat. Terdengar suara ribut dari luar diiringi suara hujan lebat. Karena penasaran akhirnya Lisa memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi melalui jendela. "Ada maling!"
Lisa mengambil sapu sambil perlahan membuka pintu, jantungnya berdebar darahnya berdesir. Ia menutup mata memukuli seorang pria berpakaian serba hitam yang sedang meringis kesakitan. "Hentikan Jeball!!!"
Matanya membulat ketika ia melihat lelaki serba hitam yang basah kuyup itu adalah pemilik rumah ini yang tadi siang ia usir. Lisa membungkukan setengah badanya meminta maaf dengan hormat.
***
Gadis itu memelintir ujung roknya sambil menggigit bibir bawahnya. Saat ini ia sangat malu, wajahnya memerah ketika lelaki itu keluar dari kamar mandi mengeringkan rambutnya.
"Ada yang ingin kau katakan?" duduk di samping Lisa degan merangkul kepala kursi memberikan dompet yang berisi kartu nama dan ATM milik Lisa.
"Chaeseonghamnida, untuk ku?" Lisa membulatkan matanya. "Apa kau bisa mengantarku pulang?"
"Tentu saja, aku sudah tidak ingin melihat mu disini. Berkuasa seperti pemilik rumah ini saja cih," cibir Jiyong. "Dimana rumah mu? Kajja aku akan mengantarmu"
"Hujan begini? aku tidak mau nanti aku bisa sakit. Kau bisa mengantarku pulang besok saja,"
Jiyong mengernyit mendengar jawaban yang keluar dari mulut Lisa. "Apa baru saja dia memerintahku?" Batin Jiyong.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 22.30 KST. Lisa menguap ia sudah ngantuk berat membuatnya merebahkan tubuhnya diatas sofa dengan Tv yang masih menyala. Padahal Jiyong baru saja membayar tagihan listrik tapi Lisa seenaknya. Mungkin amnesia membuat Lisa tidak mengingat apapun. Tapi tidak dengan kebiasaannya yang selalu tidur sambil berjalan.
"apa yang sedang kau lakukan dikamarku?" Jiyong mendelik. "ahh... Araso. Kau pasti ingin mencuri" tuduh Jiyong.
Melihat ada yang janggal ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya kedepan wajah Lisa. "Ternyata dia tidur," Jiyong terkekeh geli.
Malam pun berlalu, cuaca hujan dan dingin semalam berganti dengan pagi yang cerah. Mentari pagi menyengat kakinya, tubuhnya berkeringat. Sesekali Lisa mendesah dan meringis kepanasan. Perlahan ia membuka matanya, menemukan dirinya yang tengah berada di ranjang empuk. Ia tersenyum merasakan kenyamanyan pada tubuhnya yang semalam terasa pegal.
Tapi_
"Ya! bukanya tadi malam aku tidur di sofa?" gerutu Lisa melirik sekitarnya.
Lisa berjalan keluar kamar mengusap wajah baru bangun tidurnya. "Siapa namamu?" tanya Jiyong membuat Lisa yang masih setengah sadar kini tersadar sepenuhnya.
"Aku tidak tau!,"
"Mwo?, mandilah aku akan mengantarmu pulang." Lisa mengangguk mengerti. "Kopermu ada didepan Tv. Aku membawanya saat kejadian itu".
"Ne!"
TBC