Percaya padaku. Aku yakin bisa melewati semua ini karena aku kuat.
- Aldira Salsabila.
Kemarin malam, keputusan papanya sudah bulat untuk membawa Dira ke Singapura untuk berobat. Dan tak lama lagi Dira beserta kedua orang tuanya akan berangkat menuju Singapura.
Esoknya, saat sarapan tiba, biasanya mama Dira yang perhatian kepada Dira tingkat atas, sekarang sudah tingkat paling atas. Mamanya sampai menyuruhnya untuk membawa payung ke sekolah agar tidak terkena terik matahari.
"Mama apaan dah, kayak aku bakalan mati besok aja deh." Dira berkata sambil tertawa. Kembali. Dira yang ceria telah kembali. Setelah menceritakan kepada keluarganya mengenai penyakit yang dideritanya, serasa beban yang ditanggung Dira telah terangkat.
Tak lama Dion menyentil dahi Dira pelan, "kalau ngomong jangan sembarangan. Mati beneran, nyaho lo."
"Dion ih. Sakit tau." Keluh Dira.
"Udah ah. Cepetan makan. Nanti kalian telat." Papa mereka menengahi.
"Dira, jangan lupa bawa obatnya. Bekelnya di makan. Jangan pulang telat. Pulang sekolah langsung pulang. Gak usah mampir sana sini. Gak boleh kecapean. Di sekolah rajin minum air putih," ujar mama Dira sambil menyiapkan bekal untuk Dira.
"Dan kamu Dion jagain adek kamu yang bandel itu." Lanjut mama Dira sambil menunjuk Dira.
"Siap ma." Kata Dion.
"Kalau mama ngomong didenger Dira. Jangan cuman diem. Dijawab." Ketus mama Dira.
"Ya Allah mama. Ini Dira denger kok," Dira mencibirkan bibirnya. "Lagian Dira kalau pulang sekolah langsung pulang kok. Gak singgah singgah juga. Dira juga rajin minum air kok." lanjut Dira lagi sambil melirik ke arah mamanya.
"Iya. Tapi mama cuma ngingetin doang. Nanti kamu lupa."
"Iya ma. Iya."
Papa Dira hanya terkekeh melihat anak dan istrinya. Dia sangat bersyukur memiliki istri yang sangat perhatian kepada anak anaknya. Dalam hati kecilnya dia berdoa,
Semoga kamu cepat sembuh Dira. Papa sayang sama kamu."Dir, berangkat yuk. Udah mau telat nih." Dion segera menghabiskan susunya saat melihat jam yang ditangan kirinya telah menunjukkan pukul tujuh pagi.
"Iya. Ayuk." Dira juga langsung melahap rotinya.
"Pa, ma, Dira sama Dion berangkat yah." Dira dan Dion lalu menyalim tangan kedua orangtuanya.
"Iya. Dira jangan lupa jaketnya dibawa yah." Ucap mamanya.
"Iya mamahku sayang. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati yah." Ujar mamanya penuh perhatian.
Setelah berpamitan kepada kedua orangtuanya, Dira dan Dion segera berjalan kearah dimana motor Dion terparkir. Lalu keduanya segera menuju ke sekolah.
⚫⚫⚫
Sesampainya di sekolah, Dion segera merangkul pundak Dira. Dion merangkulkan tangannya di pundak Dira sambil berjalan menuju kelas Dira. Semua orang menyaksikan pemandangan itu dengan tersenyum penuh makna.
Sesampainya mereka di depan kelas Dira, Dion segera melepaskan rangkulannya di pundah Dira. "Lo jangan lupa minum obat, pulang entar sama gue aja. Cowok lo juga mungkin sibuk."
"Iya abang sayang." Dira terkekeh sendiri mendengar perkataannya.
"Cih sayang sayangan," Dion juga ikut tertawa. "Yaudah, gue ke kelas dulu yah." Lanjut Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Teen FictionKau! Kau sungguh tega meninggalkanku. Meninggalkan sejuta kenangan yang telah engkau torehkan kepadaku. Meninggalkan beribu ribu rasa cintaku padamu. Meninggalkan seribu alasan yang tak pasti. Meninggalkan ratusan pertanyaan dibenakku. Meninggalkan...