Prolog

182 1 0
                                    

Semilir angin membuat beberapa helai rambut Alea yang terlepas dari ikatannya berterbangan membelai lembut wajahnya. Tapi, sepertinya hal itu tak membuat gadis berambut panjang itu merasa terganggu.

Dia masih terus mengusap pusara di depannya sambil tersenyum. "Mama apa kabar?" Alea memulai pembicaraan, seakan batu nisan itu akan balas menjawab.

"Maaf ya Ma, Alea baru ke sini sekarang" tangan kirinya dia gunakan untuk mencabut rumput liar yang tumbuh di sekitar makam ibunya.

"Oh ya Ma, Alea sampai lupa bawain sesuatu buat Mama" gadis itu mengambil bunga matahari yang sedari tadi tergelatak di samping dan meletakkannya di depan pusara.

"Ini bunga kesukaan Mama kan?" Alea tersenyum. "Ini juga kesukaan Alea Ma"

"Mama tau nggak, Alea udah enam bulan resmi jadi anak SMA lho" ucapnya tanpa berhenti tersenyum, seolah Mamanya dapat melihat senyum manisnya.

"Nggak kerasa ya Ma, ternyata Alea udah gede" katanya sambil terkikik. "Temen Alea banyak Ma, mereka juga baik sama Alea. Makanya Alea semangat kalo berangkat sekolah"

"Tapi besok libur sih soalnya kan baru selesai ujian tengah semester" Alea pun terus bercerita, sesekali tertawa. Menertawakan kejadian lucu yang di alaminya. Kadang inilah yang membuatnya bisa merasa sama seperti teman lainnya, bisa menceritakan apapun pada Mamanya, meskipun pada kenyataannya dia hanya bercerita sendirian.

Entah sudah berapa lama Alea bercerita, sepertinya gadis itu tak ingin beranjak dari sana. Sampai dia merasakan tubuhnya menggigil karena angin semakin kencang berhembus.

"Mama pasti capek ya dengerin Alea ngomong" Alea melirik jam tangannya, pukul empat sore. Pantas saja dia merasa kedinginan.

"Oh ya Ma Alea sampai lupa" Alea yang sudah berdiri itu pun kembali duduk di samping makam. "Kata Papa kalo Alea udah SMA terus Alea udah punya cowok nggak boleh lupa ya sama Mama" Alea terkikik geli mengatakan itu, kata Papa itu pesan dari Mama sebelum meninggal. "Mama tenang aja, kalo Alea udah punya cowok Alea nggak bakal lupa sama Mama, Alea pasti kenalin ke Mama"

"Tapi Alea belum punya cowok kok Ma, Mama tenang aja" ujarnya, lalu mencium batu nisan yang terukir nama Mamanya.

Baru beberapa langkah berjalan meninggalkan makam ibunya, Alea berhenti. Bukan karena ada orang lewat, tapi dia melihat rombongan orang-orang memakai baju hitam, sepertinya ada yang meninggal.

Alea masih berdiri di posisinya, dia tidak meneruskan jalan melainkan melihat rombongan itu. Alea terus memperhatikan rombongan itu sampai tak sengaja matanya menangkap sesosok anak laki-laki.

Kalau di lihat dari perawakan tubuhnya, sepertinya anak laki-laki itu seusia dengan dirinya. Anak laki-laki itu memang berjalan bersama rombongan, tapi anak laki-laki itu seperti tidak menyadari kalau dia berjalan dengan banyak orang, melainkan sendiri. Alea juga bisa melihat ada rasa kehilangan dalam diri anak laki-laki itu. Mungkin yang meninggal itu keluarganya atau saudaranya. Tapi Alea tidak melihat wajah sedih atau bekas air mata pada anak laki-laki itu.

Alea tertegun, sekuat-kuatnya manusia entah itu laki-laki atau pun perempuan pasti akan menangis kan kalau di tinggal orang yang di sayangi, sama seperti dirinya dulu saat kehilangan Mamanya. Tapi tak ada raut kesedihan maupun air mata dalam laki-laki itu sama sekali. Apa dia sekuat itu, atau dia memang tegar, entahlah Alea juga tidak tahu.

Pandangan Alea tak lepas dari sosok itu, dia terus memperhatikannya. Sampai anak laki-laki itu merasa di perhatikan seseorang, dia pun menolehkan pandangannya pada Alea. Alea tersentak saat menyadari tatapan mereka bertemu, buru-buru dia memalingkan wajah dan melanjutkan jalannya yang tadi sempat terhenti karena terlalu lama melihat rombongan itu. Dia tidak menayangka anak laki-laki itu akan melihatnya.

Merasa sudah berjalan agak jauh Alea berhenti sebentar, dia memberanikan diri melihat ke belakang, siapa tahu anak laki-laki itu masih memperhatikannya kan?

Tapi tak ada siapa-siapa, Alea menghembuskan napas lega. Dari tempatnya berdiri sekarang samar-samar Alea bisa melihat kerumunan orang-orang yang terlihat kecil di depannya. Itu pasti rombongan yang tadi. Alea tidak dapat melihat sosok anak laki-laki itu di antara orang-orang yang ada di sana, mungkin karena banyaknya orang jadi dia tidak kelihatan.

Sudahlah buat apa dia memikirkan hal itu. Tapi ada perasaan aneh saat dia melihat laki-laki itu, dia sendiri juga tidak tahu apa itu. Dengan pikiran yang masih berkecamuk Alea meneruskan jalannya sambil sesekali menengok ke belakang, berharap dia bisa melihat sosok itu lagi.

🍁🍁🍁

Halo....
This is my first story on wattpad, maaf kalo gaje, banyak typo, jelek dan gak nyambung, bla...bla... Masih proses belajar...😅😅

Jangan lupa tinggalkan jejak ya😊😊😊

I hope you enjoy it😊

9-10-2017

AleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang