[1] First Meet

104 1 0
                                    

"Gara-gara elo kan La kita jadi jalan kaki, mana jauh lagi, sepi pula" entah sudah berapa kali Niken mengucapakan kalimat itu, membuat Olla yang mendengar kesal sendiri.

"Lo kok malah nyalahin gue sih, kalo kita nggak parkir mobil di sana pasti kita bakal kejebak macet terus itu toko keburu tutup" sewot Olla tidak mau kalah.

Alea yang berjalan di tengah-tengah mereka merasa terganggu dengan suara yang seakan menggema di telinga kanan dan kirinya. "Udah deh nggak usah berantem mulu, toh kita juga lagi jalan ke tempat parkirnya kan. Ngabisin tenaga aja" akhirnya Alea bersuara setelah kedua sahabatnya berhenti berantem.

Keduanya hanya diam sambil menggerutu, dalam hati mereka membenarkan ucapan Alea.

Alea hanya menggeleng-geleng kepala maklum. Bukan kali ini saja kedua sahabatnya bertengkar adu mulut, sering malah. Jadi dia tidak terlalu kaget karena sudah terbiasa melihatnya.

Tapi yang di katakan Niken ada benarnya juga sih, tempat parkirnya ternyata jauh juga, belum lagi jalanan yang agak sepi padahal baru pukul tujuh malam.

Tadi sore mereka memang berencana membeli buku untuk mereka sumbangkan. Tapi toko yang biasa mereka kunjungi ternyata tutup. Akhirnya Olla memutuskan untuk pergi ke toko buku yang barusan mereka kunjungi. Tahu sendiri kan ibu kota macetnya kayak apa. Karena tidak mau terlalu lama terjebak macet, katanya takut keburu tutup tokonya. Olla yang memang memiliki hak atas mobilnya memarkirkan mobilnya di mini market. Jadi lah mereka jalan kaki ke tempat tujuan. Tidak heran kan kenapa dari tadi Niken uring-uringan tidak jelas juntrungannya.

"Al kok serem ya" Niken menggandeng tangan kiri Alea yang bebas.

"Nggak usah lebay deh Nik" ucap Alea kalem, dalam hati dia juga ketakutan. Perasaan dari tadi mereka jalan kok nggak sampai-sampai.

"Lo sih La parkirnya kejauhan" tuh kan mulai lagi.

"Bisa diem nggak sih, berisik banget, bentar lagi juga sampai kok" kata Olla sewot padahal dia sendiri juga ketar-ketir.

Mereka tidak menyadari  beberapa pasang mata mengamati mereka dengan wajah berseri, seakan menemukan mangsa tersesat di sarang serigala.

Alea dan kedua sahabatnya berjalan dalam diam, berusaha menepis pikiran-pikiran buruk yang bercokol di pikirannya. Ketiga cewek itu kaget karena tiba-tiba ada tiga pasang sepatu menghadang di depan mereka. Reflek mereka mendongak, seketika nyali mereka langsung ciut mendapati tiga orang laki-laki bertampang seram berdiri di depan mereka.

Niken dan Olla langsung mengapit lengan Alea yang berada di tengah mereka. Alea tidak bisa bergerak. Sumpah sakit banget, buat napas saja susah. Kedua temannya tidak hanya mengapit lengannya tapi juga tubuhnya.

"Mau apa kalian?" Alea mencoba berbicara dengan tenang untuk menyembunyikan ketakutannya.

"Hahaha..." tiba-tiba laki-laki  botak tertawa, sekan pertanyaan Alea adalah lelucon baginya.

"Kita cuma mau bersenang-senang sama kalian, itu aja" kali ini laki-laki dengan bekas luka melintang di pipinya yang bicara.

"Al gue takut" cicit Niken, dari nada bicaranya Alea tahu Niken akan menangis.

Jujur saja Alea juga takut, tapi dia tidak bisa menampakkannya sekarang. Takutnya kedua temannya malah makin panik dan ketiga preman itu malah semakin mencelakai mereka.

"Kalian pasti punya uang banyak kan?" tanya laki-laki gondrong yang sedari tadi hanya diam. Dia berjalan mendekati ketiga cewek itu, reflek mereka mundur.

"Kita nggak punya uang" Alea berkata jujur, dia memang tidak punya uang, dia cuma anak SMA biasa yang uang sakunya saja masih minta orang tua.

"Nggak usah ngeles" kata si botak sambil tersenyum menggoda. Alea berani bertaruh kalau laki-laki botak itu ikut casting iklan, pasti akan langsung di tolak jadi model iklan pasta gigi atau apapun dengan senyum seperti itu. Sok ganteng banget sih.

AleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang