[6] Unexpected Meeting

64 0 0
                                    

"Gue duluan ya Al," pamit Olla sambil melongok lewat jendela mobil yang dibuka.

"Iya," Alea melambaikan tangan, saat mobil putih sudah tidak terlihat, Alea membalikkan badan.

Baru saja Alea akan melangkah, terdengar seseorang memanggil namanya dari belakang.

Alea berbalik, "David,"

"Lo mau pulang kan, gue anterin ya?" tanya David yang kini sudah ada di depannya.

"Nggak usah, gue bisa pulang sendiri kok,"

"Tapi Al, gue--"

"Ya ampun David, kok lo malah yang parno ya?" Alea terkekeh, dia tahu David khawatir kalau mendengar dirinya pergi sendiri semenjak kejadian itu.

"Lagian itu kejadian udah lama Dav, gue aja yang ngalamin nggak papa, lo kok sampe parno gitu sih."

"Bukan gitu Al, gue cuma takut aja. Kalo kejadian itu terulang lagi gimana coba? Gue masih nggak papa kalo lo pulang sama Olla atau Niken"

Memang biasanya Alea akan pulang bareng Olla atau Niken. Tapi hari ini mereka punya urusan masing-masing, tidak mungkin kan Alea mencampuri urasan kedua sahabatnya.

Alea tersenyum menatap David. "Gue bisa jaga diri gue sendiri kok, lagian lo masih ada rapat kan buat ngajarin anggota OSIS yang baru."

"Eh," David salah tingkah. "Gue nggak ikut juga nggak papa, di dalam juga udah ada Tio, biar dia yang ngajarin."

"Nggak bisa gitu dong, lo kan mantan wakil ketua OSIS, masa lepas tanggung jawab gitu," Alea tersenyum lebar, menampilkan gigi gingsul yang tersembunyi.

"Iya deh, iya." David pasrah, siapa yang tahan dengan senyum Alea yang satu ini.

"Nah gitu dong, ini baru David Tanasa Dharmawan yang gue kenal." katanya sambil menepuk dada cowok di depannya, seperti seorang ibu yang bangga pada anaknya.

David tergelak, merasakan hangat menyusup ke dalam hatinya. Dia berharap kedekatan ini tidak akan pernah berakhir.

Alea melihat jam tangannya. "Udah ah, bisa sejam kita berdiri disini."

"Gue pulang ya Dav," pamit Alea. "Lo juga semangat rapatnya, jangan tidur." candanya.

Setelah mengucapakan itu Alea melangkah pergi, meninggalkan David yang masih setia berdiri melihat punggung cewek itu yang perlahan mulai menjauh.

Bukan tanpa alasan David mengejar Alea untuk menawarkan diri mengantarnya pulang. Feeling David mengatakan dia akan kehilangan Alea, jika membiarkan cewek itu pulang sendiri.

Aneh memang.

David sendiri juga tidak tahu kenapa tiba-tiba punya feeling seperti itu. David menghela napas panjang, matanya menatap nanar punggung Alea yang menghilang dibalik gerbang.

David benar-benar takut kehilangan Alea.

🍁🍁🍁

Siang ini, matahari sedang terik-teriknya membuat pori-pori mengeluarkan keringat lebih banyak dari biasanya.

Alea masih berdiri di halte sambil mengipasi wajahnya dengan tangan, berharap angin menghampiri. Tak jauh dari tempatnya berdiri, beberapa anak yang memang masih di halte melakukan hal serupa apa yang Alea lakukan.

Tak berapa lama bus yang di tunggu tiba juga. Alea segera naik sebelum berebut dengan penumpang lain. Lalu mengambil duduk di dekat jendela.

Selama perjalanan Alea lebih banyak diam, tidak terlalu peduli dengan suara berisik ibu-ibu yang duduk di sebelahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang