1- Rendezvous

4.8K 271 5
                                    

-Rendezvous-

Tahun ajaran baru, selalu identik dengan murid baru di setiap sekolah. Dan sensasi tahun ajaran baru juga dirasakan oleh SMA Bangsa, dimana banyak murid baru yang berkeliaran di lingkungan sekolah, dimana kakak kelas atau adik kelas saling tebar pesona mencari perhatian, juga dimana pelajaran sekolah yang biasanya tidak produktif di awal masuk sekolah. Dan itu menyebabkan murid-murid merasa senang setelah bosan liburan panjang, namun tidak sedikit juga murid yang malah mengeluh lantaran libur yang dirasa begitu singkat. Padahal libur yang di berikan sekolah sudah lebih dari cukup untuk mengistirahatkan murid yang kelelahan belajar.

Namun, semua sensasi itu tidak berlaku untuk murid kelas XI C. Semua sensasi itu hancur ketika Ibu Atni-guru bahasa indonesia mereka-datang ke kelas, dan mengumumkan sebuah ulangan mendadak. Semua murid berteriak tidak terima. Mereka baru kembali masuk sekolah, tapi guru itu malah datang dan menghancurkan semua ekspetasi mereka.

Memang sudah menjadi rahasia umum lagi jika Ibu Atni terkenal dengan kedisipinannya. Menjejeli murid dengan segala materi, membuatnya jauh lebih menyeramkan dari pada guru matematika sekalipun.

Suasa kelas mendadak senyap, murid-murid segera munutup mulut rapat saat Ibu Atni berdiri di depan kelas dan bersedekap dada. Jauh di dalam hati, mereka mengumpat sekuat tenaga.

“Jadi, apakah kalian siap?” tanyanya santai, namun penuh wibawa.

“Maaf, Bu.”

Seseorang mengangkat tangan. Ibu Atni mengaguk memberi ijin.

“Iya, Dio ada apa?”

Cowok yang bernama Dio itu tampak gugup. Sekilas menatap wajah teman di depannya kesal. “Maaf, Bu sebelumnya. Kita kan baru masuk sekolah lagi nih, dan lagi pula kita kan belum belajar materinya. Masa iya kita bisa ulangan tanpa menguasai materi Bu?”

Ibu Atni mengaguk mengerti. “Sedikit pemberitahuan untuk kalian. Pertemuan kita kali ini bukan untuk ulangan pelajaran kalian sekarang di kelas sebelas tapi untuk sedikit mereview materi kelas sepuluh.”

Cowok di depan Dio—Dewa mengangkat tangan, wajah tengilnya terlihat. Sepertinya tidak kapok setelah mengangkat tangan Dio dengan usil tadi tanpa rasa bersalah.

“Bu, kan kelas sepuluh udah kelewat. Gak baik Bu kalo yang udah berlalu di bawa-bawa ke masa depan. Bisa menyebabkan kehancuran bagi umat kelas sebelas C. Pamali Bu mendingan jangan.” Wajah Dewa dibuat semeyakinkan mungkin, membuat Alden—teman sebangkunya mendengus.

Seperti de javu, kejadian seperti ini juga pernah terjadi semester dua lalu saat Bu Atni datang untuk mereview pelajaran semester satu. Alden malas mendengarkan, karena Bu Atni hanya akan merespon—

“Jadi kamu sudah merasa pintar Dewa? Jika benar, coba kamu review kembali pelajaran kelas sepuluh di depan kelas. Jika kamu bisa maka Ibu akan membatalkan ulangannya. Karena Ibu yakin jika kamu bisa pasti yang lain juga pasti bisa.”

—seperti ini. Bosan, Alden memilih tidak memperhatikan.

Dewa menggaruk lehernya yang tidak gatal. Tengsin. “Ibu bisa aja. Saya jadi malu, saya cuma becanda Bu.” Kilahnya.

Bu Atni berdehem, memang bukan perkara baru lagi kalau Dewa, Dio, dan juga Alden adalah biang kerok. Meskipun Alden tidak separah mereka berdua.

RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang