Prologue
Sering kali ada hal yang tertinggal atau terlupakan, oleh sebab itu di butuhkan sebuah pertemuan, sebelum mati dalam sebuah penyesalan.
-Rendezvous-
Pria itu di dorong dengan keras. Punggungnya menghantam tembok hingga menimbulkan bunyi dentuman, perlahan, tubuhnya merosot hingga membentur lantai.
Dia meringis sembari menatap nanar ke arah wanita muda yang tengah menatapnya kecewa, mata dan wajah wanita itu memerah, tangannya mengepal erat, napasnya naik turun melambangkan kemarahan yang siap meledak di dadanya, tatapan matanya serupa belati yang siap menghunus tajam lawannya, perlahan tapi pasti cairan bening itu keluar dari kedua mata wanita itu. Menimbulkan isakan yang menyakitkan.
Tangisan itu bagai pedang yang menusuk tepat di jantung pria itu. Dia segera bangkit dan menghampiri wanitanya. Namun, sebelum benar-benar menyentuhnya, wanita itu dengan segera menghadiahinya sebuah tamparan juga dorongan yang begitu keras. Menciptakan sensasi perih juga sakit, terlebih pada hatinya.
"Jangan berani-beraninya kau menyentuhku brengsek!" tunjuk wanita itu murka.
"Maafkan aku. Biarkan aku menjelaskannya dulu, aku mohon." Mohon pria itu sungguh-sungguh. Dia tidak pernah menginginkan dirinya berada di dalam situasi mengerikan seperti ini, ini semua jebakan.
"Menjelaskan apa?! Menjelaskan bahwa kau telah berselingkuh pada seseorang yang ku anggap saudara, dan menghasilkan seorang anak? Begitu?!" air matanya terus keluar bagai air bah. Ia sangat kecewa, marah, juga sakit secara bersamaan. "Sialan sekali aku bisa bertemu dengan manusia hina seperti kalian."
Ditepis. Tangan pria itu kembali di tepis saat akan menyentuh wanita itu.
"Maafkan kan aku. Aku hanya-"
"TIDAK!" wanita itu menjerit, menolak sebuah penjelasan. Dia benci kenyataan yang menyakitkan. "DIAM." Lanjutnya dengan histeris.
"Mama, Papa!" anak laki-laki itu memejamkan matanya erat, menutup telinga dengan kedua tangan, berusaha sebisa mungkin mengusir rasa sesak yang mengujam hatinya tiada henti. Pertengkaran kedua orangtuanya membuatnya takut. Dia membenci mendengar pertengkaran, ia benci melihat ibunya menangis terluka.
Wanita itu segera berlari, menuju sofa dimana anak laki-laki itu berjongkok ketakutan. Wanita itu memeluknya erat dengan penuh kasih sayang, meletakan kepala putranya di bahu.
"Mama." Lirih anak laki-laki itu.
"Iya sayang, Mama ada disini." Wanita itu segara mengeratkan pelukannya. "Jangan takut."
"Sayang, maafkan aku."
Wanita itu kembali menepis tangan pria itu saat pria itu tiba di depannya. Pria itu tertunduk dengan lutut sebagai pijakan.
"Jangan panggil aku dengan panggilan itu lagi."
"Maafkan aku."
"Tidak akan. Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi, silahkan pergi."
"Tidak. Aku tidak akan pergi. Mafkan aku."
"Kami tidak sudi memaafkan mu. Pergi kau. Pergi!" teriak wanita itu. Mata itu menyorotkan kebencian.
Berbalik badan pria itu pergi, menyeret langkahnya yang terasa berat. Meninggalkan buah hati juga wanita yang dicintainya di belakang sana.
Saat tiba di depan pintu, hatinya yang dilanda rasa sesak juga rasa bersalah lantas berubah menjadi amarah yang tidak dapat di bendung lagi.
Pria itu menggeram lalu dengan langkah lebar pria itu menarik wanita yang berada di hadapannya dengan kasar. Wanita inilah sumber dari semua kekacauan ini. Mengabaikan seorang anak berumur dua tahun menangis di gendongan wanita itu. Pria itu membukakan pintu mobil kasar, lalu menatap nyalang pada wanita itu.
"Cepat kau masuk, jalang!" Suruh pria itu kasar.
Pria itu menyusul masuk ke dalam mobil, meninggalkan rumah itu selamanya.
-Rendezvous-
See you,
RyuiAgreya

KAMU SEDANG MEMBACA
Rendezvous
Fiksi RemajaSEBAGIAN BESAR SUDAH DI HAPUS! PINDAH KE DREAME Entah berapa banyak dosa yang telah dimilikinya. Sefrin Afrodita selalu mengeluh tentang hidupnya yang dirasa tidak adil. Mulai dari keluarganya yang dengan tega mencampakannya. Lalu sekarang muncul so...