Tepuk tangan meriah dan teriakan penuh saling tolongutan, meramaikan jalanan dimana sang pemenang turun dan tersenyum angkuh. Septian yang pertama kali memeluk Alden, ikut yang lain.
"Berpuluh puluh kali bal balohong dan disetiap peluang lo selalu menang! Keren bro. "Rafa merangkul Alden dengan bangga. Rafa teman dunia malamnya sekaligus teman sekelas Alden juga Septian waktu kelas sepuluh dulu. Namun, saat ini mereka berpisah kelas, Rafa berada di kelas XI D.
Alden dibuka helm yang dibungkus. Lalu menyimpannya di atas motor hitamnya. Semua orang di sana terkesima, aura Alden memang begitu kuat. Beberapa cewek bahkan banyak yang meliriknya diam-diam, namun tidak berani menghampiri karena Septian yang selalu memberikan tantangan lewat hitam. Lo deketin Alden, lo mati. Seperti mengingat arti tatapan transisi. Alden tidak suka cewek murahan, lebih dari itu perkataan Alden pada Septian hingga cowok itu melakukan itu.
Yah, orang-orang yang ada di arena ini memang rata-rata bukan orang baik. Disni mereka hanya sebatas mencari kepuasan semata.
"Lo beruntung mulu perasaan." Celetuk Septian terkekeh.
"Iya gue juga ngerasa. Soalnya menang melulu sih. "Itu suara Aldo, teman dunia malamnya bersama Septian dan juga Rafa. "Taruhan malam ini gede, bisa motor lawan juga duit menang juta. Gak mau teraktir kita nih Den? "Aldo tersenyum pada Alden, sedangkan Alden hanya tersenyum tipis merespons.
"Eh lo mah teraktiran mulu yang lo pikirin." Septian menatap Aldo mencela. "Kemarin-kemarin Alden juga selalu neraktir kita elah. Perlu perbaikan juga ntar dia nawarin sendiri. "Septian tertawa.
Rafa memandang Alden, cowok itu hanya diam dan sesekali tersenyum tipis. Rafa sudah sering kali menginap begitu dekat dengan Alden namun entah mengapa banyak hal yang tidak diketahui oleh gambar Alden. Rafa dipindahkan tatapannya ke pinggir jalan. Dijalanan juga ditepi-tepinya banyak sekali motor juga mobil mahal yang dimodip keren oleh para pemiliknya, tapi tetap saja kendaran Alden yang palig keren. Dulu dia juga sempat berdecak kagum saat pertama kali Alden datang ketempat ini sebagai penantang baru, yang sekarang malah sebaliknya menjadi satu-satunya pembalap yang tidak bisa dikalahkannya di balapan motor maupun mobil. Alden benar-benar hebat, sukses sekarang bahkan kian merambah keseluruh kota. Dia Alden Raveno si penguasa jalanan.
"Udah selai sebelas! Gue cabut dulu. " Itu bukan suara Septian maupun Aldo yang mengeluarkan suara Alden yang sedari sebelumnya diam yang menjadi bahan pembicaraan mereka.
"Yaelah, kayak anak perawan aja lo jam segini udah di rumah." Aldo berseru. "Sesekali jadi anak badung dong Den." Saran Aldo, memang jika dilihat dari sisi mana pun juga Alden jauh lebih baik dari pada mereka semua. Cowok itu memang nakal namun tidak senakal mereka.
Alden mengusap dagunya, dengan mata menerawang. Cowok itu terlihat berpikir. "Emang lo pikir gue ikutan pembohong balapan kayak gini termasuk prilaku anak baik, gitu ?!"
"Seenggak nya lo gak sebadung gue. Gimana kalo kita ke klub malam aja cari hiburan. " Aldo berseru heboh, Septian yang kesulitan berada di sisi Aldo menampol kepala cowok itu.
Aldo meringis. Rafa tertawa, sedangkan Alden menatap Aldo tak habis pikir. "Ogah." Tolak Alden mentah-mentah.
Alden menghampiri Septian. "Sep ?!"
Septian yang sedang menunggu pokus pada Aldo menoleh. Alisnya terangkat bertanya apa yang mau ditanyakan Alden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendezvous
Teen FictionSEBAGIAN BESAR SUDAH DI HAPUS! PINDAH KE DREAME Entah berapa banyak dosa yang telah dimilikinya. Sefrin Afrodita selalu mengeluh tentang hidupnya yang dirasa tidak adil. Mulai dari keluarganya yang dengan tega mencampakannya. Lalu sekarang muncul so...