Satu

178 13 0
                                    

"Tampan itu relatif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tampan itu relatif. Tapi, rasa perhatianmu itu menurutku mutlak."


20 Januari 2003

Gerimis membasahi kota ini sepanjang pagi. Membuat gadis kelas satu SMA itupun bermalas-malasan untuk bangun dari ranjangnya. Berkali-kali ia mengucek-ucek matanya. Tapi tubuhnya masih tak berdaya.

"Bangun Re! Nanti kesiangan!" teriak Ibu. Ya, Resya Sariayu. Seperti namanya, Re memang ayu. Dalam bahasa jawa, ayu berarti cantik. Tubuhnya ideal. Tinggi badannya 154 cm. Warna kulitnya bersih. Tak heran para lelaki jika melihat Re pandangan mereka lebih dari 3 detik.

"Re! Bangun!" Kali ini ibu Re sudah ada di kamar menarik selimutnya.
"Hm"
Resya bergegas bangun dan mempersiapkan segalanya setelah ingat hari ini hari Senin. "Shit, Monster Day!" batinnya.

***

Jam tujuh TET! Huh, untung Resya sudah berada di dalam gerbang sekolah. Ia berlari menuju lapangan tempat diadakannya upacara bendera. Ya, tip paduan suara lagu wajib terdengar dari tempat parkir yang menandakan upacara tetap dilaksanakan karena gerimis sudah reda. Beruntung, upacara juga belum dimulai.

Di lapangan, ratusan siswa sudah berada di dalam barisan kelasnya masing-masing.

"Untung gak telat Re" ucap sahabat Resya, Andin sesampainya Resya masuk barisan kelas X IPA 1.

"Iya buru-buru banget, kesiangan soalnya" jawab Resya terengah-engah.
Resya tidak suka hari senin. Ia harus bangun lebih pagi karena ada upacara bendera. Menurutnya, upacara bendera hanya berisi amanat dari pak guru/bu guru yang isinya itu-itu saja (re: kebersihan kalo nggak ya kedisiplinan). Ditambah lagi hari ini ia kesiangan, tidak sempat dandan, tidak sempat sarapan, dan oh shit man!

"Resya..."

"Apa sih, brisik" jawab Resya sambil mengibaskan tangan yang menyentuh pundaknya.

"Resya Sariayu"

Mendengar suaranya, jantung Resya berdegub lebih kencang. Perlahan ia menoleh ke samping dan ternyata itu suara Bu Iren, wali kelas Resya.

"Kamu harusnya bisa datang lebih pagi dan ibu lihat kamu pake sepatu putih ya? Jangan diulangi!"

"Baik, bu"

Lima belas menit setelah Resya ditegur, GUBRAAAK!. Gelap.

***

"Re... Resya?" tanya seseorang

"Mm...pusing" jawab Resya terbata-bata

"Syukurlah...kamu udah bangun"

"Ka..kamu istirahat aja ya, dah, tidur lagi aja"

Resya berusaha membuka matanya dan ternyata ia sudah berada di UKS. Di depannya sudah ada Yusron, sahabatnya.

"Kok aku di UKS?" tanya Resya sambil melihat seluruh badannya.

"Tadi pagi kamu pingsan pas upacara."

"Pusing banget pala gw"

"Tak anter pulang ya?"

"Jangan, masak kamu bolos"

"Gapapa, jamnya Pak Dadang, santai haha, yok?"

Yusron pun mengantar Resya pulang ke rumah dan menjelaskan kepada Ibu apa yang terjadinya pada Resya. Dan benar saja, belum sempat Yusron membuka mulut, saat ibu melihat Resya terlihat pucat, ibu langsung shock.

For your information, Yusron Pratama adalah sahabat Resya dari awal masuk SMA. Perkenalan mereka simple, saat MOS mereka dipilih untuk menjadi duta kelas. Lebih tepatnya semacam ketua dan wakil ketua sementara dan harus cewek-cowok.

Dari situlah mereka dekat. Dua bulan setelah MOS, Yusron terpilih sebagai ketua Perwakilan Kelas yang jabatannya lebih tinggi dari OSIS. Jelas dong, ia sangat famous. Apalagi ia tampan, pandai, dan atlet basket.

"Resya nggakpapa kok Bu, cuma tadi sempet pingsan pas upacara" jelas Yusron sambil merangkul Resya menuju kamarnya.

"Yaampun, kamu tadi lupa nggak sarapan ya?" tanya ibu kepada Resya. Re hanya diam. Setelah dibawa ke kamar, Yusron langsung minta pamit. Tidak enak berlama-lama di rumah Re.

"Makasih ya Le, maaf Resya jadi ngrepotin kamu" ucap Ibu

"Nggakpapa bu, kayak nggak kenal saya aja, hehe" jawab Yusron seenaknya.

"Yusron pamit ya Bu, biar Re istirahat" pamit Yusron sambil mencium tangan Ibu sedangkan Resya telah tertidur.

***

Budayakan vote sebelum baca dan comment setelah baca ya wkwk😅


30 DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang