Empat

71 9 0
                                    

"Janganlah kamu memberi harapan kepada seseorang jika akhirnya kamu hanya ingin meninggalkannya"

Resya seketika menangis. Resya membuka pintu rumah dan membantingnya. Ia geletakkan begitu saja surat yang diterimanya.

Ibunya datang melihat anak semata wayangnya menangis.

"Resya... ada apa Nak?" tanya ibu sambil memegang pundak Re.

Resya tak menjawab. Ia berlari menuju kamar. Membanting pintu kamarnya pula.

Ibu kemudian sadar ada surat di sebelahnya. Posisi amplop surat itu sudah terbuka.

Ibu Rahayu segera mengambil surat itu. Hatinya berdegup kencang, kepalanya seketika pusing bukan main.

Ya Tuhan, perlahan air matanya menetes membasahi pipinya yang sudah keriput itu.

Kasihan, di masa tuanya harus menanggung beban lagi. Kasihan, gadis cantik yang baru kelas 2 SMA itupun juga harus menerima garis takdir Tuhan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

***

Matahari pagi telah sempurna memancarkan sinar paginya. Pukul enam pagi. Resya masih memeluk guling Winnie the Po miliknya. Tidak ada semangat lagi dari dirinya.

Ibu masuk ke kamar Re. "Re, bangun. Udah pagi, nanti telat" kata Ibu sambil membuka jendela kamar.

"Re nggak mau sekolah!" sentak Resya

"Kamu harus sekolah, Re!" timpal ibunya

"Buat apa Re melakukan sesuatu tapi nggak ada kebahagiaan di sana!"

"Sabar sayang, jodoh itu sudah di tangan Tuhan! Nggak patut menangisi lelaki yang belum tentu jodoh kita segitunya!"

Resya diam sejenak, mencoba tenang dan melupakan apa yanh baru saja ia terima.

Resya bergegas bangun dari ranjangnya. Tidak ingin mendengarkan nasihat dari ibunya lebih lanjut.

Sesampainya di sekolah. Benar. Pagi itu Yusron sudah berduaan dengan Hanah di kelasnya. Yusron seperti tak lagi mengenali Re. Re juga langsung menuju ke bangkunya

"Re, lo jangan diem aja dong ngliat mereka mesra-mesraan gitu di depan lo!" Bisik Andin yang sudah datang lebih dulu. Re memilih tak menggrubisnya.

Andin ikut kesal dengan sikap Yusron. Bagaimanapun Re adalah sahabat Andin. Andin akan ikut sedih jika Re sedih. Apa yang dilakukan Andin? Andin menghampiri Hanah dan Yusron.

"Munafik!" sentak Andin sambil menatap tajam Yusron.

"Apaan sih?" jawab Yusron dengan polosnya.

"Lo memutuskan hubungan persahabatan lo sama Re dan sekarang lo pacaran di depan muka Re? Ganteng ganteng kok bego!"

Resya melirik ke arah mereka. Kemudian ia berfikir, kalau Andin dibiarkan, ia akan mengucapkan kata-kata yang lebih lagi dan tidak diinginkannya. Re bangkit dan menghampiri Andin.

"Sstt... Udah An, lagian gue sama Yusron nggak ada masalah apa-apa. Mereka sah-sah aja kok mau pacaran di mana aja." ucap Re sambil menggeret Andin kembali ke bangkunya.

"Astaga Re! Walaupun lo cuma temenan deket sama Yusron, Yusron harusnya nggak ninggalin lo gitu aja terus pacaran ama cewek kelas sebelah itu!" timpal Andin tak mau kalah.

Yusron pun segera menajak Hanah keluar kelas. Entah apa yang dilakukan Yusron, ya mungkin dia minta maaf ke Hanah.

Setelah membawa Hanah keluar dari kelas Re, Yusron kembali ke kelas dan anehnya ia menghampiri Re.

"Resya, apa salah gue? Plis jelasin ke gue" tanya Yusron pelan.

"Hah? Lo masih tanya salah lo apaan?" jawab Andin yang jelas-jelas mendengar perkataan Yusron.

"Tolong An, biar gue ngomong sama Re dulu."

"Lo nggak salah sama sekali kok. Ya maafin perkataan Andin tadi, lo nggak perlu mikirin kata-kata dia." jawab Re lirih. Sedangkan Andin yang ada di bangku sebelahnya hanya mampu memperhatikan mereka, tak berani adu mulut.

"Tapi apa yang dikatain Andin tadi bener Re?"

"Ck, enggak. Kan gue udah bilang gausah didengerin."

Bel masuk berdering dan dengan itu pula percakapan mereka berakhir.

***

Sebenarnya ada hal yang tidak kalian tau. Resya memilih mengalah dan tidak menjelaskan tentang perasaannya pada Yusron saat itu bukan hanya tidak ingin beradu mulut dengan 'kekasih hatinya' itu. Tapi ia mengalah pada perasaannya juga karena surat yang baru kemarin ia terima.

Re akan menjelaskan semuanya pada Yusron. Tapi bukan untuk saat ini. Re butuh waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya.

***
Dan mungkin bila nanti
Kita kan bertemu lagi
Seperti hari kemarin
Saat kau ada di sini











30 DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang