Bagian Tiga

50 1 0
                                    

Tiba di dermaga nomor 23, Gibran tak menyangka bahwa akan bertemu rekan-rekan kerjanya bersama pasangan masing-masing yang ternyata juga mendapat perlakuan istimewa dari perusahaan.

Dengan penumpang sebanyak 20 orang, akhirnya kapal menarik tali untuk kemudian meninggalkan dermaga dan melaju mengarungi perairan menuju Pulau Pantara.

Rombongan PT Mandiri Nusantara telah berkenalan satu sama lain, tengah duduk bersama untuk menikmati camilan yang dibawa oleh para istri; mereka pun saling bergilir tempat bekal.

Maklum, sebagian dari mereka tidak sempat menikmati sarapan di rumah lantaran harus berangkat lebih awal untuk mencapai dermaga. Jadwal keberangkatan rutin kapal memang sudah ditetapkan dari pihak dermaga.

Desain kapal dengan banyak jendela terbuka membuat penumpang menikmati perjalanan dengan nuansa alami. Keriuhan pun tak dapat dipungkiri, sehingga Gibran kemudian memutuskan untuk mengajak rekan-rekannya keluar beranjak menuju bagian linggi haluan kapal.

Sementara Afra tetap bersama para wanita untuk saling berbagi cerita tentang kehidupan rumah tangga.
​Afra hanya tersenyum setiap kali mereka menyinggung tentang pengantin baru, lalu beranjak pergi menemui Gibran dengan membawa tas jinjingnya.

Tak mudah melewati kerumunan di banyak tempat, ada pula yang berlalu-lalang untuk menghilangkan kepenatan lantaran memandang panorama sama di sekitar kapal; hanya berupa perairan laut lepas. Arus laut yang tenang membuat penumpang terlihat santai dalam menghabiskan waktu.

​"Lebih baik kita menikmati pemandangan di luar. Aku nggak mau kita melewatkan kesempatan ini. Ayo!" Gibran kemudian menarik tangan kanan Afra.

​Mereka melangkah menuju geladak belakang yang tidak terlalu ramai penumpang. Padahal, sebagian penumpang belum tentu merasakan momen ini setiap hari. Jauh dari kemacetan lalu lintas, bebas dari kepenatan urusan duniawi dan sebagai pembangkit sisi jiwa yang menenangkan.

Gibran berada di belakang Afra yang berusaha menjagai jilbabnya yang hampir berantakan karena hembusan angin. Melihat hal itu, Gibran memindahkan jaketnya kepada Afra dan memakaikan tudung jaket pada bagian kepala Afra.

​"Harusnya tadi aku juga membawa jaket. Kenapa kamu nggak mengingatkan aku?" Afra beralibi saat Gibran mendekati dirinya.

​"Iya, aku minta maaf. Makanya, biar aku yang mengalah." Gibran kemudian mendekap Afra dari belakang.

​Mereka pun menghempas pandangan kepada hamparan panorama laut yang menghadirkan beberapa ekor burung tengah membentuk formasi untuk meninggalkan haluan. Rupanya, para burung telah memahami setiap perubahan alam. Menurut pelaut, jika angin bertiup dari arah Tenggara, maka para burung sedang mencari makanan.

Selain itu, ada pula 2 buah kapal nelayan yang tengah berlayar.
​Setelah 2 jam perjalanan, akhirnya rombongan PT Mandiri Nusantara tiba di Pulau Pantara yang merupakan bagian Utara Pulau Jawa, mereka diminta untuk melakukan check-in di salah satu cottage.

Perairan di sekitar Pulau Pantara terlihat berbeda; sangatlah jernih dengan gradasi warna biru dan hijau pada air lautnya. Sehingga, menambah kecantikan panorama dari yang biasa ditemui. Bahkan mereka juga bisa melihat bermacam-macam ikan hias dari atas permukaan.

Hamparan pasir putihnya menawan seperti jarang terjamah dan kumpulan karang di sekeliling pantai berdiri kokoh dalam ombak yang tenang. Mereka menjadi tidak sabar untuk menikmati kemewahan seperti di surga itu.

​Di dalam kamar yang berornamen serba kayu, Gibran bersama Afra menempati kamar bernomor 8. Afra segera memindahkan barang-barang mereka dari dalam tas ke dalam lemari yang tersedia.

Sedangkan Gibran menuju jendela yang memiliki panorama tepi pantai Pulau Pantara. Rupanya, letak kamar untuk rombongan PT Mandiri Nusantara tidak berdekatan karena Gibran melihat Robby dan Revo berada di sisi Timur.

Cerber - Merindu Purnama [Completed - TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang