Bab Empat (Terakhir)

22 2 0
                                    

Memulai lembaran hidup dari nol, membuat Afra mengambil inisiatif untuk berhenti dari kegiatan kuliahnya dan menjalani langkah berikutnya; yaitu berburu pekerjaan.

Mulai dari menelusuri berbagai situs penyedia lowongan pekerjaan hingga iklan-iklan yang menawarkan posisi pekerjaan dengan keuntungan-keuntungan tertentu.

Ada beberapa dari semua itu menarik perhatian Afra, sehingga Afra memutuskan untuk mengirimkan surat aplikasi lamaran beserta daftar riwayat hidup. Kali pertama baginya mengakui status sebagai seorang janda yang masih mengandung. Tak mungkin disembunyikan; momen kelahiran hanya tersisa dalam hitungan beberapa minggu.

Tak mungkin pula Afra mengandalkan tabungannya semata.
​Afra terpaksa kembali tinggal bersama kedua orang tua dan Naura. Itu sebabnya, Afra tak ingin merepotkan mereka seperti dulu semasa remaja. Menempati kamar kesayangannya bahkan tak lagi sama seperti kali terakhir sebelum melepas masa lajang.

Naura telah memiliki kamarnya sendiri setelah Afra menikah, alasannya karena kamar Afra terlalu kecil baginya. Namun, Afra tidak meminta Naura untuk menemaninya lagi. Gibran benar-benar telah membentuk diri Afra sebagai pribadi yang berbeda.
​Naura menyodorkan ponselnya kepada Afra saat Afra tengah membaca novel.

"Ada panggilan dari calon klien, Mbak."

​Walau Afra keheranan, ia langsung meraih ponsel Naura. "Selamat pagi. Ini Afra, bisa dibantu?"

​"Pagi. Saya lihat iklan Mbak Afra di internet. Saya ingin menyewa jasa Mbak untuk hari Kamis ini, apakah bisa?"

​"Ya, bisa. Untuk pernikahan adat atau internasional?"

​"Oh, bukan. Acara pesta ulang tahun saya yang ke-31."

​"Baik, kalau begitu. Nanti untuk perincian acara bisa kirimkan kepadaku melalui SMS. Maaf, nama Mbak siapa?"

​"Mila. Berapa tarif riasnya?"

​"Lima ratus ribu. Kalau Mbak setuju, akan dikirimkan nomor rekeningku. Pembayaran pertama sebesar 50 persen dari tarif dan sisanya setelah acara."

​"Oke. Terima kasih, Mbak Afra." Calon klien tersebut mengakhiri pembicaraan.

​Ekspresi wajah yang merona nampak pada Afra. Begitu juga Naura yang telah berjasa melalui ide iklan penataan rias dengan tutorial sederhana. Ternyata ada orang lain cepat tertarik menghubungi ponselnya.

Afra lalu beranjak meninggalkan pekarangan rumah untuk mencari peruntungan. Padahal, cuaca tengah terasa menyengat pori-pori kulit. Tetapi, Afra sudah menyiapkan minuman dalam tas jinjingnya.

Jarak yang tidak terlalu jauh menjadi sangat berat ketika harus menghadapi tanjakan. Sesekali langkah Afra terhenti guna mengatur nafas yang mulai terengah-engah. Bulir-bulir keringat sudah nampak pada wajahnya yang menahan lelah. Kedua kakinya yang membengkak bahkan timbul rasa yang tidak nyaman. Namun, Afra tetap melanjutkan perjalanan sembari menyeka wajahnya dengan lembaran tisu.

​Tiba di suatu kantor perusahaan bertuliskan CV. Prima Abadi, Afra menemui resepsionis yang tengah mengetik pada komputer.

​"Permisi, selamat siang... Saya mau bertemu staf bagian HRD untuk melamar pekerjaan."

​"Sudah bawa berkas-berkasnya?"

​"Ini. Terima kasih."

​Perempuan itu kemudian meninggalkan Afra. Sejenak Afra melihat sekeliling ruang yang memiliki interior mewah dan atmosfer orang-orang berlalu lalang. Afra menenangkan diri dengan meneguk minuman yang dibawanya.

​Perempuan tadi akhirnya kembali menemui Afra tanpa membawa berkas dalam genggamannya.

​"Saya sudah memberikan berkasnya kepada salah satu staf bagian HRD. Tapi, saat ini semua staf bagian HRD sedang mengadakan rapat internal. Mungkin Ibu bisa datang kembali besok untuk meminta konfirmasi kesempatan wawancara."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerber - Merindu Purnama [Completed - TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang