Hope you'll like this, maaf kalau banyak typo. Enjoy~~
Ruby
“Kau suka yang merah atau yang hitam.” Megan menyodorkan dua gaun kehadapan ku sangat dekat aku nyaris tak mampu menatap keseluruhan gaun. Dua gaun itu sama-sama seksi, yang merah berbahan chiffon tipis dengan panjang selutut namun terdapat belahan hingga beberapa centi dibawah bokong, didepan gaun bagian atasnya berbentuk bustier seksi aku yakin dada Megan akan terekspos jelas. Yak aku tidak, dan tidak akan pernah memakai gaun kurang bahan ini. Kualihkan pandangan kearah gaun berwarna hitam di tangan kanan Meg, well gaun ini lebih buruk dari gaun pertama. Bagiam atasnya rendah berbentuk bustier kulit dan bagian backless menampakan punggung nyaris diatas bokong, sementara bagian bawah super pendek yah gaun tunasusila ini benar-benar membuatku menggelengkan kepala.
“Memang kau mau kemana Meg, kedua gaun tunasusila ini mau kau pakai untuk siapa?” Megan tersenyum lebar lalu memilih duduk di sampingku, sekarang kami sedang duduk ditengah butik milik kakak ipar Meg.
“Well, kau tahu Caine?” Siapa? Caine. Oke jika Caine yang Megan maksud adalah si pria kelebihan tinggi badan, berdarah Irlandia murni dengan rambut semerah api dan hobi mengutak-atik komputer maka Megan sudah gila.
“Si aneh berambut merah itu?” Ujar ku dengan niat memastikan, Megan sontak mengangguk bersemangat mendengar nama Caine di sebut.
“Yah kami bertemu di club catur beberapa waktu lalu. Dan aku, oh terpesona.”
“Maksud mu kau terpesona karena kalah bermain catur.”
“Yah, kau tahu betapa lemahnya aku akan pria berotak encer.”memutar mata aku membiarkan Megan berlalu pergi kembali mencari gaun tunasusila lain untuk dipilh kekencannya dengan si aneh Caine.
Saat tak ada Megan menganggu pikiran ku aku kembali teringat akan si mata abu-abu. Oh ada apa dengan ku, sebelum ini aku tak pernah membiarkan pria manapun mengacaukan pikiran ku membuatku tak fokus dan terus otakku terus memutar waktu, saat kami makan malam bersama. Sial. Aku menoleh menatap kakak ipar Meg, seorang wanita Texas berkulit cokelat, Patricia ramah, ceria, dan aku menyukai wanita itu. Semester lalu aku bekerja di butik ini namun Patricia telah mendapat pekerja tetap dan aku tak dibutuhkan lagi. Oh omong-omong soal kerja aku butuh kerja, jika tidak aku akan kesulitan makan dan mengisi bensin dalam sebulan kedepan.
“Oh kau datang.” Suara girang Patricia menyambut seseorang dari pintu menyentakku dari lamunan. Aku tak bisa menatap jelas wajah pria itu tapi aku tahu pria itu tinggi dengan jaket kulit hitam dan jeans ketat menutup tubuhnya. Oh aku jadi teringat Rexan, pria itu juga tinggi mungkin mereka sama tinggi, dan ya ampun..itu Rexan. Pria yang disambut girang oleh Patricia adalah Rexan, tunggu bagaimana mungkin Patricia mengenal Rexan.
“Hai.” Sapa Rexan, suaranya terdengar gugup beda dengan semalam saat itu suaranya terdengar luar biasa seksi. Urgh, otak ku tolong berhenti memikirkan hal-hal nakal tentang Rexan.
“Hai, oh kau mengenal Patricia?” Aku menatapnya, Rexan tersenyum menatap ku. Tuhan begitu tak adil menciptakan makhluk dengan kesempurnaan ini membuat lutut ku lemas hanya dengan menatapnya.
“Dia bisa dikatakan rekan bisnis ku.” Rekan bisnis? Jadi bisnis seperti apa itu, aku bertanya-tanya soal pekerjaan Rexan.
“Aku ingin bertemu dengan mu hari ini.”
“Oh. Benarkah.” Belum ada pria datang padaku dan dengan jujur berujar tentang keinginannya untuk menemui ku, ini pertama kali kurasakan setelah sekian lama melupakan rasa ini. Rasa saat hati ku merekah senang karena ketertarikan lawan jenis, saat wajahku memerah malu dan hati ku berdebar kencang.
“Ya tapi aku tak dapat menghubungi mu, jadi ku pikir aku akan keapatemenmu nanti malam.” Oh is this man real? Rexan terlihat serius dengan kata-katanya membuat ku ingin percaya jika pria tampan itu benar ingin menemuiku. Ya ampun pria ini dapat dengan mudah mendapatkan wanita cantik manapun dibumi dengan hanya satu tatapan saja. Akal sehat ku menolak mentah-mentah ide untuk percaya, Rexan ingin menemui ku. Mungkin pria itu hanya ingin mencicipi masakan ku lagi bukan menemui ku untuk go on a date or some like that.
“Benarkah?
“Yah, beruntung aku bertemu dengan mu sekarang.”
“Kenapa?” Lagi, aku menatap mata Rexan. Senyum mengembang diwajahnya lalu secara spontan Rexan meraih tangan kanan ku dari tempatnya di pangkuanku. Mendekatkan tangan ku ke bibirnya, oh..oh..Rexan..mencium.tangan ku. Ya ampun. Ya ampun. Jantungku berdetak seolah aku sedang adu lari sekarang. Begitu cepat hingga aku takut terkena serangan jatung dadakan.
“Aku ingin mengajak mu kencan.” APA? Aku pasti salah dengar, benarkah Rexan ingin mengajak ku berkencan. Oh tidak..tidak...aku pasti salah dengar agaknya telinga ku tak berfungsi layak oh ingatkan aku untuk memeriksakan telinga di dokter.
“Huh?”
“Kau mendengar ku dengan baik Ruby.” Rexan kembali mencium tangan ku. Oh, I must to go back on earth. My god!
“Kencan? Maksud ku kau ingin mengajak ku? Aku? Kencan.” Aku tak pernah merasakan ini, dulu sekali saat orang tuaku masih bernafas, pria tidak mengajak ku kencan mereka hanya menjadikanku sekedar teman hangout.
“Yeah.”
“Pergilah Ruby, aku merestui mu.” Aku menoleh tepat saat Megan mengedipkan sebelah mata, terkesan nakal, agaknya kedipan itu bukan ditujukan pada ku.
“Ayo.” Rexan menarik tangan ku, oh god, this is my first date. Ku rasa jantungku akan meledak karena berdetak terlalu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on You
Romance19++ Hidup ku tak pernah mudah, dan tak akan menjadi lebih muda kedepannya. Kau, apa yang kau lakukan padaku membuat ku lebih hidup dari sebelumnya, hidup yang telah lama terlupa.-Ruby.