Oh.my.gukkie. pasca semesteran bikin kreatifitas mandek. Author gaje sampe lama benar nyelesaian bab ini. Maap yak kalau kurang hot, atau kurang dapet feelnya, ntaran direvisi dah. Makasih buanyak buat yg menyempatkan diri baca ni cerita gaje, hehe. Pokoke ini bab 19+, Enjoy guys~~ -salam author gaje, Cecilia Putriani-
Ruby
Disisi ku Rexan menginjak dalam pedal gas membuat ku terhentak kebelakang, bayangan kami tak akan pernah sampai ke rumah Rexan membuat ku ngeri. Walau jalanan tampak lenggang tapi ya tuhan ini hampir tengah malam dan Rexan tidak mampu melihat keselurahan jalan dengan jelas. Sisi otak ku yang masih memiliki akal sehat selain gairah berkata Rexan know what he’s doin’, ditilik dari betapa tenangnya Rexan dalam bermanuver menyalip kendaraan lain. Menarik nafas takut aku memilih memejamkan mata, berdoa kami sampai dengan anggota badan utuh. Entah sudah berapa lama tangan ku tekepal dipangkuan, mata ku terpejam, dan sibuk melapal doa dalam hati. Sampai tangan itu meraih ku, tangan yang sangat ku kenal, aku mengintip sedikit sebelum membuka mataku sepenuhnya. Oh s8 Rexan sudah terparkir manis di garasi bercat putih, tunggu garasi? Jadi ini bukan apartemen? Beberapa waktu lalu Haylie pernah berkata ia menginap bersama Peter di apartemen Rexan, lalu ini bukan parkiran apartemen seperti seharusnya ini jelas garasi pribadi jika melihat beberapa mobil mewah terparkir memenuhi garasi ini.
“Haylie ever told me, dia pernah menginap diapartemen mu dan menghabiskan koleksi anggur mahal mu. Ini bukan apartemen.” Tersenyum Rexan membuka pintu disisinya sebelum dengan jantan membukakan pintu untuk ku. Masih tak menjawab pertanyaan ku Rexan membimbing ku di kegelapan, membuka satu pintu yang memancarkan cahaya. Sekarang kami berdiri di dapur, bukan tipe dapur seorang bujang tentunya, tapi dapur terawat dengan peralatan memasak lengkap. Oh ini makin aneh mungkinkah Rexan membawa ku ke rumah yang bukan miliknya.
“You avoinding my question.” Aku melepas gengaman dari tangan besar Rexan, berjalan ke sudut dapur memberi jarak agar akal sehat ku tetap terjaga.
“Baby, ini memang bukan apartemen.” Aku menangkap nada geli dalam suaranya, tentu saja ini bukan apartemen, cih aku tak sebodoh itu.
“Aku tahu Rexan, aku tahu ini rumah. Tapi milik siapa?” Lagi, Rexan tersenyum menatap ku teduh, mata kelabu itu membuat ku tengelam. Tangan kami saling berkaitan mengirim geleyar hangat sampai ke hati ku.
“Milik ku baby, terkadang saat aku butuh sendiri tanpa hingar pesta atau bunch of those crazy women, I’ll come here. Aku tak pernah membawa siapapun kemari, hanya kau. Saat kau meminta ‘to bought you to my place’ yang terpikir oleh ku hanya rumah ini. Because I want to bought you to my best place, I’ll never bought you to my apartment baby because this where you belong. Tempat yang steril dari segala keburukan ku dimasa lalu, tempat yang kurasa nyaris semurni dirimu.”
Ya tuhan, benarkah pria ini nyata. Tak pernah sekali pun setelah kedua orang tua ku meninggal aku merasa bahagia, hanya derita dan rasa tak puas diri. Tapi pria ini, pria yang dengan segala kesempurnaannya baik dalam segi materi maupun fisikli, membuat ku ciut untuk berani menaruh harapan lebih. Bertolak berlakang dengan ku Rexan terus membuat ku mau tak mau yakin akan keseriusan pria ini hingga hati ku luluh, lalu terharu. Oh, I might be cry. Ku tatap manik matanya sementara milik ku berkaca-kaca, tersenyum menatap wajah tampannya lalu secara spontan aku melangkah maju dan berjinjit mencium sudut bibirnya. Rexan menatap ku terkejut, wajar saja ini pertama kali aku begitu berani menciumnya lebih dulu selama ini selalu Rexan menjadi sang inisiator dalam mencium.
“What was that for?” Rexan menatap ku dengan mata melebar, terlihat begitu mengemaskan dengan tangan kanannya mengelus sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on You
Romance19++ Hidup ku tak pernah mudah, dan tak akan menjadi lebih muda kedepannya. Kau, apa yang kau lakukan padaku membuat ku lebih hidup dari sebelumnya, hidup yang telah lama terlupa.-Ruby.