Bab 13

19.1K 697 21
                                    

Hello author back~ wah udah seribu aja votenya bikin author semangat ngetik nih saking semangatnnya typo jadi bertebaran dimana-mana hehe~ makasih buat yang baca, vote, dan comment. Happy reading~~

Rexan

            Jujur dalam hati aku khawatir, ya setelah mendengar cerita lengkap mengenai masa lalu antara Ruby, Haylie and her bitch motherfucker sister Krishien aku khawatir mereka akan kembali merusak kehidupan tenang Ruby. Ya entah mengapa aku emosi saat tahu bagaimana Krishien memperlakukan Ruby saat pacar ku membutuhkan tempat bersandar. Aku benci mengingat ekspresi pahit Ruby saat menceritakan tentang kehidupannya sebelum bertemu dengan ku, aku benci ekspresi takut dan terguncangnya saat menceritakan perihal aksi baku tembak tepat didepan matanya. Aku tahu jauh di dalam Ruby sama tertekan seperti Haylie, sebenci-benci aku dengan Haylie sekarang aku lebih mengerti akan sikap jalangnya. Aku teringat kemarin saat Peter setengah waras menumpang tidur diapartement ku, aku duduk disofa dan membiarkan Peter menyeret selimut dari lemari.

            “Aku tahu.” sahut ku, Peter berhenti dari kesibukannya menatap ku dengan pandangan binggung.

            “Know what?”

            “About Haylie and her past,” kami saling diam beberapa lama, “You don’t wanna talk about it?” Peter melempar selimut dilantai lalu menghempaskan tubuh disofa, tangannya meraih kotak rokok menyulut satu dan menghisapnya panjang, tentu saja itu bukan jenis rokok biasa dari bau asapnya aku yakin ada campuran narkotika disana. Sudah berkali-kali aku menegur Peter untuk berhenti menggunakan narkoba namun pria itu memang tak begitu sayang dengan nyawanya Peter kecanduan akut untuk mengunakan obat terlarang itu. Bukan berarti aku sepupu yang jahat tak berperasaan hanya aku....membiarkan Peter merusak tubuh karena, Peter membutuhkan itu. Bagi Peter hanya mati jalan terakhir untuknya, narkotika sangat ia butuhkan demi menghilangkan rasa sakit, jadi jangan mengasihani Peter pria itu terlalu muak dengan tiap tetes rasa kasihan dari keluarganya.

            “What do you want to know cousin? Haylie dan aku dapat akrab karena satu alasan kami saling tak menghargai nyawa.” Ujar Peter dengan nada sarkartis tak ditutup-tutupi, hum aku sudah sangat terbiasa akan kesinisan Peter.

            “Haha very funny.”

            “Okay-okay I’ll tell you. Haylie dan aku sama kami telat kuliah karena yah kau tau kenapa jadi ku pikir kami bernasib sama. Aku membiarkan Haylie menjalang kesana kemari karena itu bagai narkotika baginya, hal yang mengalihkan pikirannya dari masa lalu. Lalu kami saling bercerita tentang alasan terlambat kuliah setelahnya Haylie tiba-tiba menyatakan cinta pada ku, yeah we had sex than she followed me to use drugs. Aku tak melarangnya, kau tak tahu betapa tertekannya Haylie, hingga kini wanita itu kerap meraung tak jelas dimalam hari terdengar nyaris gila sometime. Haha kami pasangan nyaris gila sebenarnya, Haylie sendiri hanya insecure little girl who get abused by his father dan di tinggal gila ibunya saat Haylie sangat membutuhkan ibunya. Haylie berpegang pada benang tipis yang menghalanginya dari kegilan.”

            “Benang lemah dan tak sayang nyawa seperti mu, Peter.” Peter memang lemah, lemah pada dirinya lemah pada tekadnya aku....aku akan melakukan kelemahan yang sama jika aku diposisi Peter. So don’t get him wrong.

            “I’m exhausted. I’ll get rest for a while.” Peter melempar rokonya di asbak, menyibak selimut dan tertidur. Saat ini aku merasa simpati....pada Haylie. Entah mengapa aku sedikit mengerti kegilaannya dan kebenciannya, namun Haylie membenci orang yang salah Ruby....gadis ku sama tertekannya dengan Haylie beruntung saat hal itu terjadi kedua orang tua Ruby kembali bersama dan mendampingi Ruby mengurangi rasa tertekannya. Ya beruntung....sangat. Aku tak dapat membayangkan bagaimana Ruby jika ibunya terbunuh hari itu tepat di depan matanya. Yah lebih baik aku tidur saja itu pikir ku malam kemarin.

Crush on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang