Aku mencintaimu. Bagaiman denganmu? Apakah kau juga mencintaiku? Ah kurasa tidak, kan bagimu kita hanya teman
-friendzone-
Setelah sampai dirumah sakit fariz memarkirkan motornya ditempat parkir lalu kemduian ia masuk kedalam bersama adira
Sesampainya didalam semuanya masih sama seperti adira datang kemarin, alvin masih tetap belum sadarkan diri dari komanya
Ah, entah sampai kapan lelaki itu akan tersadar dari komanya, tidak ada yang tau. Kecuali, tuhan. Hanya tuhan yang mengetahui itu
Semuanya diam, tidak ada yang bersuara diruangan itu. Jika saja fariz tidak ada disini, pasti adira akan berbicara sendiri pada alvin.
"dir" panggil fariz, memecah keheningan
"apa?"
"lu gak cape apa dateng kesini tiap hari? Nanti malah jadi lu yang ikutan sakit dir"
"gak lah, gapapa, gua kuat kok"
"lu mau hilangin perasaan lu dari alvin kan?" tanya fariz
"nah, gimana lu mau hilangin perasaan lu ke dia kalau lu disini terus?"
"tapi dia juga temen gua riz, gak mungkin dia sakit gak gua jengukin"
"lu boleh jengukin dia, tapi gak tiap hari kayak gini. Lu pasti bakal susah buat hilangin oerasaan itu dir, kalau lu ketemu dia setiap hari"
Dan adira hanya diam. Ia tidak tau harus menjawab apa. Dia benar benar bingung. Ia tak tau haru apa sekarang. Dan yang dikatakan fariz ada benarnya juga, ia bakal susah buang perasaan dia dari alvin kalau dia terus terusan bersama alvin
***
Sudah seminggu lebih fariz menembak adira, tapi sampai sekarang adira masih belum menjawab pertanyaan fariz. Adira masih benar benar bingung sekarang. Ia tidak tau harus menjawab apa kepada fariz
"dir, jadi gimana?" tanya fariz saat mereka berada ditaman belakang sekolah mereka
"gimana apanya?" tanya adira, pura pura tidak tau apa maksud fariz. Padahal sebenarnya ia sudah tau maksud dari pertanyaan fariz itu apa
"gimana soal hubungan kita? Lu mau nerima gua?"
Adira diam, dan saat beberapa menit kemudian adira bersuara
"jangan sekarang deh riz, gua masih mau mikir dulu" kata adira
"apa waktu seminggu lebih ini belum cukup buat lu mikir?" tanya fariz agak sedikit meninggikan nada suaranya
Adira tidak menjawab apa apa, ia hanya menunduk. Baru kali ini ia mendengar fariz berbicara dengan nada yang tinggi kepada dirinya
"oke, terserah lu mau jawab kapan. Gua bakal tunggu. Tapi, lu harus inget satu hal. Ada saatnya seseorang bakal capek nunggu jawaban, dan saat dia udah capek dia bakal pergi, dan jangan nyesel kalau orang itu bakal pergi" kata fariz kemudia dia berdiri dari duduknya dan ingin beranjak pergi meninggalkan adira
"riz" tahan adira ketika fariz ingin pergi
Fariz pun menoleh lalu ia menaikkan sebelah alisnya
"iya" kata adira
"iya apanya?" tanya fariz
"iya, gua mau"
"mau apa?" tanya fariz lagi, padahal ia sudah tau maksud adira
"ya mau itu" kata adira dengan malu malu
"itu apa?" tanya fariz lagi sambil sedikit terkekeh
"ish, tau ah" kata adira lalu ia melipatkan tangannya didepan dada sambil memajukan bibirnya. Adira selalu seperti itu jika sedang kesal
Melihat adira yang memajukan mulutnya seperti itu benar benar membuat fariz ingin mencium bibir adira. Adira sangat lucu ketika berekspresi seperti itu
Fariz benar benar gemes, ia sudah tidak tahan lagi melihat adira yang selalu bartingkah seperti itu.
Dan kemudian fariz mendekatkan wajahnya menjadi lebih dekat kewajah adira
"riz, lu mau ngapain?"
"menurut lu ngapain?" tanya fariz
Wajah merekapun semakin dekat dan benar benar sangat dekat
Fariz memajukan lagi wajahnya dan....
----------------------------------
Fariz mau ngapain hayoo... Wkwkw
------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Fʀɪᴇɴᴅᴢᴏɴᴇ [ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ]
Teen Fiction#4 - friendzone (07/02/2019) Sebagian orang pasti pernah terjebak friendzone. Salah satunya adalah adira. Perempuan yang menyukai sahabatnya yang bernama alvin, tetapi ia tidak ingin persahabatannya hancur. Jadi ia harus bagaimana?