Author's Pov
Bip...
Bip...
Bip....
Hanya suara itu yang terdengar begitu mereka memasuki ruangan tersebut. Melangkah lebih dekat dengan ranjang, mereka semua duduk mengelilingi ranjang inap itu.
Mata mereka hanya terfokuskan pada seseorang yang terbaring lemah di atasnya.
"Mengapa kau melakukan ini, Val?" lirih Niall sambil mengusap lembut kepala adiknya itu.
Nicole yang berada di sampingnya hanya bisa menenangkan, "sabarlah Niall, dia pasti akan baik-baik saja,"
Semuanya mengangguk mengiyakan ucapan Nicole tersebut.
Niall menoleh, "Apa kau tau mengapa dirinya melakukan ini?"
"Aku tidak tau. Yang aku ingat hanyalah saat aku berada di depan kamarnya. Valerie terdengar seperti terus menyebut nama seseorang. Aku tidak tau betul siapa nama orang itu. Lalu, begitu tidak terdengar lagi suaranya olehku, aku masuk dan ya, seperti inilah." Jelas Nicole pada semuanya.
"Aku berjanji aku akan memarahimu nanti, Val," lirih Niall.
Semuanya hanya menatap Niall iba. Baru beberapa hari adiknya tinggal bersamanya, keadaan sudah seperti ini.
"Apakah kalian tau dimana Hazel? Dia tidak pulang semalaman," Tanya Harry tiba-tiba.
Semuanya mengendikkan bahu.
Harry menghembuskan nafas berat, "aku tidak tau kemana Malik itu membawa adikku. Kalau terjadi apa-apa padanya, lihat saja nanti kau Malik." Geram Harry.
Nicole yang mendengar itupun terkejut.
'Pantas saja Zayn tidak datang kesini. Dia bersama Hazel rupanya.'
Hazel's Pov
Sinar matahari menyeruak masuk ke dalam indra penglihatanku, begitu aku membuka mata.
Aku sedang berada di rumah Zayn. Aku tidak pulang semalam. Harry pasti mencariku dan menyalahkan Zayn disini. Nanti akan ku jelaskan padanya.
Kulihat, Zayn ternyata masih tidur. Dia tidur di sofa semalaman, karena aku meniduri ranjangnya. Aku sudah memintanya agar aku saja yang tidur di sofa, tapi dirinya tetap bersikeras. Manis sekali, aku tersenyum mengingatnya.
Aku mencoba mengingat apa yang telah terjadi tadi malam padaku. Sungguh, itu sangat istimewa. Zayn memang manis.
FLASHBACK
"Zayn, kita mau kemana sih?" Tanyaku yang ke sekian kalinya pada Zayn.
Aku sudah benar-benar geram dengan sikapnya padaku saat ini. Aku bertanya pun, dia tidak menjawab. Yang ku dengarkan hanyalah musik yang menggema di mobil ini.
Sampai akhirnya Zayn berbicara, "kita sudah sampai, turunlah," suruhnya.
Aku menuruti perintahnya.
Turun dari mobil, begitupun dengan Zayn. Dia berjalan di sampingku sambil menggandeng tanganku.
Sikapnya memang aneh.
"Boleh aku menutup matamu?" Pintanya. Aku menganggkuk mengiyakan.
Setelah dia menutup mataku dengan kain merah yang di ambilnya dari saku jasnya, kami melanjutkan berjalan.
Beberapa saat, setelah berjalan lumayan jauh, Zayn tiba-tiba melepaskan tanganku dan pergi entah kemana. Aku bisa merasakannya, walaupun mataku tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanficWhere a destiny is the most beautiful thing for both of them. ▪BEBERAPA CHAPTER DIPRIVASI !