I

27.1K 897 96
                                    

"Perkenalkan, aku Namikaze Naruto..."

Tangan berwarna tan itu terangkat, menanti respon gadis di depannya yang nampak ragu. Ia tersenyum tipis dengan pancaran mata meneduh.

Lama waktu berselang, sampai sang gadis menggapai jabat tangan si pria. Keduanya masih bertatap mata. Tangan keduanya yang juga bertaut entah kenapa dirasa begitu menyengat.

"Calon suamimu..."

Terperanjat bahkan gadis itu tersentak. Ia lepas dengan segera jabat tangan yang dirasa terlalu lama. Menatap terkejut pria tinggi semampai yang mengaku sebagai calon suaminya. Jikapun ini mimpi, ia ingin segera terbangun dan tidur lagi agar mimpinya berubah tidak seburuk ini.

"Jangan bercanda!" Sedikit nada sentakan terlontar. Tatapannya mulai asing dan gadis ini terlihat marah.

Pria yang memperkenalkan diri sebagai Namikaze Naruto itu, masih menampilkan senyuman walau tipis. "Apa seperti ini sambutan untuk calon suamimu?"

Gadis dengan surai hitam kebiruan itu kian geram. Kedua tangan miliknya terkepal kuat hingga jemarinya memutih. Ia benci pembual, ia pun benci dengan suasana seperti ini. Jujur baginya, tampang pria bergurat di hadapannya itu cukup bahkan sangat amat menyebalkan.

Seragam kerja yang cukup terbuka dan sexy. Menampilkan paha mulus si gadis hingga sebatas pertengahan paha. Meski di bagian atas agak tertutup, namun pakaian ketat tersebut dirasa terlihat menggoda kaum adam.

"Maaf tuan..., aku memang hanyalah pramusaji resto. Tapi aku tidak mudah anda bodohi." Ini adalah tekanan. Pertemuan pertama mereka bahkan seburuk ini. Ia yakin jika ini berlanjut, ke depannya akan semakin buruk pula.

"Hyuuga Hinata. Anak ke dua dari tiga bersaudara. Memiliki kakak laki-laki dan adik perempuan. Dan untuk yang satu ini maaf bila menyinggungmu..., orang tuamu tersisa satu, karena mendiang Hikari sudah tiada..."

Nafas yang tadinya normal kini memburu dengan derasnya. Matanya melebar bahkan perlahan mulutnya terbuka. Sepasang kaki kecil bersepatu kerja itu mendadak gemetar. Tubuhnya kaku bagaikan manekin yang kerap terpajang di dalam toko busana.

"S-siapa kau?"

Hinata tak dapat untuk menghilangkan keterkejutan ini. Terbata dengan suara patah-patah. Sedalam dan sebisa mungkin ia menyelami manik biru cerah si pria yang sulit terbaca.

"Beberapa bulan lalu kau putus cinta. Mendadak lelaki yang membuatmu terpuruk datang dan melamarmu. Kau menolak dengan tegas dan keras. Ayahmu tidak menyetujui penolakanmu itu. Lantas kau memutuskan untuk pergi jauh kebanding terikat dengan cinta pertama yang berakhir menyakitkan itu..."

Malam ini dan detik ini, kepalanya tiba-tiba berdenyut ngilu. Pening dirasa tidak hanya lelah, tapi akan ucapan pria bersurai cepak kuning itu.

Merasa tak ada respon, Hinata meraba udara karena jujur pandangannya mulai buram. Mendapati sesuatu yang ia yakini pundak pria bernama Naruto itu, ia mengangkat wajah dengan tatapan penuh harap.

"Aku mohon antar aku pulang. Aku tinggal di kontrakan dekat sini. Jika kau tahu siapa aku, aku yakin kau juga tahu dimana aku kabur dan bertahan hidup..." Ucap Hinata tak tahu harus bagaimana lagi. Ia tak bodoh akan kenyataan ini. Jika pria ini adalah pesuruh ayahnya, setidaknya ia ada waktu untuk pergi lagi kebanding harus tergeletak tak sadarkan diri di trotoar.

Let's Play and Finish, OK! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang