VI

10.4K 592 67
                                    


Dahulu, Hinata memang tidak memiliki kisah hidup yang rumit. Dikelilingi banyak kenyamanan serta kemewahan dari ayahnya. Ia terdidik menjadi wanita baik dan juga pengertian. Sisi lain mengatakan Hinata begitu lembut mirip mendiang Hikari, sang ibu.

Semua itu konstan berubah. Entah sejak kapan dan dimulai dari apa dan oleh siapa. Hinata selalu tampak murung dan juga menyendiri. Semua teman yang tahu akan hal itu hanya bisa men-support agar ia tidak terlarut. Mereka juga menyalahkan kekasih Hinata akan hal itu.

Lama waktu berselang, hingga dirasa luka goresan dalam hati mulai tersamarkan. Memulai cerita walau harus teringat masa lalu. Masa lalu manis yang entah kenapa begitu perih saat kata perpisahan juga menghampiri.

Kehidupannya mulai normal lagi. Mengikuti arus takdir seperti sedia kala meski Hinata Hyuuga yang dikenal baik dan periang agak berubah. Canda tawa diselingi senda gurau juga jarang terjalin. Hanya percakapan biasa dengan teman atau orang-orang terdekatnya.

Untuk kesekian kalinya, ia dibuat terkejut. Kedatangan Toneri unuk melamarnya entah kenapa tidak ia impikan lagi. Pria brengsek yang dengan tega membuat hati bercabang. Bercumbu dengan gadis lain pada saat masih menjalin kekasih dengannya. Dan berakhir Toneri tanpa beban mencampakkan dirinya.

Sedih? Menangis? Tersakiti dan terpuruk? Yah, Hinata merasakan itu semua. Ia telah bersumpah akan melupakan Toneri meski kecil kemungkinan berhasil. Namun pria itu kembali datang. Dengan penampilan yang dewasa dan juga wajah tegas bukan lagi seorang remaja. Menjadikan seorang Hinata Hyuuga saat itu terkesimah. Tapi, sekali lagi ia harus menolak kejutan itu.

Sekarang pun kehidupannya kian rumit. Mencari uang sendiri bahkan tempat tinggal harus bayar setiap bulannya. Ongkos pulang pergi saat kerja, belum lagi keinginan seorang wanita untuk mempercantik wajah. Yah, Hinata sekarang mengerti mengapa kebanyakan orang sederhana lebih mengerti arti kehidupan.

Hinata tak naif. Ia lebih suka yang dulu. Mobil ada, uang ada, pelayan ada, apapun yang ia inginkan pun selalu ada. Tapi apapun itu Hinata juga berpikir dewasa. Tidak mungkin selamanya ia bergantung pada ayahnya. Tidak mungkin pula ia membiarkan Toneri begitu saja menjadikannya istri. Tak akan pernah.

Dan disinilah sekarang ia berpijak. Melamun dengan tatapan hampa menikmati hawa malam. Udara malam menerpa, dingin menusuk mulai merajai. Namun aneh rasanya saat bibir mungilnya tak kunjung melunturkan senyum walau tipis.

"Naruto-kun..."

Gumaman lirih mengalun tersapu udara. Sangat pelan bahkan mungkin hampir tak terdengar. Setitik rona tipis tercipta hingga kian merata membingkai wajahnya yang cantik. Tak sadar jika saat ini ia menjadi pusat atensi seseorang yang sejak tadi ia pikirkan.

Apakah ini Hinata yang manis dan lembut? Jarang ada yang tahu jika kenyataannya demikian. Ia kembali berubah sejak Naruto mulai mengusik sekaligus mewarnai hari demi hari yang ia jalani. Sekarang Hinata sadar, bahwa ia telah melakukan kesalahan fatal karena sempat terpuruk akan Toneri.

"Menunggu siapa, Nona...?"

Hinata sedikitpun tak bergeming. Ia hanya tersenyum tanpa memandang siapa yang menanyainya. "Menunggu Naruto-kun..." Jawabnya manis membuat sang empu yang ada di sebelahnya tertawa dalam hati.

"Apa dia pria yang kau sukai?"

Tanpa ragu kepala bermahkotakan surai indugo sepinggang itu, mengangguk pelan namun mantap. Hinata bahkan memerahkan wajah kian padam. "Hu'um..."

Pria kuning di sebelahnya bahkan ikut merona. Naruto sepertinya sadar saat ini Hinata tengah melamunkan dirinya. Oh ternyata dia sangat mudah dirindukan seseorang termasuk Hinata.

"Aku juga menyukaimu..."

Chup

Kelopak mata lentik sang tuan puteri Hyuuga berkedip-kedip lucu. Hanya menampakkan wajah polos dengan ekspresi begitu menggemaskan. Sontak, Naruto terkekeh dan kembali mengambil sebuah kecupan di pipi Hinata yang masih mencerna sesuatu.

Let's Play and Finish, OK! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang