Menunggu adalah hal yang membosankan. Tepat di depan resto tempat ia bekerja, Hinata sesekali mendesah malas menanti kedatangan seseorang yang berjanji menjemputnya.Sebenarnya bisa saja ia pergi sendiri. Naik bus atau angkutan umum lainnya bahkan jalan kaki. Tapi apapun itu hatinya masih berat untuk pergi. Tersisa 10 menit lagi ia bersumpah akan pergi tanpa Naruto.
"Apa mungkin motornya mogok?" Bola matanya berputar bosan. Jika pun asumsinya kali ini tepat sasaran, pastinya Naruto tak akan datang. Dan bila datang pun pasti sangat lama. "Motor kuno begitu masih saja di rawat. Jelas saja mesinnya sering mogok..."
Jika saja Naruto mau, bisa saja pria itu membawa salah satu mobil koleksinya. Tapi ini berbeda. Rencana dan siasat yang sudah pria itu buat sematang mungkin, tak mungkin berakhir di awal permainan.
4 menit lagi sesuai sumpahnya Hinata akan pergi. Namun mendadak ada pria yang datang dengan angkuh. Menghampirinya seraya menyunggingkan senyum centil yang mana membuat anak Hyuuga Hiashi ini muntah.
"Sedang apa kau disini? Menungguku, hm?" Nada menggoda terlontar. Ia rapatkan tubuhnya dengan tubuh sang gadis dari samping.
Spontan Hinata bergeser menjauh. Menatap horor pria bersurai jabrik cokelat itu. Kiba memang pria hidung belang baginya. Seenaknya saja mendekatinya dikala pria itu selalu terlihat berpasangan dengan banyak gadis.
"Tidak penting bagimu. Dimana pacar-pacarmu yang kekurangan kain itu? Pergilah dari sini. Aku tak mau dianggap perayu laki-laki orang..." Lalu matanya membola saat Kiba dengan lancang mencolek dagunya. "Woy!" Menepis tangan tersebut. Saat ini Hinata marah dan tidak terima. "Pergi atau aku berteriak! Aku bukan barang yang bisa kau sentuh-sentuh!"
Sang pria malah terkekeh renyah. Ia tampak biasa deng respon garang gadis manis itu. Baginya, Hinata terlalu cantik untuk sekedar pramusaji. Gadis itu lebih cocok menjadi model atau bintang majalah dewasa.
Semilir udara malam membawa suara motor yang tiba-tiba datang. Menampilkan seorang pria kuning yang tengah menungganginya dengan helm sebagai pengaman. Dan tentu saja membuat Hinata lega. Namun ia juga kesal karena Naruto terlalu lama datang.
"Aku harus pergi...," Hinata menatap Kiba dengan ejekan mautnya. Ia mengibaskan rambutnya yang menjuntai hingga punggung sampai membuat wajah Kiba ikut tersapu. "Pacarku datang..." Lanjutnya lagi.
Jangan kira Naruto tak dengar. Ia yang sudah melihat bagaimana interaksi Hinata dan pria berambut jabrik sesaat tadi, sempat tertawa. Ternyata dugaannya memang benar. Hinata tak mudah diluluhkan. Apalagi hanya dengan sekedar harta semata.
Kiba melongo mendapati gadis incarannya begitu saja berlalu menghampiri pria yang mana baginya sangat kuno. Sudah motornya begitu, orangnya pas-pasan. Batin Kiba..., padahal Naruto jauh lebih mempesona darinya. Tapi Kiba dan ketidak relaannya pasti menyangkal itu semua.
"Sudah ingat?" Bertanya lembut dengan wajah manis. Lalu tanpan belas kasihan tangan kecilnya menjewer kuping Naruto. Sampai membuat pria itu merintih. "Hampir satu jam aku menunggumu! Jika tidak niat tidak usah berlagak janji seperti itu!"
Telinga Naruto tidak hanya sakit karena jeweran Hinata, tapi teriakan gadis itu tepat di telinganya pasti berdampak juga. Seingatnya kata paman Hiashi, Hinata sebenarnya gadis lembut sama seperti mendiang ibunya. Tapi apa ini? Sama saja kekerasan untuk calon suami, bukan?
"Motorku tadi mogok. Jadi aku mengotak-atiknya di jalan..., jangan seperti itu. Aku tidak akan mengingakri janji..." Balas Naruto agak kesal seraya mengelus telinga kirinya. Walau bagaiamanapun itu sakit.
Kiba yang menyadari itu ikut mendekat. Ia menatap remeh pria yang kata Hinata adalah pacarnya. Bukankah ini aneh? Si cantik jelita dan sexy menggoda seperti Hinata memiliki pacar seperti itu? Cih, Kiba masih tak percaya... Dan jika pun Kiba tahu siapa Uzumaki Naruto yang mengaku Namikaze itu, ia mungkin akan mundur mulai detik ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play and Finish, OK! ✓
FanfictionMenciptakan sebuah ruang ketenangan untuk diri sendiri. Lari dari kekangan keluarga dan lebih memilih hidup sederhana pasca dilamar oleh mantan kekasih yang pernah menyakitinya..., Hyuuga Hinata. Menerima sebuah permintaan kecil untuk bisa mendapatk...