Ufuk barat mulai menunjukkan kekuasaannya. Langit senja menjelang petang yang akan menenggelamkan matahari.Sejuk ketika dirasa udara mulai menyapa kulit porselennya. Beberapa helai rambut mengikuti irama sore yang juga menggoyangkan dedaunan pohon taman.
Tatapan itu seolah kosong meski sudut bibir menciptakan lengkungan senyum tipis.
"Hinata..."
Ketika hangat mulai menjalar. Genggaman tangan dirasa nyaman meski hati sempat terluka.
"Aku hanya berpikir, apa yang ada di kepala Toneri hingga membuatmu seperti ini..."
Hanya saja saat ingatan itu mulai datang, kelopak mata selalu terpejam. Meski benih cinta mulai tumbuh ketika Naruto hadir, masa lalu adalah bagian dari seleksi pendewasaan.
"Aku harap Naruto-kun tidak demikian..."
Wajah cantik yang selalu dirindukan. Hidung kecil dengan sepasang pipi tembam yang menggemaskan ketika tersipu. Walau hanya dari samping terpandang, tak ada alasan untuk berpaling.
"Aku ingin membawamu pulang, Hinata."
Ketika kesempatan ada, dan ketika bersamanya tersemat kehangatan. Dan ketika hati, mulai berseru hingga tak ada lagi selain dia.
"Aku nyaman terhadap dua hal sekarang ini. Pertama aku nyaman bersamamu, dan aku juga nyaman di sini, Naru..."
Memilih bukanlah hal mudah untuk wanita. Disaat satu di antara dua pilihan mulai terpikirkan, ketika itu dilema menjadi tamu.
Senyum tulus untuk Hinata yang mungkin tak melirik. "aku hargai apa pun itu keputusanmu."
Senja sedikit demi sedikit mulai pudar. Hanya butuh beberapa detik untuk ufuk barat menelan sang surya. Hinata tersenyum.
"Jika aku memilih tetap di sini, apa kau akan melepasku?" jika menutup mata mampu membendung lavender yang mulai berair, bukan hal buruk untuk melakukannya. "aku berharap bisa diperjuangkan olehmu..."
Saat senyum merekah dengan tulus. Cinta diwujudkan dengan kasih sayang. Merapatkan tubuh dengan cara yang halus dan penuh kasih.
"Jika aku sempat melukaimu, maafkan aku."
"Tidak hanya itu. Kau juga banyak bohong padaku."
Jujur adalah nilai yang cukup berharga. Dan, satu kebohongan untuk sebagian orang mungkin adalah nilai buruk untuk semua kejujurannya.
"Beri aku waktu."
Rasa hangat menyelimuti hati. Tak ada batasan ketika tangan itu menyentuh kulit pundaknya. Satu kecupan sayang dirasa mendarat pada pelipis.
"Jika Toneri datang, apa yang akan Naruto-kun lakukan."
Beberapa helai rambut sang pemilik mata lavender ini, terlihat mengikuti arus angin petang. Senja yang beberapa saat menguasai langit, kini sang langit mulai berangsur gelap meski rembulan sepertinya tidak menjadi tamu malam ini.
"Jika dia masih mengejarmu, aku akan bersaing terang-terangan dengannya."
Dada yang cukup nyaman ketika bersandar di sana. Aroma maskulin tak dapat ditolak dan dirasa pelukan kecil ini cukup melindungi.
"Jika dia berhasil membuatku kembali nyaman, apa yang akan kau lakukan?"
Aroma itu sangatlah memabukkan. Pelipisnya berdesir diikuti lantunan singkat yang mampu membuat hati seolah direngkuh.
"Jika saat itu dia bisa membuatmu nyaman, tersenyum bahkan gembira dan kalian tertawa." keyakinan adalah hal yang sangat mahal. Dan ia yakin apa pun itu. "aku adalah orang pertama yang akan membasuh air matamu, memelukmu ketika terluka dan, aku harap dadaku masih hangat untukmu bersandar..."
![](https://img.wattpad.com/cover/115551322-288-k204237.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play and Finish, OK! ✓
FanficMenciptakan sebuah ruang ketenangan untuk diri sendiri. Lari dari kekangan keluarga dan lebih memilih hidup sederhana pasca dilamar oleh mantan kekasih yang pernah menyakitinya..., Hyuuga Hinata. Menerima sebuah permintaan kecil untuk bisa mendapatk...