Part Five

50 3 0
                                    

what should I wait for him that is not destined with me at all?

----------------------

  Terdengar suara langkah kaki menaiki tiap anak tangga, semakin dekat suaranya semakin membesar.
Lalu gema Suara langkahnya berhenti sejenak.

Ceklek

"Mars.. ." Rum, mama Mars selalu melakukan tindakan berlanjut apabila putrinya terlelap melebihi batas waktu, namun Hari ini ia sengaja membangunkannya lebih awal.

"Bangun nak, udah setengah enam," Ucap mama menipu.

"Engghh" Mars mendesah, dan menarik selimutnya kembali "Masih pagi ma.. "Ucapnya kembali. Mamanya menggeleng dan berjalan menuju jendela kamar.

SRETT. Tirai jendela tersingkap, sinar matahari masuk tanpa sensor membuat mata Mars mengerjap-ngerjap.

"Masih gamau bangun? "Ucap mama sembari bersidekap. "heuu," ucap Mars dengan wajah memelas.

Selalu seperti ini 'Kamis yang menyilaukan.'

*****

Mars Hari ini tidak terlihat seperti biasanya, ia hari ini nampak seperti mayat yang menyeret kaki nya sendiri, menyelempang tas dibahu kanan dengan wajah kusut seperti belum pernah makan, membuat penampilannya terkesan seperti mayat hidup.

Dug.. Dug.. Dug..

Langkah Mars berhenti memandang bola basket yang memantul dan berhenti tepat didepan kakinya.

"Woy!" Seseorang meneriakinya. Sontak Mars menengadah, menautkan kedua alisnya.

"Lempar bolanya!" pekik seorang laki-laki jangkung didepannya.

"Ha?" Mars melamun. "Ck." lelaki itu berdecak lalu menghampiri Mars yang mematung.

Degub jantung nya melonjak hebat, pemuda itu berdiri tepat 10 CM didepannya. Mars menelan ludah

"Gue mau ngambil ini, jangan ge'er" Ucap pemuda itu dengan dingin, lalu pergi melenggang entah kemana.

Mars masih melongo, tidak percaya ia masih hidup.

Ternyata ada hal yang lain selain Rai yang membuat hati nya berdegub hebat, tapi.. Rasanya yang satu ini berbeda.

'Kayaknya cowo tadi gue kenal, tapi siapa?' Pikirnya.

"Ahh.. Gue harus fokus, Mars fokus ! FOKUS!!! " ucapnya menyemangati diri sendiri. Lalu Mars mengambil langkah seribu menuju kelas, baru beberapa langkah. Ia harus berhenti lagi.

"Mars!" Agam menyapanya dengan senyuman manis.

"Lebar amat lo senyum, berasa kayak musuhnya batman tauga,siapa tuh namanya? Jeker? Ceker? Jeder? "

"Joker maksud lo?" Agam membenarkan.

"Nah, ya itu"

"Eh btw, tumben banget lo berangkat pagi,biasanya juga jam 7 kurang an. Sekarang masih jam 6 lebih Lima,"
ucap Agam sembari melirik arloji Hitam yang melingkar ditangan kirinya.

"Ya, namanya juga anak baru rajin," Ucap Mars sembari melanjutkan langkahnya yang terhenti tadi dengan Agam yang mengikutinya dari samping.

"Ada ya anak kayak gitu?" Agam menggaruk kepalanya.

"Ada, nih contohnya gue."

"Ah lo mah, besok juga paling telat lagi, rajin nya cuma sesaat, gak bisa stay terus," Gurau Agam. Mars mendelik.

SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang