21

6.8K 713 119
                                    



Segala bentuk typo dan teman-temannya, tolong di maklumi.

Gak maksa untuk selalu vomment, tapi seenggaknya hargai kerja keras gue yang udah mikir-mikir buat bikin nih cerita.

And.. thanks somachhhhh... yang udah spam komen. Duh, aku jadi terhura kan..

⚠WARNING⚠
HARDWORDS⛔
RATED🔞

Lee Jieun. Wanita berparas manis itu kini sedang melamun di dalam kamarnya. Semenjak pertemuannya dengan Jungkook kemarin, dirinya jadi berubah drastis. Selera makannya turun dan mood nya berubah-ubah.

Ia tau kalau Jungkook tak mungkin secepat itu memaafkannya. Jieun malah berpikir kalau Jungkook mungkin tak akan mau memaafkannya lagi. Dia menyesal telah meninggalkan Jungkook, namun ia tak punya pilihan lain selain itu.

Ada sesuatu hal penting yang mau ia beritahu ke Jungkook, tapi bagaimana bisa kalau pria itu saja tidak mau menatap wajahnya.

"Duh gimana nih, kalo Jungkook masih gak mau ketemu aku, gimana aku ceritain semuanya." Gumam Jieun.

Masalah ini harus segera di selesaikan atau malah akan menjadi lebih besar lagi. Jieun tidak mau ada korban-korban seperti dirinya lagi. Ia juga tidak mau membuat Jungkook patah hati untuk yang kedua kalinya lagi.

Pokoknya semuanya ada di tangan Lee Jieun sekarang. Aapapun rintangannya harus bisa Jieun lewati.

Suara ponsel nya berdering kencang tanda ada sebuah telepon masuk. Jieun mengambil ponselnya lalu mengangkat sebuah panggilan dari nomor yang tak terdaftar di ponselnya.

"Halo.."

"Temuin gue di gudang deket pelabuhan Seoul jam 5 sore nanti. Dan lo harus sendiri, kalo sampe lo berani bawa orang lain.. Hidup lo bakal berakhir saat itu juga."

Jieun menjauhkan ponselnya dengan tatapan takutnya. Dia kenal dengan suara itu. Suara yang sudah menghancurkan kehidupan tenangnya.

"Kenapa lo ngusik gue lagi. Gue udah menuhin kemauan lo buat ngejauhin Jungkook." Ucap Jieun dengan berteriak frustasi.

Namun yang ia dapatkan adalah kekehan kencang dari seberang sana.

"Lo pikir gue goblok. Lo berusaha ngebongkar semuanya kan? Gue tau gerak-gerik lo semenjak lo mutusin buat balik ke Seoul lagi."

Wajah Jieun mulai memerah karena takut. Dia takut, namun saat ini tak ada siapapun yang berada di dekatnya.

"Gue mohon jangan sakitin keluarga dan orang-orang terdekat gue, Eun." Mohon Jiun dengan memelasnya. Berharap orang yang di panggil 'Eun' itu mau mengerti.

"Gak usah kebanyakan ngebacot. Temuin gue atau nyawa orang-orang yang lo sayang melayang di tangan gue. Lo tau kan gue gak pernah main-main sama ucapan gue."

Jieun kembali menangis. Wanita itu membuang asal ponselnya. Ia merutuki nasibnya yang harus berurusan dengan iblis kejam seperti 'Eun'.

"Aku harus gimana lagi buat ngehindarin wanita iblis itu. Kenapa dia gak pernah ngebiarin aku hidup tenang." Isak Jieun ditengah tangisannya.

Wanita berusia 25 tahun itu kembali mengambil ponsel canggihnya dan menghubungi seseorang yang sekiranya bisa membantu masalahnya.

"Halo, Mark. Aku butuh bantuan kamu." Ucap Jieun.

"Iya, aku butuh kamu banget sekarang, Mark. Kamu bisa jemput aku di apartement aku kan?"

"Yaudah aku tunggu ya. Kamu jangan bilang siapa-siapa kalo mau ketemu aku."

[1] Hold Me Tight [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang