Chapter 1 - Awal mula kebencian

3.9K 114 10
                                    

* Jalaluddin Muhammad Akbar*
Sang penguasa india, yang selalu ditakuti musuh dan disegani sekutu karena sifatnya yang amat kejam. Selain kejam ia adalah raja yang tidak punya hati. Ia berekspansi ke seluruh wilayah india, dari Agra, Delhi, Amer, sampai ke Kabul (sekarang Afghanistan) untuk mewujudkan impiannya, menjadi Raja India. Sifatnya yang arogant, membuat siapapun tidak berani menentang keputusannya.

*Rajkumari Jodha Bhai*
Jodha adalah putri dari kerajaan Amer yang pandai memanah, memainkan pedang, dan juga setia kawan. Meskipun agak keras kepala, ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia berani menentang siapapun untuk menegakkan sebuah kebenaran. Meskipun ia keras kepala ia memiliki hati yang sangat lembut.

*Ruqaiya Sultan*
Ratu Ruqaiya adalah istri pertama Jalal. Mereka menikah sewaktu masih kecil. Sebagai istri pertama ia diberi tanggung jawab akan istana para wanita (harem)-isinya para istri dan pelayan wanita-dijaga kasim waria.
Ruqaiyya terobsesi menjadi satu-satunya wanita yang dicintai Jalal. Ia akan melakukan apapun untuk menjaga posisinya di istana harem. Dan ia menganggap semua istri yang lain adalah pelayannya.

*Maham Angga"
Dia adalah perdana mentri kerajaan Mughal. Dulu ia mengasuh Jalal, jadi Raja memanggilnya "Bibi". Jalal selalu percaya kepadanya. Kemampuannya dalam politik membuatnya menjadi salah seorang kepercayaan raja Jalal.

*****
Di Kuil Dewi Kali terlihat ada kericuhan terjadi, semua orang berlari kesana kemari. Kuil terlihat porak poranda, barang barang sudah tak ada lagi pada tempatnya.

Seorang gadis cantik melihat semua yang terjadi, ia terpaku dalam tempatnya. Hatinya begitu geram ketika tempat suci untuk umat sepertinya beribadah dirusak secara keji. Matannya memanas ketika ornamen ornamen indah Dewi Kali dirampas, namun ia tak bisa melakukan apa apa.

Ditengah gejolak hatinya. "Putri Jodha" Teriak Moti. Suaranya membuat Jodha mengalihkan pandangannya. Dilihatnya pelayan sekaligus teman setianya sedang ditahan oleh prajurit Mughal.

"Apa yang kau lakukan" Teriak Jodha pada prajurit. Jodha melangkahkan kakinya menuju prajurit tersebut. Moti menggeleng kepalanya. "Tidak putri Jodha, jangan bahayakan dirimu" Ucap Moti, air matanya meluncur bebas.

"Lepaskan dia" Ucap Jodha dengan suara yang keras, ia mengangkat dagunya. Bukan karena ia berani, namun ia ingin menutupi rasa takutnya. Ia melepaskan perhiasan yang melekat di tubuhnya. "Apakah ini cukup?" Tanya Jodha. Prajurit mengangguk cepat.

"Moti kembalilah padaku" Ucap Jodha. Setelah mendapatkan perhiasan, prajurit tersebut melepaskan Moti. Moti langsung berhambur pada pelukan Jodha, ia menangis dengan keras.

Jodha memeluk Moti dengan erat, ia mencoba mencari kekuatan dan keberanian dalam dirinya. Ia mencengkram kuat dupatta miliknya.

"HENTIKAN SEMUA INI!" Teriak Jodha dengan lantang. Membuat para prajurit menghentikan kegiatannya, mereka langsung menatap Jodha.

"Dari mana kalian berasal? Apa yang kalian ingin kan HA!" Tanya Jodha tanpa ada rasa takut.

"Kami adalah bangsa Mughal" Ucap salah seorang prajurit. Jodha menggepalkan tangannya.

"Demi Dewi Kali, aku Rajkumari Jodha Bhai putri dari Raja Bharmal, putri kebanggaan kerajaan Amer bersumpah akan membalas semua atas apa yang telah bangsa Mughal lakukan pada tempat suci ini." Ucap Jodha dengan penuh kebencian, ia menaruh dendam pada Mughal.

"Aku benci bangsa Mughal, terlebih penguasanya Raja Jalaluddin" Ucapan berani Jodha yang berani menyampaikan kebenciaanya terhadap penguasa India membuat semua prajurit molongo.

Belum usai keterkejutan para prajurit oleh ucapan Jodha, kembali mereka dikagetkan oleh serangan mendadak dari pasukan Amer yang banyak jumlahnya dibanding mereka.

Mereka terlibat adu pedang. TRING TRING. Seuara pedang yang beradu bagaikan musik yamg mengiringi setiap detik yang berjalan disini. Karena pasukan Amer unggul dalam jumlah akhirnya pasukan Mughal bisa dipukul mundur oleh pasukan Amer yang dipimpin oleh Surjamal, kaka dari Jodha.

"Jodha apa kau baik baik saja?" Tanya Surjamal, ketika ia bisa mencapai tempat Jodha.

"Kaka" Jodha segera berlari menghambur pada pelukan kakanya. "Apa yang terjadi?" Tanya Surjamal.

"Kaka aku takut" Akhirnya Jodha menumpahkan air matanya yang sedari tadi ia tahan, ia menangis dalam pelukan kakanya. "Jangan takut Jodhaku, kau sekarang bersama ku. Ceritakan apa yang telah terjadi" Pinta Surjamal setelah menenangkan adiknya.

Jodha menceritakan semuanya, dengan kemarahan dan dendam yang ia miliki sekarang. Matanya menyiratkan luka, namun amarahnya lebih besar dari luka dalam hatinya. Surjamal melihat kebencian Jodha dari matanya.

Disisi lain di India, tepatnya di Agra. Raja Jalal sedang mengadakan rapat bersama para mentri dan orang orang penting lainnya di Diwan E Khas.

"Aku bangga sekali padamu Mirza, kau telah menaklukan daerah Mewar, aku ingin kau melakukan penyerangan lagi setelah ini" Ucap Raja Jalal dengan bangganya, memuji adiknya. Namun beda dengan perangai wajah Adam Khan, ia terlihat membenci pujian itu. Karna menurutnya ia yang lebih pantas menjadi Panglima di Mewar.

"Apakah ada berita dari Amer?" Tanya Jalal. "Ada seorang prajurit dari Mughal yang membawa surat tentang kemajuan penaklukan daerah Amer" Ucap Atgah Khan.

"Suruh dia masuk" Tak perlu perintah dua kali, prajurit yang membawa surat sudah memasuki ruangan.

"Salam yang mulia" Ucap prajurit. Raja Jalal menganggukkan kepala. "Ada berita apa yang kau bawa?"

"Panglima Syarifuddin menitipkan pesan bahwa ia berhasil membujuk seorang perdana mentri yang berkhianat pada kerajaan Amer, dengan begitu Amer akan mudah untuk ditaklukkan, selain itu juga faktor yang membuat Syarifuddin mempercepat penyerangan adalah seorang putri Amer yang dengan berani menantang bangsa Mughal" Raja Jalal mengangguk anggukan kepalanya saat mendengar apa yang diucapkan oleh prajurit, namun saat diakhor kalimat membuat Raja Jalal tertarik.

"Siapa namanya?" Tanya Jalal dengan penuh ketertarikan. Membuat perdana mentri Maham Angga keheranan atas kelakuan Raja Jalal.

"Putri Jodha, yang mulia" Ucap prajurit tersebut. Wajah Jalal memperlihatkan senyum misterius.

"Sampaikan pada Syarifuddin, bahwa ia harus bisa menaklukkan Amer. Jika perlu aku bisa menambahkan pasukan untuk membantunya, jangan mulai perang sebelum aku datang" Dengan semangat Raja Jalal menyampaikan pesannya.

"Baik yang mulia hamba mohon diri, salam" Ucap prajurit tersebut.

"Atgah kan siapkan pasukan untuk berangkat ke Amer esok pagi sebelum terbit matahari" Ucap Jalal tanpa ekspresi.

"Siap yang mulia, perintah akan segera dilaksanakan." Ucap Atgah Khan.

"kalian bisa meninggalkan ruangan, rapat selesai" Para mentri dan panglima satu persatu meninggalkan ruangan.

Di singgasananya pikiran Raja Jalal melayang tinggi, lalu ia memperlihatkan senyum misteriusnya.

Apa yang ada di fikiran Raja Jalal?
Jangan lupa vote ya..😊

Permata Dari AmerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang