Entah untuk keberapa kali Ratu Jodha menghembuskan nafas beratnya. Kejadian siang tadi begitu mengusik fikirannya. Ratu Jodha pun kembali bertanya, mengapa sampai ia bisa memberikan pertanyaan yang terlihat bodoh pada suaminya. Pertanyaan itu melekat di pikiran ratu Jodha.
Tiba - tiba ada sekelebat bayangan yang melintas di hadapannya. Tentu saja Membuat Ratu Jodha terkesiap.
"Siapa itu?" Mata kelinci ratu Jodha menari kesana kemari mencari orang tersebut. Saat ia lengah tiba tiba sudah ada belati yang bertengger di lehernya.
"Senang bertemu kembali denganmu ratu Jodha" Ucap seseorang yang jelas jelas tidak dikenal oleh ratu Jodha. Wanita bercadar itu memiringkan sedikit badannya hingga ratu Jodha dapat melihat sosoknya. Tentu saja ratu Jodha tak lupa, siapa sosok yang ada dihadapannya ini.
Ratu Jodha tersentak kaget melihat sosok wanita itu. Wanita yang belakangan ini sudah mulai ia lupakan. Baru saja dirinya ingin membuat hubungannya yang parah membaik, tiba tiba sosok bercadar ini kembali.
Darahnya berdesir, nafasnya pun sudah tak beraturan, degup jantungnya bekerja lebih cepat. Ratu Jodha ketakutan.
"Ka..kau orang istana?"
"Iya ratu Jodha, aku orang istana. Apakah peringatanku waktu itu kau abaikan? Aku tak main main dengan ancamanku"
"Apa yang sebenarnya kau mau?"
"Jauhi yang mulia"
Tiba tiba ada suara lain.
"Ratu Jodha" Suara bariton itu terdengar begitu menggema di kamar ratu Jodha. Membuat wanita bercadar itu cepat melepaskan belatinya, beruntunglah belati itu terjatuh di lantai.
Wanita bercadar itu bergegas meninggalkan ratu jodha, namun belum selesai kakinya melangkah tangan wanita bercadar itu sudah dicekal oleh ratu Jodha. Kejadian itu tentu saja membuat wanita bercadar membalikkan tubuhnya menghadap ratu Jodha.
"Kau mau kemana wanita licik? Mintalah kepada yang mulia agar aku bisa jauh darinya"
"Lepaskan aku!" Dengan tak berbelas kasih wanita bercadar itu melepaskan pegangan ratu Jodha dan mendorongnya dengan keras, hingga kepala ratu Jodha terantuk mengenai meja, darah segar pun mengalir dari kening ratu Jodha. Matanya berkunang-kunang, benturan keras itu membuat kepalanya sedikit pusing.
"Ratu Jodha kau..." Katanya menggantung. Dengan gerakan cepat ia segera menghampiri ratu bermata kelincinya.
"Siapa yang berani melakukan ini ratu Jodha?" Raja Jalal terlihat begitu kentara mengkhawatirkan ratunya yang satu ini. Ratu Jodha pun menghangat karena perlakuan suaminya.
"Se..seseorang yang membuatku takut untuk dekat denganmu" Air wajah ratu Jodha begitu memancarkan ketakutan, kepedihan, dan sakit secara bersamaan.
"Demi tuhan siapapun yang berani melakukan ini terhadapmu aku akan menghukumnya!"
"Hakim saiba!" Suaranya bak orang yang kesetanan. Tak lama datanglah beberapa tabib istana. Dengan cekatan raja Jalal pun membopong tubuh ratu Jodha, membaringkan tubuh idealnya di kasur mikiknya.
Hakim saiba pun dengan penuh ke hati hatian membersihkan darah yang mengalir di kening ratu Jodha. Saat kain basah nan dingin itu mengenani lukanya sontak ratu Jodha meringis kesakitan.
"Aw.. pelan lah"
"Selesai yang mulia, hamba mohon diri. Salam"
"Ratu Jodha apa yang terjadi denganmu?" Raja Jalal menjatuhkan pantatnya di kasur empuk milik ratu bermata kelinci itu. Tangannya tergerak untuk mengelus pucuk kepala ratu Jodha. Hati keduanya bergetar. Ada gelenyar aneh yang dirasakan oleh keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Dari Amer
Historical FictionSebuah kisah cinta yang amat rumit, dimulai dari peperangan, pernikahan tanpa alasan cinta, kebencian yang amat mendalam, rencana balas dendam, konspirasi untuk menjatuhkan, persaingan antar ratu, hingga mulai muncul perasaan cinta.