"Baiklah, lakukan apa yang telah kau diskusikan, aku menerimanya!" Setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya Jodha segera duduk kembali, bahunya terguncang hebat.
'Aku membencimu Jalal, kau sudah menghancurkan amerku, kau telah menghancurkan mimpiku'
"3 hari kedepan aku akan datang ke kerajaanmu Raja Bharmal, bersiaplah" Senyum misterius di wajah Raja Jalal tidak henti hentinya mengembang. Entah apa yang berada difikirannya.
*istana amer*
Istana amer sedang dihias, orang orang berlalu lalang, kesana kemari dengan tugasnya masing-masing. Sedangkan di dalam Jodha sedang melakukan beberapa ritual.
"Hapuslah air matamu Jodha, jika kau terus menangis maka matamu akan menghitam dan kau tidak akan terlihat cantik di hari pernikahanmu" Ucap Moti seraya menyeka air mata Jodha.
Jodha hanya menatap kosong kedepan.Setelah ritual selesai Jodha segera kembali ke kamarnya, usahanya sia sia. Setelah mengajukan 2 syarat kepada Kaisar Mughal itu dengan harapan Kaisar akan menolaknya dan batal menikahinya, namun kaisar malah menyetujui persyaratan darinya. (Inget kan JA pas Jodha minta syarat sebelum menikah?) Apa yang harus dilakukannya?
"Aku akan menulis surat kepada Raja Suryaban" Jodha segera mengambil kertas dan pena, ia menuliskan apa yang ingin ia tulis.
"Jodha, apa kau fikir ini akan berhasil?" Tanya lilaa, pelayan Jodha.
"Entahlah, aku tak punya harapan lagi" Ucap Jodha.
"Bubar" Ucap Ratu Meinawati tiba tiba, seluruh pelayan segera undur diri. Jodha pun berdiri, menatap ibunya dengan mata berkaca kaca. Sebaliknya Ratu Meinawati menatap nanar putrinya. Jodha segera berhambur ke pelukan ibunya. Bahunya terguncang hebat.
"Lihatlah Jodha, aku tahu kau takan mau menikah dengan Raja Jalaluddin. Ambilah, jika sewaktu waktu kau membutuhkanya, maka gunakanlah" Ratu Meinawati menyodorkan sebotol racun pada Jodha. Jodha pun mengambilnya, menerawang jauh. Lalu kembali memeluk ibunya.
Kicauan burung terdengar indah, matahari telah menampakkan wujudnya, hari ini adalah hari yang telah ditentukan Kaisar Mughal, ia akan menikahi Putri Jodha. Kedatangannya disambut dengan meriah oleh anggota kerajaan Amer.
Ritual demi ritual pun dilakukan, kini Jodha dan Jalal sedang mengitari api suci, untuk mengucapkan janji pernikahan mereka. Sedari tadi Jodha enggan menatap kearah suaminya walaupun saat suaminya itu memakaikannya sindoor dan mangal sutra, ia lebih memilih menatap lantai dari pada harus bertemu pandang dengan suaminya.
Setelah melakukan ritual pernikahan adat Hindu dan Islam kini saatnya hiburan. Pengantin dipersilahkan duduk diatas pelaminan yang telah disiapkan. Setelah Jalal menaiki panggung kini giliran Jodha.
Jalal mengulurkan tangannya untuk membantu Jodha. "Aku tidak akan menerima uluran tanganmu yang mulia" Ucap Jodha dengan pelan namun masih dapat didengar oleh Jalal. "Kau tidak ingin reputasi kerajaan ayahmu hancur karna kelakuanmu yang tidak sopan bukan?" Ucap Jalal dengan tenang namun penuh dengan ancaman.
Jodha pun akhirnya menerima uluran tangan Jalal. Jalal tersenyum penuh arti, ia mengangkat sebelah bibirnya. Ntah apa yang sedang ada di pikiran Kaisar mughal ini.
Malam pun semakin larut, pesta pernikahan akhirnya usai. Akhirnya Jodha bisa bernafas lega. Tanpa berbicara apapun pada suaminya ia bergegas memasuki kamarnya. Kegiatan hari ini membuatnya sangat lelah, ia ingin segera istirahat. Mengingat esok ia juga harus melakukan perjalanan yang jauh, pergi meninggalkan amer, dan ikut suaminya ke agra.
Hari ini, hari terakhir dimana ia memijakan kakinya di istana amer sebagai Putri Amer, karena esok ketika kakinya mulai melangkah keluar dari gerbang statusnya telah berubah menjadi Ratu India.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Dari Amer
Historical FictionSebuah kisah cinta yang amat rumit, dimulai dari peperangan, pernikahan tanpa alasan cinta, kebencian yang amat mendalam, rencana balas dendam, konspirasi untuk menjatuhkan, persaingan antar ratu, hingga mulai muncul perasaan cinta.