Chapter 7 - Jarak

1.5K 68 5
                                    

"Ratu Salima ternyata" ucap ratu Jodha dengan pelan, lalu ia memejamkan matanya kembali karna lelah.

"Syukurlah aku selamat kali ini" Raja Jalal segera kembali ke
ranjangnya.

Mereka berempat tidur dengan damai, sampai pagi menjelang. Cahaya matahari masuk, menerangi tenda.

"Apakah kita akan melanjutkan perjalanan?" Tanya Ratu Ruqaiya.

"Ya, tapi kita akan melepaskan atribut kerajaan, kita akan menjadi orang biasa" Ucap Jalal.

"Tap.. tapi Jalal..

"Tidak ada penolakan Ruqaiya, kalian bersiaplah" Jalal mengabaikan perkataan ratu Ruqaiya.

Waktu telah berlalu, mereka pun akhirnya sampai di ajmer sharif. Dengan khidmat dan penuh ke khusyuk an mereka menjalani ibadah. Setelah melakukan ibadah mereka pun berjalan menuju Syekh Salim.

"Salam yang mulia"

"Salam" mereka pun menjawab salam dari syeikh Salim.

"Bagaimana kau bisa tahu bahwa kami ini adalah keluarga kerajaan?" Tanya Ratu Ruqaiya.

"Seorang raja tak musti dikenal dengan atribut kerajaannya, namun dengan dedikasinya, dengan segala tanggung jawabnya kepada rakyatnya. Karna kelak rajamu akan tercatat oleh sejarah dengan kinerjanya hingga mendapat gelar yang agung" Ucap Syekh Salim menerawang. Mereka berempat tersenyum simpul.

"Sama sepertinya kau pun akan menjadi ratu yang bisa menjalankan kewajibanmu atas tanggung jawab yang kau emban, kau akan menjadi teman berbagi yang mulia, kau adalah salah satu penyemangat hidup raja, karna kau adalah sahabat kecilnya, kau akan selalu memiliki posisi di dalam hidup yang mulia" Syekh menatap ratu Ruqaiya.

"Ya, benar. Karna aku adalah permaisuri utama yang mulia"

"Raja Jalal begitu beruntung memilikimu, karna kau adalah kepercayaannya yang mulia, kerajaan mughal beruntung memiliki ratu yang bijak sepertimu, generasi selanjutnya akan mengenalmu sebagai permata kerajaan mughal, sejarah akan menceritakan tentang kecerdasanmu ratu Salima" Syekh Salim beralih menatap ratu Salima, ratu Salima hanya menunduk sambil tersenyum.

"Dan kerajaan Mughal akan tetap hidup, kau hadir membawa perubahan dan keberuntungan mariam uz zamani" Kini pandangan Syekh Salim tertuju pada ratu Jodha.

Semua mendongakkan kepala menatap Syekh Salim dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Ratu Jodha tertegun, Syekh menyebutmya tadi dengan nama Mariam uz zamani.

"Aku suka saat dia menyebutmu mariam uz zamani ratu Jodha" Raja Jalal berbisik. Ratu Jodha hanya mendelik sebal.

Setelah selesai mereka memutuskan untuk kembali ke istana, karena banyak urusan yang harus mereka urusi masing masing.

"Dekatlah denganku ratu Jodha, kau saat ini memiliki kesempatan banyak untuk bersamaku, karena jika diistana aku harus berbagi waktu dengan istriku yang lain" Raja Jalal menggoda ratu ketusnya itu.

"NO! Lebih baik aku terlupakan dari pada harus dekat dengan pria kejam sepertimu" Ucap ratu Jodha dengan angkuhnya, membuat rahang raja Jalal mengeras, egonya terluka karena penolakan ratunya tersebut.

"Ratu Jodha kau!" Suara raja Jalal naik satu oktaf, membuat ratu Jodha mencelos. Dengan gerakan cepat ia berjalan menuju ratu Salima.

Saat ditengah hutan, tiba tiba dupatta milik ratu Jodha tersangkut, ratu Jodha dibuat sibuk dengan dupattanya, tanpa menyadari bahwa rombongannya telah berjalan jauh.

Setelah beberapa lama akhirnya dupatta tersebut dapat dilepaskan. Ratu Jodha menengadahkan wajahnya, matanya menari nari untuk mencari keberadaan rombongan nya, namun nihil ia tak mendapatkan siapa siapa disini.

Permata Dari AmerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang