Chapter 2 - Semakin membenci

1.8K 58 1
                                    

Bulan purnama menampakkan wujudnya di langit amer. Terlihat damai, tapi tak sedamai keadaan di istana kerajaan Amer. Terlihat raut wajah Raja Bharmal yang menyiratkan ke khawatiran.

"Esok hari kita akan berperang melawan bangsa Mughal, bagaimana bisa, kekuatan yang mereka miliki jauh lebih banyak dari apa yang kita miliki. Apakah tidak sebaiknya kita menyerah?" Tanya Meinawati dengan gusar, iapun sama khawatirnya dengan suaminya, Raja Bharmal.

"Tidak istriku, jangan sampai Rajput mau tunduk di bawah kaki Mughal, Rajput adalah seorang pejuang yang hebat, lebih baik kita mati dalam peperangan daripada hidup dengan menundukan kepala kepada Mughal" Ucap Raja Bharmal dengan penuh keyakinan.

"Ayah, ibu malam ini aku akan pergi berperahu dengan raja Suryaban Singh tunanganku, aku akan memintanya untuk membantu kerajaan Amer kita ini ayah. Apakah kalian mengizinkan ku?" Tanya Jodha.

"Jodha anakku, lakukan yang terbaik untuk Amer ini, ayah ingin beberapa pelayan mengikutimu karna tak baik seorang putri keluar malam bersama lelaki yang belum menjadi suaminya, walaupun itu tunanganya" Ujar Raja Bharmal seraya mengelus rambut putri yang ia cintai.

"Aku akan selalu menjaga harkat dan martabatku, keluargaku dan kerajaanku ayah, aku mohon diri. Salam" Jodha mengatupkan kedua telapak tangan di dadanya, lalu ia memakai dupatta untuk menutupi rambut dan sebagian wajahnya.

Di luar kerajaan sudah ada Raja Suryaban tunangannya dan beberapa pelayan juga prajurit dari Jodha yang menantinya. Jodha sedikit menurunkan dupattanya untuk menutupi sebagian wajahnya.

"Maaf aku membuat kalian menunggu" Ucap Jodha setibanya disana.

"Tak apa, silahkan naik ke dalam tandumu Putri Jodha, kita akan segera ke danau" Raja Suryaban mempersilahkan Jodha menaiki tandunya, setelah Jodha siap Raja Suryaban menaiki kudanya. Mereka pun menuju danau.

Sesampainya di danau Putri Jodha sedang memberi pengarahan pada prajurit dan pelayannya.

Disisi lain, Raja Jalaluddin bersama pasukannya hendak beristirahat. Mereka sedang berada beberapa meter dari Jodha.

"Atgah Khan seberapa lama lagi kita akan sampai di Amer?" Tanya Raja Jalal seraya menghentikan kudanya.

"Yang mulia, kita telah sampai di Amer, dan setengah kilo meter lagi kita akan sampai di tenda Syarifuddin" Jelas Atgah Khan. Namun perhatian Raja Jalal tertuju pada Jodha dan Raja Suryaban.

"Yang mulia, ada apa?" Tanya Atgah Khan gusar. Raja Jalal menempelkan jari telunjuk didepan bibirnya, lalu menunjuk kearah Raja Suryaban dan Jodha. Memberi isyarat bahwa ia akan menuju kesana.

"Apa perlu pengamanan para pengawal yang mulia?" Tanya Atgah kembali. "Tidak usah" Lalu Raja Jalal berjalan menuju kearah mereka. Ia bersembunyi di balik pohon.

"Pelayan, pengawal kalian diamlah disini tetap awasi kami, aku tidak ingin keselamatan kami terancam, juga kami tidak ingin terjadi fitnah. Tetaplah di dekat kami, disini. Kalian mengerti?" Jodha memberi ultimatum.

"Mengerti Putri Jodha" Jawab para pelayan dan pengawal.

"Jadi dia adalah Putri Jodha yang dimaksud, akan kuperlihatkan sejauh mana keangkuhanmu putri" Ucap Raja Jalal dalam hati, ia begitu bertekad meskipun ia belum pernah melihat wajah Putri Jodha.

"Mari Putri Jodha" Raja Suryaban mempersilahkan putri Jodha. Putri Jodha pun naik keatas perahu disusul oleh Raja Suryaban.

"Mengapa kau terlihat begitu cemas Putri Jodha? Apa yang membuatmu cemas? Kau boleh menceritakannya kepadaku" Tanya Raja Suryaban saat melihat perbedaan pada Jodhanya.

"Raja Suryaban, esok kerajaan mughal akan menyerang amer, mughal lebih unggul jumlah dari amer, apakah kau akan tetap membantu amer?" Air mata Jodha tertahan, begitu sesak ketika mengingat peperangan esok hari.

Permata Dari AmerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang