Chap. I : In Kinda's Home

130 18 10
                                    

Aku tambahin sedikit bahasa Korea yang aku tau di chap. ini dan beberapa chap. selanjutnya 😅✌ Yang gak tau maksudnya bisa ditanya:)

.

"Ppali (cepat) lah, kau akan melewatkan bagiannya !", teriak Kinda.

Aku sedang berada di rumah Kinda. Kami sedang menonton mv Korea (tepatnya, Kinda yang sedang menonton mv Korea). Hahaha, ya, hobi kami saat sedang bersama adalah membuka mv Korea.

"Tunggu Kinda ! Aissh, kenapa kamu tidak membantuku membawa buku-buku ini, eoh ?!", teriakku. Enak saja, dia asal naik ke lantai atas---kamarnya---sedangkan aku disuruh membawa buku-buku paket yang beratnya minta ampun.

"Hahaha, aku sudah malas turun. Sorry Vinda.", ledek Kinda. Untung kawan -_-

~~•~~

"Huh ! Akhirnya sampai.", aku mengelap keringat yang menetes di dahiku setelah penuh perjuangan naik ke lantai 2 dengan membawa buku-buku berat ini.

"Hahaha, kau melewatkan bagiannya. Sayang sekali, Vinda.", Kinda (sekali lagi) meledekku.

"Biar saja, aku kan bisa menonton mv-nya lagi nanti 😜. Kan itu mv, bukan siaran live.", balasku.

"Iya juga sih. Ya sudah, sini buku-bukunya, biar aku yang bawa. Dasar, segini aja udah ngos-ngosan begitu. Aku aja pernah ngangkat galon yang ada airnya gak sampe kayak kamu tuh !", cibir Kinda. Aku hanya tersenyum kecil.

'Iyain aja.', batinku.

"Kinda, adik kamu mana ? Kok daritadi aku gak lihat dia."

"Oh, si Fendi. Dia lagi main sama kawannya di lapangan. Biasa, anak laki-laki hobinya main bola sampai magrib.", Kinda menjawab santai.

"Oh".

~~●~~

"Kyaa ! Oppa, ganteng banget. Suaranya bagus lagi. Kapan ya kira-kira bisa bertemu ?!", teriak Kinda saat idolanya bernyanyi.

"Dia gak mau ketemu kamu soalnya kamu gak pernah ranking 1 di sekolah. Hihihi.", ledekku.

"Issh, emang dia tau aku gak pernah ranking 1 di sekolah ? Dia tau aku hidup aja enggak."

"Tuh, nyadar. Hahaha !", aku tertawa melihat Kinda memanyunkan bibirnya.

"Ha. Ha. Ha., lucu Vin.", Kinda nampak kesal.

"Sorry, sorry, bercanda doang, Kin."

Kinda hanya menjawab, "Hmm".

"Eh, eh, liat deh, disebelah bias (bias = idola) kamu, Kin. Ada bayangan lain yang ngikutin !", aku mencoba menjahili Kinda. Hehehe.

"Mana ? Enggak ada ah, sebelahnya kan kosong, Vin ! Nggak ada apa-apa", bantah Kinda.

"Ada Kinda, masa kamu gak liat ?", tanyaku meyakinkan Kinda.

"Aissh, jinjja (benarkah) ? Jangan membuatku cemas, Vin. Kasian oppa.", Kinda nampak cemas. Hahaha, dasar sasaeng (fans fanatik) :v

"Enggak, enggak, cuma bercanda kok... Hahaha !", aku tertawa lagi karena tak tahan dengan bentuk wajah Kinda.

"Issh, Vinda, kau jahat !", Kinda memukulku dengan bantalnya. Tentu saja tidak sakit.

"Mian (maaf) Kinda. Habisnya kamu tadi meledekku terus sih waktu di tangga tadi."

"Ya, ya, ya.", balas Kinda.

"Jadi kapan kita ngerjain PR-nya ya ?", tanyaku menyindir Kinda yang masih diam menonton di depan laptopnya.

"Tu...tunggu. 3 menit lagi ini, nanggung !", tolak Kinda. Aku hanya bisa tertawa kecil.

Tanpa aku dan Kinda sadari, bayangan kami yang terpantul di cermin besar sebelah kananku memantulkan bayangan berkelap-kelip seperti kunang-kunang tetapi berwarna-warni pelangi.

~~•~~

Hari ini, aku dan Kinda akan belajar bersama untuk membuat cerpen. Kinda kurang bisa membuat cerpen, sehingga aku diajaknya belajar bersama.

"Mmm... Vin, bener gak nih ? Aku takut salah, apalagi diajar dengan Miss Nani, gak tanggung-tanggung, salah sedikit langsung jadi minus nilainya.", keluh Kinda.

"Coba aku lihat !"

Aku pun membaca cerpen hasil karya Kinda yang baru 2 paragraf.

"Hmm... bagus, tapi supaya lebih menarik, bagaimana kalau kamu tambahkan beberapa majas. Pasti bagus..."

"Oh, ok !"

Aku dan Kinda melanjutkan menulis cerpen masing-masing. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang akan datang menuju kamar Kinda. Tapi, ini bukanlah hantu, manusia, hewan, atau apapun. Auranya berbeda.

'Makhluk apa ini ? Kenapa auranya seperti campuran hewan dan manusia ?', batinku.

'Hmm... mungkin salah tangkap saja. Gak mungkin ada makhluk setengah manusia dan setengah hewan di kota.', aku segera menepis pikiran aneh ini.

"Hah... akhirnya selesai ! Huaa, Vinda, ini lebih buruk dari ekspetasinya !", teriak Kinda.

"Mana, cobaku baca ! Kamu ini jangan teriak-teriak mulu ! Kayak anak kecil banget, deh.", omelku.

Lalu, aku baca cerpen karya Kinda. Menurutku, cerpen Kinda tidak buruk, bahkan cerpen ini bisa dibilang bagus.

"Cerpen kamu bagus, Kin... percaya deh. Jangan tanggapin omongan orang yang negatif, anggap saja mereka sebenarnya suka, tapi gak tau harus memuji dengan cara bagaimana + saking bagusnya hasil karyamu, mereka jadi iri dan gengsi mau muji... Ngerti ?"

"Iya, makasih, Vin !"

"Sama-sama, Kinda..."

TBC.

Hai ! ^.^
Terima kasih sudah mau baca chapter 1 nya 😄
Budayakan like setelah baca ya ! 😊
Hargai authornya please... :)
Warning typo 😅
Bye !

-Vicka_2005

(DUNIA) CERMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang