Chapter 4-2

495 30 4
                                    

"Bu, resepsionis di lobby mengatakan ..." Leni tampak ragu melanjutkan kata-katanya, membuat Erika mengerutkan kening heran.

"Apa yang dia katakan?" kejar Erika.

"Eh, itu ... kekasih Bu Erika ... menunggu di bawah ..." Leni bahkan tak berani menatap Erika ketika mengatakannya.

Erika menyipitkan mata, berpikir cepat, dan satu nama tercetus dalam kepalanya. Karel.

"Aku mengerti. Katakan padanya, aku akan segera turun," jawab Erika.

Leni, meski tampak terkejut karena Erika bahkan tak membantah, hanya mengangguk, lalu meninggalkan ruangan. Erika mendengus tak percaya memikirkan Karel yang benar-benar datang untuk menjemputnya. Untung saja ayahnya sudah pulang. Ayahnya selalu pulang tepat waktu. Sedikit terlalu tepat waktu. Erika menyelesaikan berkas terakhir sebelum akhirnya membereskan mejanya dengan cepat, menyambar tas, dan bergegas meninggalkan ruangannya.

Ketika melewati meja Leni, dilihatnya sekretarisnya itu masih menunduk di atas komputernya. Sepertinya lagi-lagi, dia bekerja lembur. Bukan pemandangan yang jarang di mata Erika. Sama sepertinya, Leni juga pekerja keras.

Begitu lift Erika tiba di lobby, ia langsung disambut Karel yang sudah berdiri di depan lift. Erika memutar mata. "Tidakkah ini berlebihan?" sinisnya seraya melangkah keluar dari lift.

"Berlebihan? Kau sendiri tidak seharusnya membiarkan kekasihmu menunggu selama hampir dua puluh menit," cibir Karel. "Bahkan, seharusnya kau menyuruhku naik ke ruanganmu," tambahnya.

"Jangan berharap terlalu jauh," tukas Erika. "Kita tidak dalam hubungan seperti itu selain di hadapan Arlan dan Tiara. Dan alasan kau bisa datang kemari adalah karena kita perlu berlatih. Hanya berlatih."

"Tapi, jika Arlan mencari tahu sampai kemari, mengingat ini juga masih perusahaannya ..."

"Aku akan memikirkan itu nanti," sela Erika ketus. "Toh kau sudah mengumumkan bahwa kau kekasihku. Arlan juga akan mendengar itu segera setelah ia kembali ke kantor. Jadi, kabar ini juga cukup membantu."

"Jadi, besok aku bisa langsung naik ke ruanganmu?" Karel memastikan.

"Tidak," tolak Erika tegas. "Apa yang kita lakukan ini juga memiliki batasan-batasan yang tidak bisa kau lewati. Ingat itu." Setelah mengatakan itu, Erika memakai kacamatanya. "Dan aku benci berurusan dengan media," gumamnya. "Lalu ... di mana mobilmu? Apa kita akan menyetir sendiri-sendiri?"

Ketika Karel tak segera menjawabnya, Erika menghentikan langkah dan menatap pria itu ngeri.

"Kau tidak membawa mobil?" Suaranya seolah tercekik.

Karel merentangkan lengan, mengedikkan bahu, lalu menggeleng.

Erika mengerang tak percaya. "Baiklah, kita pakai mobilku saja," putusnya seraya mengeluarkan kunci mobilnya dan memberikannya pada Karel. Namun kemudian, mengejutkan Erika, Karel pergi ke meja resepsionis dan menyerahkan kunci mobil Erika pada staf resepsionis.

"Tolong kirim seseorang untuk mengantarkan mobil ini ke rumah Bu Erika. Dia akan pulang denganku," Karel berkata.

Staf itu mengangguk patuh, membuat Erika nyaris berteriak untuk memecatnya. Bagaimana bisa dia begitu patuh pada perintah orang asing? Erika berdiri di sini dan dia ...

"Menjadi kekasih seorang Direktur menyenangkan juga," gumam Karel ketika ia sudah kembali ke sisi Erika. "Aku bisa memerintah orang-orang yang bahkan bukan karyawanku."

Erika menatap pria itu dengan kesal, tapi ia harus menahan amarahnya demi reputasinya. Bagaimanapun, mata-mata Arlan pasti ada di sini. Erika mengerang tersiksa memikirkan seberapa jauh dia harus melakukan ini. Bahkan sebentar lagi, ia mungkin benar-benar harus membiarkan Karel pergi ke ruangannya.

See You in Your Wedding DressWhere stories live. Discover now