"Gue gakpapa kok, kalau itu bisa buat lo bahagia. Gue cuman pengen jadi teman yang baik buat lo. Iya, teman."
-Let Me Fell The Pain-
"Itu gelas punya siapa?" Tanya Devi sambil menunjuk gelas kosong dihadapan Valen. Cewek itu baru menyadari ada gelas disitu sedari tadi.
"Punya gue." Valen menjawab dengan diiringi cengirannya yang khas.
Devi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Muka lo udah kayak jeruk nipis Len." Ucap Devi sarkas.
Bukannya tersinggung atau kesal dengan Devi, Valen malah terbahak mendengar ucapan sahabatnya itu. "Semerdeka lo deh, Dev."
_oOo_
"Gue dapat Mexico City bro! Mampus lo berdua!" Teriak Arkan kegirangan sambil membanting kartu negaranya dihadapan kedua sahabatnya.
"Anjir! Negara kaya punya dia semua!" Ucap Dani dengan wajah memelas sambil melihat kartu-kartu negaranya yang miskin-miskin semua.
Arkan tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kedua sahabatnya yang malang sekali. Siapa suruh ajak Arkan main monopoli, sudah tau cowok itu punya tangan mujur dalam hal mengocok dadu.
"Lanjut gak ni?" Tanya Arkan dengan senyuman mengejek yang bertengger dibibirnya. Wajahnya tampak songong-songong minta digetok, membuat Dani dan Fanno kesal jadinya.
"Lanjut sini! Walaupun lo udah punya itu negara-negara kaya semua gue sama Dani gak bakal takut! Iya gak Dan?" Fanno menyikut Dani disebelahnya, membuat cowok yang disikut itu menganggukkan kepalanya.
Yah, meskipun gak yakin sih Arkan bakal kalah.
"Iya, masih ada perusahaan air sama perusahaan listrik!" Ucap Dani sambil menunjuk dua kartu yang masih tersisa.
"Oke, ayok lanjut!"
Arkan kembali duduk ditempatnya dan mulai mengocok dadu.
"Permisi.." Suara halus berserta ketukan itu membuat beberapa anak dalam kelas X1 MIPA 3 mengangkat kepala mereka. Terkecuali tiga orang anak lelaki yang berada dipojokan kelas yang masih asik dengan dunia mereka.
"Cari siapa yah?" Seorang cewek berkacamata dengan rambut yang dikucir satu, berjalan menghampiri pintu kelas mereka. Lebih tepatnya menghampiri cewek yang mengetuk pintu kelas mereka tadi.
"Arkan ada?" Tanya cewek itu.
"Oh, temannya Arkan ya?"
Cewek itu mengangguk sambil tersenyum manis, membuat teman sekelas Arkan itu ikut tersenyum.
"Namanya siapa kalau boleh tau?"
"Panggil aja Audrey."
Cewek berkaca mata itu hanya ber'oh' ria sambil manggut-manggut mengerti.
"Jadi Arkannya ada enggak?" Tanya Audrey sekali lagi.
"Eh maaf yah, Arkan ada tuh, dibelakang." Cewek itu menujuk pojok kelas. Menampakkan tiga orang anak cowok yang tengah asik melemparkan dadu.
Audrey terkekeh kecil melihat kegiatan Arkan bersama teman-temannya sebelum cewek itu meminta tolong untuk memanggilkan Arkan.
"Arkan!!" Teriak cewek berkacamata itu yang adalah wakil ketua kelas Arkan. Namanya Wulan.
"Bentar gue masih main monopoli!!"
Audrey terkekeh geli mendengar jawaban Arkan.
"Arkan teman lo ada yang nyariin nih!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Feel The Pain
Teen Fiction"Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku doakan, dan ketidakpastian yang selalu aku harapkan" -Athalia Valen- _____ Ini hanya sebuah kisah cinta seorang remaja yang dia tahu dengan jelas tidak akan mungkin terbalaskan. Dia memiliki perasaan l...