"Enggak tau ini perasaan nama apa, soalnya ini kayak aneh. Dan ini juga baru buat aku."
-Let Me Feel The Pain-
Valen menuruni satu per satu anak tangga rumahnya hingga cewek itu tiba dilantai dasar.
Valen langsung menduduki bangku meja makan setelah menyapa kedua orang tuanya dan Valda, kakak perempuannya.
"Pa, ma, Len aku duluan yah. Hari ini aku piket." Ucap Valda. Kakak sulung Valen itu bangkit dari duduknya dan langsung menyalami dengan sopan tangan kedua orangtuanya.
"Yaelah kak, baru juga Valen duduk.." Ucap dengan memasang wajah cemberutnya.
Valda terkekeh pelan, tangannya wanita itu terulur untuk mengacak pelan rambut adiknya "Makanya kamu itu harus bangun pagi." Ucapnya sambil tersenyum. "Yaudah kakak berangkat dulu yah." Lanjutnya.
Valen mengangguk pelan dan membiarkan kakaknya berangkat duluan. Cewek itu mulai mengambil roti yang telah diolesi selai kacang kesukaan Valen dan langsung memasukan kedalam mulutnya secara santai.
"Kamu gak telat Len?" Tanya Dea mama Valen, ketika melihat putri bungsunya tengah melahap sarapan paginya dengan santai.
Valen baru ingin menjawab pertanyaan mamanya, bel rumahnya berbunyi begitu nyaring. Cewek itu tersenyum lebar dan segera memasukan satu roti yang masih utuh itu secara bulat-bulat kedalam mulutnya. Tak lupa cewek itu meminum susunya agar dapat membantu mendorong rotinya masuk kedalam perutnya.
"Valen berangkat dulu yah ma, pa." Ucap Valen sambil menyalim dengan sopan tangan kedua orang tuanya. Cewek itu menggantung tasnya dipunggung sebelum berlari keluar rumah.
"Hati-hati, bilang Arkan jangan ngebut-ngebut bawa motornya." Teriak papanya mengingatkan.
Valen tidak membalas teriakan papanya. Cewek itu merapikan rambutnya sebentar sebelum membuka pintu rumahnya.
"Pagi Len." Sambut Arkan. Cowok itu tersenyum kikuk saat mengucapkam hal tersebut pada Valen.
Valen balas menyapa. Namun setelah itu Valen merasa ada yang aneh dengan senyum dan gerak-gerik Arkan pagi ini.
Penasaran dengan tingkah lakunya, Valen akhirnya bertanya "Kenapa Ar? Lo gak apa-apa kan Ar?" Tanya Valen mengerutkan keningnya.
Arkan menggaruk keningnya sambil tersenyum kikuk. "Em.. sebenarnya gini Len.."
Valen diam sambil memperhatikan wajah Arkan dengan serius.
"Itu.."
Valen masih diam dan terus memandang meminta cowok itu melanjutkan ucapannya. Namun cowok itu malah menggaruk-garuk tengkuknya aneh.
"Itu Len.."
"Itu apaan sih Ar? Ngomong yang jelas dong." Valen menyentil kening Arkan sambil terkekeh gemas. Tingkah cowok itu seperti seorang remaja yang tengah malu-malu kampret didepan gebetannya.
Melihat Valen yang terkekeh seperti itu membuat Arkan semakin tidak tega padanya. Namun mau bagaimana lagi, semalam Audrey sendiri yang menchat dirinya meminta tebengan pada cowok itu pagi ini.
Dan itu merupakan kenyataan yang benar-benar seperti mimpi paling indah bagi Arkan. Arkan tidak ingin melewatkan dan menyia-nyiakan kesempatan berharga itu. Namun sayangnya masih ada Valen yang menjadi tanggung jawab Arkan sebagai seorang sahabat, sehingga saat ini Arkan jadi bingung sendiri bagaimana cara menjelaskan kepada Valen.
Padahal biasanya cowok itu akan langsung bercerita mengenai perkembangan hubungannya dengan Audrey secara lancar kepada Valen. Namun entah mengapa pagi ini Arkan jadi aneh seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Feel The Pain
Novela Juvenil"Kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu aku doakan, dan ketidakpastian yang selalu aku harapkan" -Athalia Valen- _____ Ini hanya sebuah kisah cinta seorang remaja yang dia tahu dengan jelas tidak akan mungkin terbalaskan. Dia memiliki perasaan l...