Chapter 15 ~ Guilt

695 57 31
                                    

Ochie berjalan mondar mandir di depan pintu ruang UGD. Ia sangat mencemaskan Kevin yang beberapa menit yang lalu jatuh pingsan setelah di pukul Luhan. Namja itu sedang sakit, dan sakitnya tidak biasa menurut wanita itu. Karena sudah 30 menit lamanya, tapi dokter tidak kunjung keluar. Ia benar-benar cemas, bagaimana jika penyakit Kevin parah?

"Ya Tuhan, semoga Kevin baik-baik saja." doanya dalam hati sambil masih berjalan mondar mandir membuat Luhan pusing sendiri melihatnya.

"Duduklah. Kau membuatku pusing." Perintahnya datar. Ochie menatap Luhan tajam begitu mendengar perkataan pria imut itu. Mungkin wanita itu masih kesal dengan Luhan karena sikap kekanakkannya yang sudah kelewat batas.

"Ini semua salahmu. Kenapa kau memukul Kevin? Dia itu sedang sakit." Dengan menahan kesal di ubun-ubun, Ochie menyalahkan Luhan atas semua yang telah terjadi.

Luhan mendengus sebal
"Kau masih saja membelanya. Dia itu sudah membuatmu terluka, dan aku tidak suka." ujar Luhan tidak kalah emosi. Ia heran, kenapa Ochie tidak mengerti juga jika dirinya seperti ini karena  mengkhawatirkan wanita berambut panjang itu. Ia tidak ingin wanita yang dicintainya terluka.

"Aku terluka karena terpeleset, tidak ada hubungannya dengan Kevin. Jadi, berhenti menyalahkannya!" Ochie memberikan penekanan pada kata-katanya. Pria itu hanya diam. Memalingkan wajahnya kesal. Ochie terus saja membela Kevin. Tidak tahukah jika ia terluka setiap Ochie lebih memperhatikan pria lain selain dirinya? Selama ini, hanya Luhanlah pria yang dekat dengan wanita itu. Tapi, semenjak Kevin hadir di kehidupan Ochie, ia serasa tidak dianggap lagi.

Ceklek...

Akhirnya pintu ruang UGD terbuka. Jungsoo keluar dari ruangan tersebut. Lalu dengan cepat, Ochie menghampiri dokter muda itu.

"Bagaimana kondisi Kevin?" Tanya wanita itu to the point, ia begitu mengkhawatirkan pria tampan itu. Entah apa yang membuatnya bisa sekhawatir ini.
Mungkin karena rasa cintanya.

"Anemia Kevin kambuh. Demamnya tinggi, juga tekanan darahnya rendah. Itu sebabnya dia lemas sampai pingsan. Tapi jangan khawatir, semua sudah teratasi. Sebentar lagi dia akan membaik." Jelas Jungsoo terlihat sungguh-sungguh, agar Ochie mempercayai ucapannya. Barusan, Kevin sudah mewanti-wantinya untuk jangan memberi tahu Ochie tentang penyakitnya. Ia tidak ingin wanita itu mengasihaninya.

"Daengida. Kamsahamnida sonsaengnim." Ujar Ochie ramah, Jungsoo tersenyum tulus membalasnya.

"Ngomong-ngomong, nona siapanya Kevin? Kekasihnya?" Goda Jungsoo, membuat pipi wanita itu bersemu merah

"Aniyo... saya... teman kuliahnya."
Jawabnya sambil tersenyum canggung. Padahal, di dalam hatinya, wanita itu sangat bahagia jika ada yang mengira ia adalah kekasih Kevin.

"Ah begitu." Jungsoo mengangguk-angguk

"Oh ya, perkenalkan. Saya Park Jung soo, dokter spesialis kanker juga dokter pribadi Kevin." Tutur Jungsoo sambil mengulurkan tangannya

"Senang berkenalan dengan anda, Park sonsaengnim." Jawab Ochie membalas jabatan tangan Jungsoo

"Jika Kevin sakit atau sesuatu yang buruk menimpanya, nona bisa hubungi saya." jelas Jungsoo, ia senang setidaknya tidak hanya Minho saja yang bisa ia percayai menjaga Kevin tapi juga Ochie. Meskipun, wanita itu tidak tahu tentang penyakit Kevin.

"Ne, algeussimnida." Jawab Ochie tersenyum ramah. Sedangkan Luhan, semakin benci saja dengan Kevin. Tidak pria itu, tidak dokternya, pintar sekali merebut perhatian Ochie. Dasar licik. Itulah yang ada dalam benaknya.

"Kau dengar? Dia baik-baik saja bukan?" Tanya Luhan datar

Ochie tidak percaya dengan penuturan Luhan, bagaimana mungkin pria itu tidak bisa menjaga sikap didepan Jungsoo
"Luhan-ah!"

My Love is You (Ending Soon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang