Chapter 27 ~ Sakit Namun Tidak Berdarah

365 24 15
                                    

Kevin dan Bryan baru saja sampai di rumah mewah mereka. Setelah seminggu lamanya Kevin dirawat di rumah sakit, akhirnya ia sudah diperbolehkan pulang. Namun dengan catatan tidak boleh beraktivitas berat dan harus istirahat total di rumah.

Bryan memapah Kevin ke kamarnya yang berukuran sangat luas dan bernuansa merah hitam tersebut. Pria yang berusia hampir memasuki kepala tiga itu menyelimuti tubuh adiknya. Ia menyunggingkan senyum terbaiknya untuk sang adik. Entah untuk mewakili perasaan apa senyuman tersebut. Perasaan bahagia atau justru perasaan sedih.

"Ingat kata dokter Park, kau harus bedrest sampai benar-benar pulih."
Bryan memberikan ultimatum yang tegas dan tidak dapat dibantah. Kevin yang mendengar peringatan kakaknya itu hanya mengerucutkan bibirnya malas. Kenapa sampai sebegitunya kakaknya itu. Padahal ia merasa sudah lebih baik.

"Jika aku bosan bagaimana?" keluh Kevin lesu. Bryan yang melihat sikap kekanakkan Kevin dibuat gemas.

"Kau bisa main PS." jawab Bryan santai. Kevin semakin memanyunkan bibirnya. Lagi-lagi ia harus menghabiskan waktu di rumah lagi yang tentunya sangat membosankan. Namun ia juga merutuki dirinya sendiri yang hanya bisa menyusahkan sang kakak. Ia tidak tega pada Bryan yang hanya memikirkannya sampai tidak memikirkan dirinya sendiri.

"Aku sudah merasa baik-baik saja. Lagipula aku ini sudah ketinggalan banyak materi di kampus. Masak harus izin lagi, hyung." rengek Kevin memelas. Ia benar-benar tidak mau ketinggalan materi. Biar bagaimanapun, kuliahnya tetap lah penting. Ini menyangkut masa depannya meskipun ia tidak tahu berapa lama lagi akan bertahan hidup. Tapi setidaknya ia harus meraih cita-citanya meski sedang sekarat sekali pun.

"Geurae. Kau itu masih tidak boleh beraktivitas berat dulu. Sekarang istirahat ya, sayang." Bryan memeluk tubuh kurus adiknya dengan sayang.

"Menyebalkan." keluh Kevin lagi.

"Lebih baik aku melihat kau kesal daripada melihat kau sakit. Hyung tidak sanggup melihatmu kesakitan." ungkap Bryan perih. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam.

"Mianhae, hyung." sahut Kevin merasa semakin bersalah telah membuat kakaknya sedih lagi.

"Gwaenchanha. Sekarang tolong turuti perintah Park sonsaeng ya. Kau memang harus istirahat total."
Kevin mengangguk

"Arraseo."

"Ya sudah hyung berangkat ke kantor dulu. Nanti hyung suruh Minho ke rumah untuk menemanimu supaya kau tidak bosan." pamit Bryan sambil mengelus rambut adiknya itu. Kevin merenung sebentar teringat sang Ibu yang masih tidak dapat berdamai dengan Bryan. Ia fikir setelah ia koma Ny.Kwon dan Bryan akan berdamai. Namun semua percuma saja. Tetap tidak mengubah keadaan.

"Hyung, bagaimana dengan eomma? Bukankah kita belum membahas hal ini?" tanya Kevin menagih pembicaraan mereka yang kemarin. Namun, Bryan kembali menghindar. Tidak ingin membahas masalah itu untuk saat ini. Terlalu menyakitkan untuk Bryan membuka kehidupan dengan Ibunya lagi.

"Kita bahas itu nanti. Hyung sudah terlambat."

"Kita tidak seharusnya seperti ini, hyung."

"Kau tidak tahu betapa banyaknya penderitaan yang wanita itu berikan pada kita."

"Bagaimana pun juga dia tetaplah Ibu kandung kita." Bryan menghela napas lelah. Tidak mudah juga memaafkan sikap Ny. Kwon di masa lalu. Tapi ia juga tidak bisa terus-terusan egois.

"Hyung tidak ingin kita kecewa lagi untuk yang kedua kalinya."

"Demi aku, tolong berdamai dengan Eomma. Aku hanya ingin disisa hidupku bisa melihat keluarga kita utuh seperti dulu lagi." mohon Kevin dengan sangat. Ia memang sangat berharap keluarganya dapat bersatu kembali.

My Love is You (Ending Soon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang