Chapter 12 ~ Kebencian yang tiada akhir

831 55 16
                                    

Hari ini, Ochie berangkat ke kampus dengan semangat yang menggebu-gebu. Kenapa? Karena ia akan bertemu Kevin. Namja yang mulai ia cintai itu. Entah kenapa hatinya selalu berbunga-bunga setiap memikirkan pria yang awalnya ia sebut 'pria menyebalkan'. Benar, pria menyebalkan yang berhasil memasuki hatinya. Mungkin sekarang Kevin sudah berganti status di hatinya menjadi 'pria peluluh hati'.

Wanita itu telah sampai di gedung fakuktas arsitektur. Ia duduk di kursi yang berada tepat di depan ruang kuliah. Jari jemarinya tengah menggenggam sebuah botol obat yang kemarin ia temukan dibawah kursi perpustakaan. Ochie berniat mengembalikan obat itu karena ia yakin jika itu adalah obat Kevin. Mengingat pria itu yang sedang sakit.

"Ini obat apa sebenarnya? Aku jadi penasaran." gumam wanita itu dengan mata yang terus meneliti botol obat tersebut.

"Ochie-ya!" panggil Kevin begitu melihat Ochie duduk di kursi depan kelasnya. Ia berjalan menghampiri wanita itu. "Anyeong," sapa Kevin dengan senyuman manis yang mengembang di wajah tampannya.

"Eoh anyeong," balas Ochie dengan senyuman tipis.

"Niga wae yeogisseo?*" tanya Kevin

"Menunggumu," jawab Ochie singkat

"Mwo? Menungguku?"

"Ini milikmu kan?" Ochie menyodorkan botol obat Kevin. Membuat pria itu membulatkan matanya terkejut. Tapi sebisa mungkin ia bersikap normal agar Ochie tidak curiga.

"Benar, ini obatku. Bagaimana bisa ada padamu?" tanyanya penasaran lalu meraih obat itu

"Kemarin aku menemukannya di perpustakaan."

"Ah begitu. Terima kasih." ujar Kevin. Ia sedikit gugup setiap bertemu dengan Ochie. Apalagi jika berbicara sedekat ini dengan wanita bermata hitam legam itu. Selalu mucul debaran-debaran tidak biasa dalam dadanya.

"Ochie-ya," panggil Kevin mencoba mencairkan suasana yang sedikit kaku

"Wae?" jawab ochie

"Apa malam ini kau ada waktu?" tanya Kevin ragu

"Malam ini?" Ochie tampak berfikir, "ada. Kenapa memangnya?"

Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bagaimana kalau nanti malam kita makan malam bersama?"
Ungkap Kevin akhirnya.

"Mwo---mworago?" Ochie menatap Kevin tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, "kau sungguh mengajakku makan malam?"

Kevin mengangguk mantap. "Jinjjaya."

Ochie masih terdiam seribu bahasa mungkin terlalu terkejut hingga membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata lagi. Ia senang bukan main mendengar Kevin mengajaknya makan malam. Hatinya berbunga-bunga.

"Bagaimana? Kau mau?" Tanya Kevin lagi melihat Ochie yang tidak juga menjawab pertanyaannya

Tanpa ragu, wanita itu mengangguk. Kevin tersenyum puas lalu mengacak-acak rambut panjang Ochie gemas.

"Hei, kau membuat rambutku berantakan." ujarnya sambil mengerucutkan bibirnya sebal.

"Biarkan saja. Sini aku tambah lagi agar semakin berantakan." Kevin semakin kencang mengacak-acak rambut panjang Ochie. Membuat sang empunya kesal. Bayangkan saja berapa jam lamanya wanita itu menata rambutnya. Tapi dengan mudahnya Kevin merusaknya.

"Ya Kevin Woo! Neo jinjja..."
Ochie berusaha membalas tapi Kevin lebih gesit darinya.
Keduanya tertawa bersama hingga tanpa mereka sadari, ada hati yang terluka melihat kemesraan keduanya. Pria itu menatap penuh kecemburuan kedua anak manusia tersebut. Tangannya mengepal erat, menahan gejolak amarah dalam dirinya.

My Love is You (Ending Soon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang