Chapter 13 - The Slave

414 48 7
                                    

Sungyeol terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali untuk membiasakan pandangannya sampai akhirnya ia menyadari sesuatu—ini bukan kamarnya. Ia menoleh kesamping dan mendapati wajah tuannya yang berada tak jauh dari wajahnya. Wajah tidur itu begitu damai hingga membuat Sungyeol terjebak dalam setiap inci wajah itu. Sungyeol kemudian menyadari bahwa ada sepasang lengan yang melingkar diperutnya. Ia membawa pandangannya kearah perutnya, dan seperti yang ia duga, ada sebuah tangan yang memeluknya dan ia juga merasakan sebuah tangan yang lain berada dibawah tubuhnya, memeluknya dengan posesif.

Sungyeol mengusap lengan kokoh itu. Ia kemudian mengembalikan pandangannya ke wajah teduh milik tuannya itu. Meneliti setiap inci wajah itu. Rasanya senang sekali bangun dalam keadaan seperti ini. Bukan, bukan dalam keadaan telanjang, melainkan melihat wajah tenang Myungsoo dan dalam keadaan dirinya yang tengah dipeluk oleh Myungsoo.

"Sudah puas melihatiku?" sebuah suara datar dan serak membuat senyum yang sejak tadi menggantung diwajah Sungyeol itu sirna berubah menjadi kikuk

Selanjutnya, Myungsoo membuka kedua matanya perlahan dan menatap Sungyeol yang juga menatapnya.

"Ma-maafkan aku, tuan Kim." Ujar Sungyeol gugup dan takut, ia perlahan mengalihkan tatapannya kedada Myungsoo, ia menunduk malu. Tentu saja ia malu, iupa kepergok sedang mencuri pandangan pada tuannya.

Sebuah tangan menahan dagu Sungyeol dan menariknya yang membuat wajah Sungyeol terangkat dan langsung menatap Myungsoo tepat dimatanya. Tanpa ada aba-aba, Myungsoo mendekatkan wajahnya ke wajah Sungyeol dan mengecup bibir Sungyeol singkat bersamaan Sungyeol yang menutup kedua matanya. Sungyeol kemudian membuka kedua matanya perlahan ketika Myungsoo melepas ciumannya.

"Seharusnya kau mengucapkan 'selamat pagi' pada tuanmu." Ujar Myungsoo yang masih menahan dagu Sungyeol

Sungyeol mengedipkan kedua matanya polos, seakan ia baru teringat sesuatu. "Se-selamat pagi, Tuan Kim." Sapa Sungyeol

Keheningan itu pecah karena sebuah suara teriakan dan gedoran pintu kamar Myungsoo dari luar membuat kedua manusia didalamnya sama-sama menoleh kearah pintu. Terima kasih kepada si pelaku yang berhasil menyita perhatian keduanya.

"Yak! KIM MYUNGSOO! BOCAH NAKAL! CEPAT BANGUN!!"

Myungsoo mengacak rambutnya kasar dan bangkit dari tidurnya dengan terpaksa bersamaan dengan Sungyeol yang juga bangkit dari tidurnya. Berbeda dengan Myungsoo yang sekarang merasa dongkol dengan suara teriakan itu, Sungyeol malah merasa bingung, siapa orang yang berteriak didepan kamar Myungsoo? Berani sekali dia meneriaki Myungsoo. Tunggu, apa katanya? Bocah nakal? Oh ya ampun ini pertama kalinya hal ini terjadi. Diteriaki, digedor, dimaki, ah Sungyeol tidak mengerti!

Myungsoo berjalan menuju pintu kamarnya dan membukanya sementara Sungyeol mengekori tuannya dari belakang. Saat pintu itu berayun terbuka Sungyeol kini dapat melihat sosok laki-laki yang tingginya sama dengan tinggi Myungsoo berdiri dengan berkacak pinggang didepan pintu. Tidak ada aura kemarahan diwajah itu. Sungyeol dapat melihat wajah itu begitu lucu dengan mata sipitnya dan rambut yang sedikit berantakkan. Tunggu, siapa laki-laki ini?

"Kau mengganggu tidurku!" itu suara makian yang terdengar dari mulut Myungsoo

Sungyeol semakin bingung sekarang. "Nugu ya?" suara Sungyeol membuat kedua lelaki yang tengah berdiri berhadapan itu menoleh kearahnya, kini perhatian kedua lelaki itu tertuju padanya

.

.

Sungyeol baru saja keluar dari gerbang sekolah. Ia baru saja masuk sekolah menengah atas ditahun pertama. Usianya akan genap 16 tahun 2 bulan lagi. Sungyeol polos itu berjalan dengan santai menuju rumahnya dengan berjalan kaki. Orang tuanya tidak cukup kaya untuk membelikannya sebuah kendaraan. Lagipula, jarak rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh, ia masih bisa menempuhnya dengan berjalan kaki selama 30 menit.

Sungyeol menghentikan langkahnya ketika sebuah mobil menghalangi jalannya dari samping. Berikutnya ia dapat melihat 3 orang lelaki berbadan besar dengan pakaian serba hitam yang turun dari mobil van hitam tersebut. Perasaan Sungyeol tidak enak sekarang. Ia merasa bahaya tengah menyergap dirinya.

Sungyeol berjalan mundur bersamaan dengan ketiga lelaki besar itu berjalan mendekatinya. Sungyeol baru saja berbalik dan ingin lari tapi ia kalah cepat dari ketiga laki-laki itu, sebelah tangannya sudah digenggam oleh sebuah tangan lain dari belakang hingga dirinya terlempar kebelakang. Lalu tak ada suara yang keluar dari mulut Sungyeol sesuai rencananya, pandangannya sudah lebih dulu gelap dan tubuhnya serasa melayang, ia sudah lebih dulu tak sadarkan diri. Sungyeol tak tahu apalagi yang selanjutnya terjadi.

Sungyeol merasakan kepalanya pusing, kepalanya juga pening dan berat. Perlahan ia membuka kedua matanya dan sayup-sayup indera pendengarannya mulai berfungsi kembali. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Seingatnya ia sedang berjalan pulang dari sekolah. Dalam kebingungannya, Sungyeol mendengar suara ramai yang terhalang oleh sesuatu. Sadar akan dirinya yang sekarang tidak beres, Sungyeol menajamkan indera penglihatannya. Ia menyadari bahwa ia tidak buta, keadaan sekelilingnyalah yang redup tapi Sungyeol masih bisa melihat ada beberapa sumber cahaya di beberapa sisi diruangan ini seperti ventilasi yang ada di atas pintu dan di bagian atas dinding di ruangan redup ini.

Sungyeol merasakan empuk di bagian bawah tubuhnya. Ia melihat ke sekeliling tubuhnya, ia yakin benar dirinya ada di atas sebuah kasur. Tapi, tunggu! Astaga! Kedua tangan dan kakinya terikat! Sialan! Sungyeol tidak bisa melepaskannya karena kedua tangan dan kakinya terikat pada tiang-tiang ranjang. Sungyeol melirik tubuhnya sendiri, syukurlah setidaknya dirinya masih berpakaian seragam lengkap. Hingga menit berikutnya sebuah cahaya masuk mengenai retina matanya, begitu menyilaukan kedua matanya dan membuatnya refleks menyipitkan kedua matanya namun ia tidak menutupnya. Sungyeol perlahan mulai terbiasa dengan cahaya tersebut, kemudian selanjutnya ia dapat melihat sesosok tubuh yang berdiri di ambang pintu dan berjalan menuju ke arahnya.

"Rupanya kau sudah bangun, anak manis." Ujar suara tersebut

.

.


aw! aku mau ngakak pas ngetik part ini. aku membayangkan komuknya Sunggyu-oppa pas lagi nggedor-gedor pintu kamar adiknya wkwkwk aku kalo jadi Yeol juga bingung setengah hidup. siapa yang berani gedor-gedor pintu kamar majikannya kek orang lagi nagih hutang begitu? 5555 lol


okay, vommentnya pliss....

The Slave and The Lord (END)Where stories live. Discover now