"Ibu belum pulang?"
Sekarang jam 9 pagi, dan Vernon ada beberapa jadwal shoot hari ini yang dimulai dari jam 11. Sebenernya dia nggak perlu siap-siap dari sekarang, but here he is, duduk di atas sofa ruang tamu Bobby, dimana TV 48 inch di depannya menunjukkan Jeanine yang lagi mengetikkan sesuatu di layar komputernya.
Ibunya tersebut udah balik ke New York semenjak beberapa minggu yang lalu dan Vernon memutuskan untuk tinggal permanen di sini, which Jeanine nggak masalah; dengan syarat anaknya itu harus ke New York minimal tiga kali dalam setahun, dan dia harus menelfon Jeanine minimal sekali dalam sehari. No buts, or she will instantly send him back home.
Makanya itu lah Vernon sekarang lagi menggunakan fasilitas Skype di TV, karena dia mager banget buat make laptop karena harus naik lagi ke kamar, atau make smartphone karena harus dipegangin. Lebih enak pake TV, dia tinggal duduk doang.
Lagian kalau pake TV gini dia beneran bisa ngeliat muka Jeanine dengan jelas, seakan-akan ibunya tersebut emang beneran ada di depannya. Meskipun jatuhnya kayak lagi business conference call sih, soalnya Jeanine masih di kantor meskipun udah jam 8 malam di New York.
"Memang kapan Ibu pernah pulang around this time?" Jeanine mengangkat sebelah alisnya sedikit, bikin Vernon mendengus geli.
"I know that, tapi emang Ibu nggak bosan, living mostly for work?" Tanyanya penasaran. Pertanyaan ini emang diam-diam selalu ada di belakang kepala Vernon actually, tapi dia nggak pernah berani buat nanya sebelumnya.
Jeanine menghentikan jari-jarinya yang lagi mengetik di atas keyboard, lalu menoleh ke Vernon dengan senyum penuh arti.
"What's the thing that you believe I shall be doing, Hansol?"
Vernon mengangkat bahu. "Do your hobbies, olahraga, istirahat...........or maybe go on dates?" Godanya.
Well, nggak sepenuhnya godain doang sih, karena Vernon akhir-akhir ini nyadar bahwa Jeanine itu nggak pernah deket sama laki-laki manapun lagi setelah Jiho; which is kasian juga kalo dipikir-pikir. Apalagi sekarang ibunya itu tinggal sendirian di penthouse mereka yang gede banget itu.
Jeanine mendengus. "Are you trying to rub the fact that you have a girlfriend on my face?" Tudingnya, bikin Vernon langsung menggeleng dengan cepat.
"No! Why would I? I just want you to be happy, Mother."
Jeanine tersenyum kecil mendengar pernyataan anak semata wayangnya tersebut. "Thanks for your concern Hansol, but I'm good. Ibu udah cukup bahagia kok, buat akhirnya bisa punya hubungan yang baik lagi sama kamu."
Omongan Jeanine tersebut bikin Vernon merasakan kehangatan di dadanya, to the point that dia harus menarik napas karena rasanya penuh banget. It wasn't a bad feeling though, tapi lebih ke karena dia merasa...........terharu, mungkin?
"Moi aussi, La mère," jawabnya kemudian, which translated into "me too, mother" from French.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Made of Gold | Seventeen's Vernon × BlackPink's Lisa ✅
Fanfiction"And I just wanna sink into your crazy laughter; come on make me feel until the pain don't matter." - Krewella's Alive. Book 4 of BlackPink × The Brondong(s) series. They are related, but can be read as stand-alone if you want. (CHAPTERS INTENDED FO...